“Lirihmu, terdengar syahdu di hatiku,”
“Kamu memang Bidadariku,selalu menyentuh dalam cinta matiku,”
“Pujamu, membuat hatiku semakin merintih-rintih.”
“Tak sabar, menanti kalam terurai nyata.”
“Kamu istimewa Adindaku sayang, aku berdosa jika tak mencintaimu.”
Larik-larik itu terus saja membahana, merengkuh disetiap kerlip facebook menyala berkedip-kedip.Memberikan sensasi kasih yang menusuk kalbu hingga berlarian di rumput-rumput hijau di hamparan Istana yang luas, megah, beraroma dan penuh cahaya kebahagiaan.
Disinilah Safana tetap berpegang teguh, walau waktu telah berjalan menuju tiga bulan mengenal sosokBara yang keren, penuh kelembutan dan sosok yang terdengar suaranya begitu berwibawa dan penuh cinta. Lelaki berpostur tinggi, tegap, gagah terlihat dari foto-fotonya yang diberikan Bara untuk koleksi album Safana. Dan Bara berjanji,ingin mengikat cintanya dengan serius hingga Safana memberikan lampu hijau untuk mengenalkan pada orang tuanya.
“Kak ... aku ingin menyalakan lilin di tengah kegelisahanku.” Kata-kata mesra itu Kembali saat chatingan bersama Bara.
“Sungguh, itu untukku?”Tanya Bara.
“Ya Kak, aku tak kanpernah bisa lupa, Ingatanku terlalu indah untukmu. Kamu tahu itu, kan?” Ucap Safana meyakinkan.
“Iya ... aku percaya, Adindaku sayang. Bahkan aku ingin melukis cinta di hatimu yang suci.” Ucap Bara beradu rayu.