Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Pahlawanku] Nona Majikan dan Sepenggal Kisah Cintanya

17 Agustus 2019   00:07 Diperbarui: 19 Agustus 2019   13:19 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://allevents.in

"Auuuwwww!"

Aku memekik tertahan karena kaget dan kesakitan. Rambutku dijambak dari belakang.

"Mas, kamuuu..." kataku dengan suara tercekat.

"Sekali lagi kamu menjelek-jelekkan keluargaku. Aku tak segan-segan memukulmu," desis suamiku dengan tangan yang masih menjambak rambut ini dan sebelah tangannya lagi mencengkeram wajahku. 

Setelah itu ia keluar dari kamar sambil membanting pintu. Aku benar-benar shock. Tidak menyangka suamiku yang tampan bisa sekasar ini. Untung anakku sedang bermain di luar. Jadi tidak melihat kelakuan bapaknya. Untung juga ibu sudah tiada. Sehingga tidak melihat anak semata wayangnya diperlakukan seperti ini.

Mengingat ibu, air mataku jatuh. Aku menangis. Ibuku saja tidak pernah mencubit. Suami yang baru lima tahun bersama malah tega menyakitiku. Hatiku sakit sekali diperlakukan seperti ini. Hanya salat dan sabar yang bisa kulakukan.

Tetapi ketika suamiku berani memukul hanya karena fitnah yang dilontarkan adiknya. Kesabaranku hilang.

"Ceraikan aku! Aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Aku akan keluar dari rumah ini. Anak aku bawa!" teriakku.

Dengan menggendong si buah hati dan menjijing tas berukuran sedang, aku mencium tangan ibu mertua. Meski hati ini enggan. Aku tetap pamit dengan sopan.

Herannya, mereka semua diam saja. Mungkin mereka menganggap aku beban. Tidak bekerja, memiliki anak pula. Jadi keluarnya aku dari rumah justru meringankan beban.

                                * * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun