Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Ada Pengaruh Membaca Sastra dengan Prestasi Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia?

4 Desember 2021   17:00 Diperbarui: 28 Desember 2021   10:19 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MEMBACA SASTRA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA 

Latar Belakang Masalah

Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. 

Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseftif (mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). 

Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif muncul pada tahapan selanjutnya. Peningkatan kedua keterampilan tersebut akan menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.

Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu peningkatan khusus adalah membaca. 

Membaca merupakan langkah awal untuk meningkatkan kembampuan berbahasa lainnya, yaitu menulis dan berbicara. 

Membaca menurut Soedarso (2006:4) adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar yang terpisah-pisah, meliputi menggunakan pengertian, khayalan mengamati sampai mengingat-ingat. 

Dengan membaca maka seseorang dapat mengungkapkan pengalaman dari hasil bacaan, bacaan tersebut dapat berupa bacaan fiksi (sastra) ataupun bacaan non-fiksi (pengetahuan).

Kaitannya dengan pendidikan, seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan membaca yang baik sebagai penunjang intelektualitas. 

Kemampuan membaca menjadi kebutuhan utama untuk mengikuti aktivitas belajar di sektor pendidikan formal (sekolah). 

Seseorang, dalam hal ini siswa, harus bisa mengikuti aktivitas belajar dengan menujukkan kemampuan membaca untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Aktivitas membaca akan mempengaruhi aktivitas lainnya, seperti menulis dan berbicara.

Dalam dunia pendidikan, sikap dan cara berpikir siswa harus dapat terukur dan terlihat dengan bimbingan guru. Misalnya, guru bidang studi bahasa Indonesia harus dapat menarik perhatian siswa untuk belajar bahasa Indonesia yang terdiri atas aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik. Selain itu, minta siswa dalam membaca pun harus dapat ditingkatkan untuk menambah pengetahuan dan pola pikir yang terarah.

Selain buku pengetahuan yang dapat menambah wawasan siswa di era globalisasi, buku karya sastra pun dapat menjadi bagian penting untuk dibaca. 

Nilai-nilai kehidupan yang adalm dalam cerita karya sastra, baik itu novel ataupun cerpen dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, nilai-nilai kehidupan karya sastra dapat mempengaruhi sikan dan cara berpikir siswa dalam hidup sosial.

Penulis memandang bahwa karya sastra menjadi salah satu media yang dapat memberi pesan-pesan moral kepada pembaca. 

Unsur-unsur yang ada dalam karya sastra dapat memberikan irama kehidupan yang sangat bermanfaat bagi pembaca. 

Pendidikan di sekolah bukan hanya sikap yang dapat dicontohkan oleh guru, tetapi dari hasil membaca karya sastra pun menjadi contoh yang baik untuk siswa.

Untuk itu, kebiasaan siswa dalam membaca karya sastra dapat memotivasi dalam proses belajar siswa, khususnya bidang studi bahasa Indonesia. 

Siswa dapat memahami isi karya sastra dengan membaca pemahaman yang baik pula. 

Siswa dapat termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia setelah mereka memiliki kebiasaan membaca karya sastra atau tertarik terhadap nilai-nilai kehidupan karya sastra. 

Motivasi dan kemampuan membaca karya sastra pun dapat mempengaruhi bukan hanya dari sikap dalam belajar tetapi hasil belajar siswa dari cara berpikir yang lebih terarah dalam bidang studi bahasa Indonesia.

Landasan Teori

Ada tiga konsep yang diuraikan dalam karya ilmiah ini, yaitu (1) hakikat motivasi, (2) hakikat kemampuan membaca sastra, dan (3) hakikat hasil belajar.

Hakikat Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau tomove yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). 

Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif menjadi kepentingan seseorang bergerak atau berubah mencapai suatu tujuan. Motif berasal dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, motif adalah inti dari aktivitas seseorang untuk menjadi lebih aktif. 

Steiner sebagaimana dikutip Hasibuan (2003:95) mengemukakan motif adalah "suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir".

Winardi (2002:33) menjelaskan, motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Artinya, energi bergerak dengan adanya rangsangan sebagai sesuatu "perasaan". 

Seseorang dapat mengetahui perubahan tersebut dengan melakukan aktivitas yang lebih aktif untuk tujuannya. 

Motif-motif tersebut merupakan "mengapa" dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu. 

Sementara itu, motivasi berasal dari kata motif, dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. 

Mc. Donald (1959) dalam Sardiman mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. 

Hal tersebut dapat diartikan sebagai pergerakan seseorang dari "rasa diam" atau tidak berbuat sesuatu melangkah menuju tujuan tertentu. Dari pengertian Mc. Donald tersebut dapat dijelaskan setiap elemennya, yaitu:

Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. 

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan kata lain bahwa motivasi diawali dengan adanya perubahan energi dari respons suatu aksi, reaksi, emosi, dan berakhir pada tujuan yang telah ditentukan seseorang. 

Dengan demikian, berdasarkan beberapa teori di atas pengertian motivasi adalah motif-motif tertentu yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan perubahan perilaku dan energi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

  Hakikat Kemampuan Membaca 

Pengertian kemampuan secara umum adalah kesanggupan atau kekuatan seseorang melakukan sesuatu. Kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam membaca.  

Pada dasarnya setap siswa memiliki kemampuan untuk belajar, namun, kemampuan tersebut akan muncul jika siswa dapat menunjukkan dengan aktivitas yang lebih aktif dan terlihat mencapai tujuan tertentu. 

Kemampuan pun akan muncul jika seseorang dapat belajar dengan baik, baik berdasarkan pengalaman hidupnya ataupun pengalaman yang diberikan orang lain (sosial).

Kemampuan sangat diperlukan seseorang untuk menjalankan aktivitas belajar yang lebih aktif. Siswa yang berkemampuan besar akan memperoleh hasil belajar yang baik dibandingkan siswa yang berkemampuan rendah. Elizabeth B. Halock (1992: 293) mengatakan bahwa:

Kemampuan sangat bergantung pada hasil sistem pendidikan dan penyesuai diri terhadap sejumlah perubahan murni yang lama memungkinkan untuk diabaikan. 

Pemurnian yang kuat dari metode silang usai antara bagian yang dilaporkan dalam literatur konvensional tentang kemampuan ini, semata-mata merupakan konsekuensi dari faktor perubahan baerbagai budaya yang memproduksi penampilan intelektual yang semakin tinggi, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kemampuan yang diperoleh melalui sistem pendidikan formal tidak dapat menunjukkan penurunan karena usia secara nyata. 

Kemampuan dapat didasarkan atas pendidikan yang didapat oleh seseorang. Kemampuan seseorang bergantung sistem pendidikan yang mengatur aktivitas belajarnya, bagaimana seseorang dapat mengasah kemampuan tersebut atau memendam kemampuan tersebut. 

Artinya bahwa metode yang terdapat dalam sistm pendidikan akan mempengaruhi intelektualias atau kemampuan seseorang untuk menampilkan bakat dan hasil belajarnya. 

Namun, dalam hal ini, sistem pendidikan formal tidak dapat menurunkan kemampuan atas dasar usia nyata karena kemampuan akan muncul dari generasi berikutnya dengan intelektual yang lebih tinggi (modern) atas perkembangan zaman.

Charles E. Jhonson dalam Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (1991: 3) mengatakan bahwa kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 

Kemampuan menjadi bagian nyata yang mempengaruhi pola pikir seseorang untuk mendapatkan hasil maksimal sesuai yang diinginkan. 

Pola pikir tersebut akan merangsang perilaku yang rasional pula. Seseorang dengan kondisi tertentu harus memenuhi syarat kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. 

Dengan demikian, hasil suatu kegiatan akan ditentukan sesuai kapasitas seseorang. Kemampuan dapat diartikan sebagai kekuatan atau kesanggupan seseorang menyelesaikan suatu kegiatan dengan baik dan benar atau tidak ssuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam kaitannya dengan membaca, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam membaca. 

Menurut DP. Tampubolon yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. 

Bagaimana seseorang dapat memahami suatu bacaan dan mengaplikasikannya dalam suatu kegiatan setelah membaca. Kemampuan membaca dalam hal ini menilai kecepatan membaca dengan memahami isi bacaan.

Sementara itu, menurut Akhmad (1996:88) bahwa "Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi cetak". 

Dalam sistem pendidikan materi cetak merupakan buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran atau buku-buku yang menunjang pelajaran tersebut. 

Buku cetak tersebut dapat berupa buku fiksi atau nonfiksi. Kemampuan membaca menurut Akhmad dapat diartikan sebagai pemahaman informasi dar buku-buku pelajaran ataupun buku-buku non-pelajaran yang menunjang pelajaran di sekolah.

Sementara itu, menurut Yeti Mulyati (1997:65) bahwa "Kemampuan membaca adalah kesanggupan melihat serta memahami isi dari pada yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati". 

Kemampuan membaca dalam hal ini merupakan teknik membaca untuk memahami isi bacaan, baik membaca secara dilisankan atau di dalam hati. 

Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efektif dan efisien. Membaca untuk memahami isi teks bacaan dan efektif bukan berarti asal membaca pemahaman saja, karena akan berpengaruh terhadap daya serap isi bacaan.

Kemampuan membaca harus diimbangi oleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Pembaca yang efektif dan kritis harus mampu menemukan bagian penting dari bahan bacaan tersebut secara tepat. 

Pembaca dapat membiarkan bagian yang kurang penting bahkan melewatinya bila memang tidak diperlukan untuk mengefektifkan tetapi tidak mengurangi pemahaman isi bacaan. Artinya bahwa kemampuan membaca berkaitan dengan membaca pemahaman, bagaimana seseorang menangkap makna dari bacaan tersebut. Pemahaman bacaan menurut Harjasujana dan Damaianti (2003:134-136) meliputi pemahaman kalimat-kalimat. 

Pemahaman tentang kalimat-kalimat itu meliputi pula kemampuan menggunakan teori tentang hubungan-hubungan struktural antarkalimat. 

Pengetahuan tentang hubungan struktural itu berguna bagi proses pemahaman kalimat, sebab kalimat bukanlah untaian kata-kata saja melainkan untaian kata yang saling berkaitan mengikuti cara-cara yang spesifik.

Dengan demikian, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai bentuk pemahaman atas kalimat-kalimat secara struktural sehingga isi atau informasi secara keseluruhan dapat ditemukan pula. 

Kemampuan membaca merupakan kesanggupan atau kekuatan seseorang untuk memahami dan menemukan informasi penting dari isi bacaan.

Hakikat Sastra

Sastra merupakan salah satu media penyampai ide, gagasan, dan pikiran pengarang tentang kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan. 

Sastra dapat berupa prosa, puisi, dan drama. Dari waktu ke waktu sastra berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat baik dari ragam bentuk maupun tema cerita.

Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah dengan alur menarik dan unsur-unsur lain yang menopang ceritanya. 

Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap karya sastra yang dipaparkan terdapat nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Sastra sebagai karya seni tidak hanya mengandung unsur budaya tetapi juga mengandung unsur moral, pengetahuan, penalaran, dan kreativitas dalam kehidupan. 

Sastra sebagai salah satu bentuk kebudayaan, dalam hal ini, secara otomatis juga terpengaruh dan mengandung nilai-nilai religius. 

Tentang hal ini, Mangunwijaya (1988) mengemukakan bahwa sastra tumbuh dari suatu religi. dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra merupakan turun langsung dari religiositas (nilai religius).

Unsur-unsur moral dalam karya sastra dapat diterapkan dalam bersikap dan berpikir di lingkungan masyarakat, khususnya dunia pendidikan. 

Secara sosial, membaca karya sastra merupakan hasil penelitian penulis dalam masyarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan. 

Kinayati Djojosuroto (2000) mengatakan bahwa sastra merupakan pengungkapan hidup dan kehidupan yang dipadu dengan imajinasi dan kreasi seorang pengarang serta dukungan pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan tersebut.

Sastra tidak saja lahir karena fenomena-fenomena kehidupan yang lugas tetapi juga dari kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imainatif, fiktif, juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendens. 

Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu. 

Beris Pasternak dalam Suyitno (1986:3) mengatakan bahwa sastrawan harus berdiri dalam kehadiran nilai-nilai yang terangkum dalam kehidupan semesta.

Berkaitan dengan pendidikan, belajar karya sastra memiliki arti belajar tentang kehidupan. Pesan moral yang diterapkan dapat mempengaruhi sikap dan proses berpikir yang lebih terarah. 

Dalam dunia pendidikan pula, khusunya bidang studi bahasa Indonesia, karya sastra menjadi bagian yang tak terpisahkan. 

Oleh sebab itu, karya sastra akan mempengaruhi sikap dan pola pikir siswa yang mempelajarinya. Dalam konteks bacaan sastra, Sumiati (1972:2) menjelaskan bahwa bacaan sastra merupakan bacaan yang indah dan baik isinya serta mampu membangkitkan impresi tertentu pada batin pembaca. 

Artinya, membaca karya sastra dapat memberikan dorongan untuk melakukan hal sesuai isi bacaan, apakah ke arah yang positif atau ke arah yang negatif.

Dengan demikian, hakikat karya sastra adalah tulisan yang mengekspresikan atau mengungkapkan perasaan pengarang yang berasal dari pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat yang disertai dengan imajinasi untuk membentuk suatu hal yang bermakna. 

Hal tersebut bertujuan untuk memberikan keindahan sebagai hiburan bagi pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun