"Bu, pesan nasinya satu. Oreg tempenya satu piring itu saya ambil semua ya?"
"Buka mulutmu sayang. Biar aku suapi."
"Malu atuh sama ibu warung," bisikku.
"Enggak apa-apa. Paling dia iri dan ingin cepat-cepat pulang untuk minta disuapi juga oleh suaminya."
Aku benar-benar dibuat tersipu malu oleh suamiku. Ibu penjaga warung senyum-senyum melihat tingkah suamiku.
"Sekali lagi selamat ulang tahun ya, sayang. Sepiring oreg tempe ini kupersembahkan khusus untukmu. Gara-gara oreg ini kita jadi berkenalan dan menghabiskan waktu di warung ini. Tempat yang tadinya sepi jadi asyik begitu aku mengenalmu. Satu bulan bersama-sama membuat kita saling jatuh cinta. Kesembuhan orang tua kita dan kembalinya kita ke rumah masing-masing menyadarkanku. Bahwa aku merasa kehilangan kamu dan tak ingin berpisah denganmu. Itulah kenapa aku ngotot ingin ke rumahmu dan serius untuk melamarmu. Aku takut kamu diambil orang."
Kerongkonganku tercekat. Mataku berkaca-kaca. Aku sungguh terharu. Suamiku memberi kado yang luar biasa tak terduga hari ini. Membawaku ke tempat penuh cinta.
Betapa ia mencintai ku sedemikian rupa.Bahkan sepiring oreg tempe yang bagiku bukan apa-apa, menjadi istimewa baginya.Â
Aku selalu memilih lauk oreg tempe saat di sini, karena hanya itu lauk yang pas dilidahku. Aku tidak mau mengambil risiko sakit perut ditempat seperti ini.Â
Rupanya suamiku berpikiran sama. Jadilah oreg tempe tersebut jadi rebutan kami saat itu. Tentu saja dengan mimik sok jaim. Padahal dalam hati kesal kalau sudah keduluan dan tak kebagian.
Ah, sungguh tak kusangka. Dalam sepiring oreg tempe ada cinta untuk kami. Ada berkah bagi kehidupan kami berdua di masa depan. (EP)