tapi kakinya rapuh bergetar.
Kepada Siti, Tirto sering mencurahkan isi hati.
"Pikiranku melesat jauh melampaui ragaku yang letih,
melampaui keuangan yang serba kurang."
Penyakit pelan- pelan memangsanya.
1918, ia wafat di usia 38 tahun,
lebih muda dari usia perjuangannya.
Di makamnya,
Siti berdoa.
Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Tirto.
Saat itu Tirto minta Siti melantunkan Tembang Jawa, Macapat,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!