menghidupkan akar perlawanan!," ujar opsir penjajah.
Pena Tirto menjahit luka rakyat menjadi suara,
tapi bagi penguasa,
itu adalah petir mengancam tahta."
Di bawah langit Maluku Utara yang sepi,
Ia sempat ragu:
"Sia-siakah perjuanganku?
Terhentikah aku di sini?
Mata Tirto memang masih menyimpan perlawanan,
marah atas penjajahan,
murka pada ketidak- adilan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!