Lima jenderal legendaris, yaitu Guan Yu, Zhang Fei, Zhao Yun, Ma Chao dan Huang Zong, secara loyal memilih mati di bawah panji Shu.
Sebuah tindakan yang mungkin terkesan bodoh dalam benak para pengejar karier saat ini.
Namun sebaliknya, Luo Guozhang (sang penulis hikayat Three Kingdoms) menulisnya sebagai bentuk loyalitas dari para individu-individu berkualitas. Pasalnya,  di sisi lain, mereka dapat saja memperoleh segalanya pada pemimpin yang berbeda.
Kembali ke awal. Sepanjang karier Cao cao yang brilian, ternyata ada satu hal yang tak pernah bisa dilakukannya, yaitu menciptakan loyalitas yang teruji oleh waktu (test of time).
Cao Mengde menyaksikan sendiri loyalitas salah satu Jenderal Liu Bei, Guan Yu, yang menolak segala tawaran fasilitas jika dirinya mau bergabung dengan Cao.
Sang legenda, Guan Yu, pada akhirnya memilih pergi untuk kembali kepada Liu Bei. Perjalanan itu lantas terkenal dengan aksinya dimana turut menghabisi lima pendekar yang berusaha merintangi jalannya sebelum bersatu kembali di bawah panji Shu.
Sumber-sumber tauladan kerap dicatat dengan tinta emas, dan kini kerap dikenang kembali pada dunia modern.
Apa yang menciptakan orang-orang berkualitas kala itu mampu loyal, walaupun tak ada tes psikologi modern seperti saat ini?
—
Jawabannya mungkin bisa ditelisik dari membandingkan kedua negara tersebut, Shu dan Wei.
Tipikal sebuah perusahaan besar, Cao-cao menerapkan disiplin modern pada para bawahannya. Ketakutan atas peraturan yang kuat mendominasi pola hubungan struktural di dalam lingkungan Wei.