Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sastra Lisan Sunda: Antara Ada dan Tiada

1 Oktober 2021   09:42 Diperbarui: 1 Oktober 2021   09:56 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Sastra lisan Sunda merupakan kebudayaan tradisisonal yang memiliki warna lokal daerah Sunda. Artinya nilai-nilai tradisisonal yang paling menonjol pada karya sastra berwarna lokal. 

Warna lokal Sunda yang secara kuantitatif hadira agak banyak pada adan setelah tahun lima puluhan, yang sebelumnya telah dirintis pada masa sebelum perang menunjuk pada kenyataan-kenyataan social budaya Sunda dengan segala aspeknya.

Warna lokal Sunda di tengah karya sastra modern mengandung nilai komunikatif bagi saling pengertian antardaerah dalam kerangka Indonesia. 

Nilai tersebut berusaha menggali dan mengkaji setiap aspek kebudayaan Sunda demi sumbangan kepada kepentingan kebudayaan nasional. 

Dengan demikian sastra lisan daerah Sunda sudah menjadi bagian yang menumbangkan kebudayaan dengan warna local Sundanya. Karena pada dasarnya setiap sastra lisan atau sastra-satra lainnya yang berasal dari daerah memiliki atau membawa identitas daerahnya tersebut.

Macam-macam Sastra Lisan Sunda

Pantun

Di dalam bahasa Sunda terdapat kesusastraan yang kaya. Bentuk sastra Sunda yang tertua adalah ceritera-ceritera pantun, yaitu ceritera pahlawan-pahlawan nenek moyang Sunda dalam bentuk puisi diselang-seling oleh prosa berirama seperti bentuk panglipur lara. 

Tukang-tukang pantun mendongengkan ceritera pantunnya dengan iringan bunyi kecapi. Ceitera itu mengetengahkan pahlawan-pahlawan dan raja-raja pada zaman Sunda purba, zaman Galuh dan Pajajaran, dan selalu menyebut nama raja Sunda yang terkenal ialah Siliwangi. 

Bagi orang Sunda ceritera pantun itu menduduki tempat yang khas dalam hatinya yang menggugah perasaan kebesaran orang Sunda.

Wayang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun