"Kalau diberitahu bukan kejutan namanya. Selamat ulang tahun ya sayang,"Â ujar suamiku sambil merengkuhku ke dalam pelukannya. Diciumnya keningku dengan penuh perasaan. Aku lingkarkan tanganku memeluk pinggangnya dengan erat. Aku terharu. Kupikir suamiku tak ingat lagi hari ulang tahunku. Rupanya sudah mempersiapkan kejutan ini.
Usai bertemu dengan pak kyai dan berbincang-bincang dengan beliau. Aku dan suami berjalan-jalan di lorong rumah yang didesain menyerupai rumah sakit.Â
Ada kamar yang khusus untuk satu pasien. Ada juga yang terdiri dari 10 pasien dalam satu kamar. Aku dan ibu dulu memilih kamar yang khusus. Begitu pula dengan suamiku.Â
Kami bergandengan sambil mengingat masa lalu.
"Enggak nyangka ya kita dipertemukan di sini?"Â bisik suamiku.
"Tadinya aku sudah minta digantikan oleh abangku loh! Bosan dengan suasana di sini. Sepi tak ada kehidupan saat malam hari. Untung Tuhan mengirim bidadari ke sini. Jadi aku merasa terhibur dan ada yang kugodain deh,"Â ujar suamiku lagi. Kali ini sambil menjawil daguku. Aku tersipu. Seperti kembali ke masa-masa itu.
"Yuk kita ke warung nasi di ujung jalan sana?"Â ajak suamiku.
Aku mengangguk. Ia menggandeng tanganku tanpa mempedulikan orang-orang kampung sekitar yang memperhatikan tingkah kami. Saat kuingatkan ia hanya tertawa.
"Biar saja. Kalau ada yang godain bilang saja pengantin baru. Mereka pasti maklum."
Tak pelak aku daratkan cubitan manja ke pinggangnya.
Tiba di warung nasi langganan kami dulu. Suamiku langsung memesan nasi dan oreg tempe.