Dikenal ketika banyak diangkat kembali sebagai tauladan. Tak terkenal karena tak merubah apapun. Terlupakan, karena tuntutan jaman.
Masih dalam suasana pasca Imlek, ada baiknya kita menilik kembali kisah 'lama' namun tak lekang oleh waktu yang datang dari negeri Tiongkok berikut, yaitu San Guo (Three Kingdoms). Makin menarik, kisah tersebut dapat ditarik intisarinya dari sisi human resource.
—
Three Kingdoms
Di dalam kisah (Three Kingdoms), dapat kita temui romantika Tiga Negara yang terdiri dari Wei, Wu dan Shu. Wei dipimpin oleh Cao-cao, Wu dipimpin oleh Sun Quan, serta Shu yang dipimpin oleh Liu Bei.
Singkat kata, ada satu pertanyaan yang tidak dapat memuaskan Cao-cao sebagai penguasa Wei.
Mengapa begitu banyak orang hebat yang lebih memilih berada di belakang Liu Bei, lawan politiknya yang kerap dijadikan lelucon orang gagal oleh Cao sendiri ketika ia tengah memotivasi bawahannya.
Jika diibaratkan jaman modern, maka kekaisaran Wei yang dipimpin Cao-cao ibarat sebuah perusahaan berskala multinasional yang telah berkembang pesat.
Sebaliknya, kekaisaran Shu dibawah pimpinan Liu Bei merupakan gambaran perusahaan yang terancam kolaps dimana posisinya tergusur dan kalah dalam persaingan bisnis.
Namun jika boleh meminjam istilah industri, para orang hebat di belakang Liu Bei tak terlihat berniat melakukan ‘turnover’, atau membelot berbalik arah kepada Cao-cao demi gemilangnya capaian pribadi.
Alih-alih berpikir untuk melakoni turnover, para jenderal hebat tersebut lebih memilih untuk turut kolaps sampai titik darah penghabisan di bawah bendera Shu.