Mohon tunggu...
denny pranolo
denny pranolo Mohon Tunggu... -

Seorang editor di sebuah penerbitan di bandung, seorang penerjemah dan penulis. Seorang penggemar karya sastra yang tidak biasa, dan kadang2 suka narsis sendiri dan seorang Sherlock Holmes maniak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KISAH ORANG CINA CAMPURAN

11 September 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:18 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua hari. Om Halim juga membutuhkan waktu yang sama untuk memutuskan kalau aku tidak layak untuk Aira.

'Papa nggak setuju kalau aku pacaran sama kamu.' Begitu kata Aira.

Tapi kenapa, Ra?' aku benar-benar tidak mengerti. Apa aku terlah menyinggung perasaan Om Halim dalam pembicraan waktu itu.

'Jangan marah, ya Dan. Tapi kata papa, kamu itu bukan Cina asli.'

Jadi itu masalahnya. Cuma karena aku bukan cungkuo jen8asli aku tidak pantas bersanding dengan Aira yang memang amoy - mata sipit, hidung mancung, kulit putih. Bagus!

'Maaf, ya, Dan. Jangan marah ya.' Kata Aira.

'Nggak, Ra, aku nggak marah. Papa kamu benar. Aku memang tidak cocok buat kamu. Dadah.' Aku membalikkan badan dan pergi meninggalkan Aira. Aku tidak mau mendengar apa alasannya. Sudah cukup!

'Halo, dengan rumah Pak Dani?' suara wanita itu segera dikenali Dani. Suara sekertaris di perusahaan tempatnya melamar. 'Bapak ditunggu kedatangannya besok oleh pak direktur jam sembilan.'

'Baik. Terima kasih.'

Sayangnya pembicaraan tersebut hanya terjadi dalam imajinasiku saja. Aku tidak pernah menerima telepon yang memberi kabar kalau aku diterima. Tidak pernah. Yah, sebenarnya aku sudah tahu sejak semula kalau perusahaan tempatku melamar itu hanya menerima dua jenis orang. Tenglang9 -- untuk dijadikan kepala staff dan menempati berbagai posisi penting lainnya dan hwa na10sebagai staff biasa atau lebih parah lagi sebagai pesuruh. Terus bagaimana dengan aku yang tidak termasuk kedua golongan tersebut? Tidak ada tempat untuk orang sepertiku. Tidak ada tempat untuk orang yang setengah-setengah di dunia ini. Aku harusnya menyadari hal itu sejak dulu, tapi entah kenapa aku masih nekat juga melamar. Mungkin aku berharap dewi kwam imllakan membuat keajaiban.

'Dewi pasti membantu orang yang dalam kesulitan.' Begitu kata ibuku waktu dia masih hidup. 'Bagaimana caranya, Bu?' tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun