Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Pahlawanku] Nona Majikan dan Sepenggal Kisah Cintanya

17 Agustus 2019   00:07 Diperbarui: 19 Agustus 2019   13:19 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://allevents.in

Namun antonim kata itu benar adanya. Bukan wacana semata. Ketika ada kata bahagia maka ada kata duka di seberang sana. Hal itu yang kemudian kualami. 

Tepat lima tahun usia anakku, ibu meninggal dunia. Suamiku kena PHK. Duniaku seolah runtuh. Aku kehilangan semangat hidup. 

"Ya Allah, dosa apa yang hamba perbuat sehingga Engkau beri cobaan seperti ini," rintihku dalam doa yang terucap.

Kami pindah ke rumah mertua karena suamiku malu dengan tetangga. Ia tidak mau membantu usaha warung makanku. Terpaksa warung itu kututup.

Kupikir ia akan segera mencari pekerjaan lagi. Ternyata hanya makan, tidur dan ngopi saja kerjanya setiap hari. Parahnya, ia mulai keluar malam untuk mabuk-mabukkan. Awalnya aku masih sabar. Tetapi ketika adik ipar mulai nyinyir, aku mulai bersuara.

"Sampai kapan kamu akan begini, Mas? Anak kita mulai sekolah tahun depan. Butuh biaya banyak. Tabunganku mulai habis untuk kebutuhan kita sehari-hari."

"Lagipula adikmu mulai gerah dengan kehadiranku" ujarku.

"Jangan cerewetlah. Aku pusing mendengar celotehmu."

Aku tersentak. Tidak percaya ia akan menghardikku.

"Cerewet katamu? Baru pertama aku bicara seperti ini, Mas. Itu pun karena aku tak tahan dengan sindiran adikmu. Aku bukan benalu. Kamu saja yang tak mau mandiri. Lebih memilih pulang ke rumah orang tua daripada melanjutkan hidup di kontrakan," kataku sambil melipat pakaian yang baru saja kuangkat dari jemuran. 

Tiba-tiba...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun