Mohon tunggu...
Desna Telaumbanua
Desna Telaumbanua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Suka menulis dan membaca cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Ada Yang Mustahil

2 Juli 2024   14:17 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:32 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di siang hari yang cerah, seperti biasa Aurel  mengantar makan siang untuk ayahnya di ladang

"Ibu Aurel berangkat dulu ya"

"Iya, kalau pulang nanti langsung balik ke rumah ya jangan kemana-mana"

"Baik ibu"

Aurel pun berangkat dari rumah menuju ladang sambil membawa makanan untuk sang ayah, Di perjalanan Aurel terus memikirkan bagaimana mengenai kehidupan mereka kedepan nya apakah terus menerus seperti ini saja yang hidupnya pas-pasan?, dia bingung apa yang bisa dia lakukan agar kehidupan mereka ke depan tidak seperti ini terus. Tanpa dia sadari sekitar 30 menit dia sudah sampai di ladang dan dia langsung menuju ke pondok yang ada di tengah-tengah sawah kemudian dia memanggil ayahnya

"Ayah, Aurel datang, apakah ayah mau makan sekarang?" Aurel memanggil ayahnya yang jaraknya agak jauh dari pondok

"Iya nak, bentar lagi ayah makan biar ayah  siapkan saja ini tinggal sedikit lagi"

"Baik ayah, Aurel gantung aja di paku makanan ayah ya karena Aurel juga buru-buru mau pulang"

"Iya" jawab ayahnya singkat

Aurel pun langsung pulang kerumah seperti apa yang telah di sampaikan ibunya tadi, tidak seperti biasanya dia mampir ke rumah temannya dulu baru pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian Aurel pun sampai di rumah.

*Aurel seorang akan tunggal dari  keluarga miskin yang berada di ujung desa dekat hutan, dia tamat Sekolah Menengah Atas (SMK) satu tahun yang lalu dan ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi agar dia bisa mencapai impiannya sebagai seorang penulis terkenal, namun karena kondisi keuangan keluarganya yang tidak mendukung jadi itu yang menjadi kendala dalam melanjutkan studinya. Dan dia juga udah dua kali menang jadi beasiswa namun orang tuanya tidak mengizinkan nya pergi jauh dari mereka karena mereka tidak mau jika sesuatu terjadi kepada anaknya maupun mereka namun jarak mereka berjauhan jadi tidak bisa menjaga satu sama lain. Ayahnya seorang petani yang bekerja di ladang orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ibunya karena sudah lanjut usia jadi hanya bisa membantu pekerjaan rumah dan sesekali pergi membantu suaminya di ladang bersama Aurel.*

Sore hari tiba, setelah ayah Aurel pulang dari ladang mereka makan pun makan malam.

"Ayah, ibu. Gimana kalau Aurel pergi merantau aja dan kalau ada rejeki nanti Aurel akan mengirimkannya sama ayah dan ibu" mohon Aurel di ikuti dengan air mata yang menetes di pipinya.

Kedua orang tuanya hanya bisa menarik nafas panjang

"Bukannya kami tidak ijinkan nak... Ayah dan ibu hanya takut terjadi sesuatu sama kita" jawab ibunya lembut

"Kenapa sih ayah dan ibu melarang ku untuk pergi memperjuangkan masa depan ku, aku gak mau hidupku susah seperti ini terus, apapun yang terjadi aku kan pergi merantau dan melanjutkan sekolah"

Setelah mengatakan itu Aurel langsung pergi ke kamar, dia membanting pintu kamarnya sangking kecewanya dia dengan jawaban orang tuanya sampai dia meninggikan suaranya karna semua yang dia inginkan tidak diijinkan.Sedangkan kedua tuanya hanya bisa menangis dengan sikap Aurel yang tidak menghargai mereka. Sesampainya di kamar Aurel duduk bersandar ranjangnya sambil menangis, entah kenapa kali ini dia benar-benar sangat kecewa sekali terhadap orang tuanya, dia melampiaskan kekecewaanya itu dengan begadang sampai jam 3 pagi untuk menulis semua apa yang telah dia alami sejak dia tamat SMK sampai saat ini dengan berurai air mata. Keesokan harinya, Aurel baru bangun jam 11 siang, emang sebelum itu ibunya udah berapa kali membangunkan dia tapi tetap saja Aurel tidak mau bangun. Dia langsung menuju meja makan karena dia sangat kelaparan.

"Setiap hari makanannya singkong terus, emang nya gak bisa apa sesekali makan nasi atau apa kek yang lain"

Dalam beberapa minggu ini mereka hanya bisa makan singkong aja dikarenakan masih belum musim panen padi di sawah tempat ayahnya bekerja. Aurel tidak menemukan ayah dan ibunya di rumah jadi dia pergi ke rumah temannya yang jaraknya sedikit jauh dari rumah mereka dengan alasan untuk jalan-jalan saja padahal dia mau meminta makanan sama kawannya.

"Sista... Kamu belum pergi kerja juga?"

"Belum Rel, oh iya... kamu mau kemana Rel?"

"Mau cerita sama mu lah, emang mau kemana lagi coba"

"Ohh ya Rel kamu dah makan belum? Makan kita yuk, aku dah mulai lapar banget nihh"

"Emmm belum sihhh"

Sista mengajak Aurel makan karena kebetulan juga dia mau makan siang. Sambil makan mereka bercerita

"Oh iya Sis, apa kamu gak ada niat untuk pergi merantau atau melanjutkan sekolah? kan orang tua kamu kaya" sambil tertawa

"Aurel ada aja. Iya bulan delapan ini nanti aku pergi ke Jakarta untuk kuliah, kamu juga bagaimana?"

"Yaaa tau aja lah Sis bagaimana keluarga ku"

Aurel menceritakan apa yang sedang dia alami saat ini kepada Sista sambil menangis

"Atau bagaimana kalau kamu coba bilang ke mereka pergi bersamaku aja, mungkin mereka izinkan kalau bareng kita" saran Sista

"Bisa juga itu Sis, akan ku coba nanti siapa tau aja boleh" Sambil tersenyum tipis.

Sore harinya Aurel baru pulang dari rumah Sista sedangkan orang tuanya sudah duluan sampai rumah. Malam harinya waktu mereka makan, Aurel mencoba menyampaikan saran dari Sista tadi tapi hasilnya tetap saja seperti kemarin-kemarin. Lagi-lagi Aurel kecewa lagi sampai dia tidak berbicara sedikitpun sampai mereka selesai makan.

Di tengah malam Aurel tidak bisa tidur, dia terus memikirkan alasan agar dia bisa pergi sampai terpikir sama nya untuk kabur dari rumah serta memikirkan berapa biayanya di perjalanan dan sebagainya hingga dia ketiduran.

Hari-hari berikutnya berlalu Aurel malah menjadi anak yang pemalas dan sering membantah apa yang di bilang orang tuanya sama nya, dia seperti orang gila yang tidak tau apa yang akan dia lakukan kalau misalnya dia di suruh ibu nya mengerjakan sesuatu. kadang itu kalau dia sedang duduk air matanya mengalir saja di pipinya.

Hari berikutnya Aurel bangun pagi-pagi sekali, seperti biasa dia tidak pergi kemana-mana melainkan di rumah saja. Entah kenapa hari ini Aurel berbeda dari hari-hari sebelumnya, dia mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan semangat tanpa di suruh dia tau apa yang dia kerjakan. Dia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan setelah semua selesai dia beristirahat. Lagi-lagi Aurel memikirkan nasib dan masa depan ya sehingga muncul dalam benaknya untuk kabur saja dari rumah, dia mulai membereskan semua keperluannya  keperluannya dalam tas dan juga mengambil uang dari tas ibunya di lemari sebagai ongkosnya.

Sore harinya Aurel baru sampai di pelabuhan karna dia tersesat di jalan di tambah lagi karena dia jalan kaki. Kembali ke orang tua Aurel yang hanya bisa menangis karena mereka tidak menemukan keberadaan anak mereka. Keesokan harinya Aurel sampai di seberang, dia mulai mengunjungi beberapa toko dekat situ untuk menanyakan lowongan kerja hingga dia di terima di toko kue sebagai cleaning service dan toko itu juga mengijinkan dia tinggal disitu

Beberapa bulan berlalu Aurel bekerja disitu dengan semangat dan dia juga sudah membeli handphone agar bisa berkomunikasi dengan orang tuanya melalui temannya Sista serta mengirimkan sedikit uang hasil kerjanya kepada orang tuanya.

Suatu hari saat Aurel sedang libur kerja, dia pergi jalan-jalan di taman dan tiba-tiba ketika dia sedang duduk, tiba-tiba dia di hampiri oleh seseorang.

"Hy, kenalian namaku Cindy apa aku boleh gabung duduk bersama mu?" Sambil mengulurkan tangannya

"Iya boleh, Aurel" menjawab uluran tangan Cindy"

Mereka saling berbagi cerita panjang lebar sampai saatnya mereka pulang ke tempat mereka, kebetulan tempat tinggal Cindy tidak terlalu jauh dari tempat Aurel jadi mereka pulang bersama.

Karena Aurel orangnya sangat baik terhadap Cindy, jadinya Cindy mulai mempengaruhi Aurel agar dia mau bekerja sepertinya sebagai perempuan malam. Awalnya Aurel gak mau karena dia tau itu adalah suatu kesalahan besar tapi disisi lain juga dia mau mendapatkan uang tambahan agar dia bisa kuliah hingga akhirnya dia mau menerima tawaran dari temannya. Dan sekarang karena Aurel sudah terbiasa jadi perempuan malam, dia bisa mendaftarkan dirinya di salah satu universitas mengambil jurusan sastra karena uangnya cukup untuk biaya sekolahnya dan juga sebagian di kirimkan nya sama orang tuanya di kampung akan tetapi karena sibuk dia siang dan malam akhirnya banyak mata kuliah yang gagal dia dan juga pekerjaannya sebagai cleaning service di pecat dia karena jarang masuk kerja dia.

Saat Aurel sedang bekerja di malam hari tiba-tiba dia di pergoki oleh istri laki-laki yang Aurel layani malam itu, perempuan itu menarik keras rambut Aurel hingga dia kesakitan.

"Dasar halang murahan, rasakan ini karena kamu sudah berani menggoda suamiku"

"Ahhhhhh sakitttt"

"Kamu pantas mendapatkan ini, dasar jalang murahan"

Perempuan itu terus menarik rambut Aurel hingga suaminya menahannya agar berhenti tapi tetap saja dia keras kepala dan akhirnya Aurel dan perempuan itu saling jambakan rambut. Karena mereka sama-sama emosi akhirnya suaminya mengambil alih agar menghentikan mereka dengan cara menampar mereka dua-dua baru berhenti.

"Mas, kamu apa-apaan sihhh, kok jadi tampar aku, yang seharusnya kamu tampar itu dia karena dia sudah berani menggoda kamu"

"Diammmmm, dia gak salah, aku yang salah..."

" Mas, kok kamu malah bela-belain dia sihhh?"

"Aku minta maaf sayang, tapi dia yang kerja"

Suaminya mencoba menjelaskan dengan lembut sama istrinya tapi tetap saja karena istrinya lagi emosi jadi dia tambah emosi dengan pengakuan salah dari suaminya itu. Perempuan itu pergi dari sana dan diikuti oleh suaminya tanpa memberikan upah sama Aurel.

Aurel pun pulang ke rumah dengan perasaan sedih. Sepanjang jalan menuju kontrakannya dia menangis tersedu-sedu dan mulai menyesali dosa yang telah dia perbuat selama ini dan memutuskan untuk merubah kembali hidupnya jadi lebih baik seperti dulu sebelum iya mengenal Cindy.

Beberapa Bulan kemudian Aurel udah di terima kembali di pekerjaannya yang dulu sebagai cleaning service di restoran dan juga nilai setiap mata kuliahnya udah mulai bagus karena dia sungguh-sungguh. Dia memutuskan untuk memfokuskan dirinya kuliah hingga enam tahun kemudian dia mencapai gelar S1 nya dan menjadi seorang penulis yang terkenal dengan banyak buku, artikel, puisi, dan juga cerpen yang telah dia terbitkan dari hasil karyanya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun