-000-
Apa kritik terhadap Positive Psychology dan Neurosains sebagai Fondasi Spiritualitas?
Meskipun positive psychology dan neurosains memberikan wawasan baru tentang kebahagiaan, ada kritik yang menyatakan bahwa pendekatan ini terlalu sederhana.Â
Mereka berpendapat bahwa jika spiritualitas hanya dilihat dari perspektif ilmu saraf, kedalaman makna spiritual bisa berkurang menjadi sekadar reaksi biologis atau proses kognitif.
Kritik terkuat terhadap menjadikan riset psikologi positif dan neurosains sebagai basis telaah spiritualitas adalah bahwa pendekatan ini berisiko mereduksi spiritualitas menjadi sekadar rangkaian respons biologis atau kondisi psikologis yang dapat diukur dan dipetakan oleh ilmu pengetahuan.Â
Pandangan ini menganggap spiritualitas sebagai pengalaman batin yang dalam dan melampaui data empiris serta parameter ilmiah. Bagi banyak pihak, spiritualitas tidak semata-mata tentang kesejahteraan emosional atau perubahan struktur otak, tetapi tentang koneksi dengan sesuatu yang transendental atau suci yang melampaui batas fisik manusia.Â
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dianggap tidak memiliki kapasitas untuk sepenuhnya memahami dan mendeskripsikan aspek terdalam dari pengalaman batin.
Namun, menjadikan riset psikologi positif dan neurosains sebagai alat dalam memahami spiritualitas bukan berarti mengerdilkan nilai spiritualitas menjadi sekadar respons biologis.Â
Sebaliknya, pendekatan ini bisa dilihat sebagai cara untuk memperkaya pemahaman kita tentang spiritualitas, dengan menambahkan dimensi empiris yang melengkapi pengalaman batin yang transenden.Â
Neurosains dan psikologi positif dapat membantu mengidentifikasi bagaimana praktik spiritual, seperti meditasi dan doa, berpengaruh positif pada kesejahteraan mental dan fisik, misalnya dengan mengurangi stres atau meningkatkan empati dan kasih sayang.
Berikut adalah tiga poin utama untuk mendukung penggunaan riset ini sebagai basis yang melengkapi, bukan menggantikan, pengalaman spiritual: