***
Pagi telah kembali biasa, tanpa harapkan hujan datang, juga menyapu halaman. Aku sedang berusaha mengeluarkan bayangmu dari benakku, dengan bermain boneka mungkin, atau membantu ibu membuat kue kering pesanan orang.
Tetiba terdengar pintu rumahku terketuk. Tidak biasanya Bibi Nely, tetangga sebelah, mengambil kue kering sepagi ini. Bibi gendut berambut keriting biasanya akan memastikan kue kering yang dipesannya melalui telepon, sebelum mengambilnya pukul sebelas.
Ibu menyuruhku membuka pintu. Hal yang paling kubenci, ada dua anak tangga yang harus kulewati sebelum kudapati pintu itu. Aku harus bersusah payah untuk menuruninya. Ibu menjengkelkan.
Aku membuka pintu dan kudapati kauberdiri di sana.
“Kau?”
Aku tak percaya, kemana saja kausemalam? Apa kehadiranmu sedang ingin melunasi rinduku?
“Kau di sini?”
“Iya, Non. Saya di sini untuk mengantarkan paket.”
“Paket?”
“Benarkah di sini alamat Nyonya Hanna?”