Mohon tunggu...
Depy Mulyani
Depy Mulyani Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 125 OKU

Seorang pendidik yang ingin selalu memberikan kebermanfaatan dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Menulis adalah kegemarannya. Ia juga menyukai alam sebagai bagian dari sebuah pembelajaran hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

30 Hari Milik Tsurayya

7 November 2022   09:07 Diperbarui: 7 November 2022   09:11 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita berdoa, Sayang." Tangan Anjas merangkul bahu istrinya lalu menggiringnya duduk dengan tenang.

"Seharusnya aku tidak melepas tangannya, Sayang. Kenapa aku bisa seceroboh ini? Aku harus bagaimana sekarang?" Aira menangis tersedu-sedu. Air matanya tak berhenti mengalir semenjak kejadian itu.

"Ini hari terakhirnya puasa, Aya tidak boleh pergi. Dia tidak boleh ke surga sekarang, Yang! Dia selalu ingin ke surga, dia selalu berkata begitu! Ayaaa ..."

Anjas menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Dia berusaha kuat, meski hatinya begitu hancur menyaksikan putri satu-satunya sedang berjuang melewati masa kritisnya.

Dokter terlihat keluar dari ruangan ICU. Wajahnya nampak biasa saja.

"Dok, gimana putri kami?" Anjas dengan segera menghampirinya.

"Alhamdulillah, anak Bapak dan Ibu bisa melewati masa kritisnya. Kondisinya akan tetap kami pantau sampai keadaannya benar-benar membaik."

"Terima kasih, Dok. Apa kami boleh masuk?" tanya Aira yang sudah tak sabar ingin melihat kondisi putrinya.

"Boleh, tapi hanya satu orang. Ingat, jangan terlalu lama. Pasien harus tetap tenang."

Anjas memberi isyarat untuk Aira, agar dirinya saja yang terlebih dahulu masuk ke dalam ruangan.

"Aya, anak sholehah Bunda. Aya hebat, Nak. Ini adalah hari terakhir Aya puasa. Nanti malam, ada pawai obor di jalanan. Malam takbirnya pasti akan ramai sekali. Aya mau ikut kan, Nak?" Aira menggenggam jemari Aya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun