Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Jetty Maika] Odile Menangis

20 Mei 2016   13:14 Diperbarui: 20 Mei 2016   13:34 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melepas sebuah cincin yang selama tiga tahun melingkari jari manisku. Meletakkan di atas meja lalu memutar-mutarnya. Kilaunya tak pernah pudar, masih sama seperti dulu, hanya cincin itu menggelinding terlalu jauh, melompat dan bersembunyi di balik kaki meja. Agar bisa mendapatkannya kembali, aku harus menggeser meja itu –sendirian.

Kemudian aku menjadi ingat kau. Dulu kita berjumpa di tempat ini, masih di meja yang sama, kau memesan kopi. Katamu, kopi itu tidak pernah munafik. Akan tetap pahit meskipun aku mati nanti. Dan sekarang aku menjadi percaya, rasamu yang pahit itu.

Di atas meja kayu yang penuh lubang ini –yang katamu mirip rumah semut– kau curi jari manisku dengan meninggalkan kilau di sana. Aku adalah seorang perempuan yang merindukan pernikahan dan kau telah memulainya dengan sangat baik.

Lubang mimpi yang dulu hanya seukuran lingkar cincin, kini membesar hingga menelan asa. Membiarkannya tak bersisa. Seperti masa tungguku yang sia-sia. Kau tak pernah kembali pada setia.

“Sam, aku harus pergi. Tak baik bila membiarkan mereka menungguku terlalu lama di sana.”

Kutinggalkan beberapa lembar uang di atas meja dan melambaikan tangan pada Sam. Sam adalah pemiliki kedai kopi yang sangat baik. Dia tak pernah mengusirku jika aku terpaksa bermalam di sana. Bukan menunggu hujan, melainkan ketidakpastian.

“Lelaki sialan!”

Aku membalikkan badan dan mengarahkan tinjuku padanya.

“Awas kau, Sam. Aku tak akan pernah memaafkanmu jika kau berani mengulangi kata-kata itu.”

“Dia memang sialan, Jane. Ayolah, kau harus sadari hal itu.”

“Demi roti kismis buatan Bibiku, Joe tak seperti yang kau kata.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun