LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
MEMBERIKAN PEMAHAMAN TERHADAP ANAK TENTANG MITOS DI TANAH GOCAP
Disusun Oleh :
DELOLA I DEBATARAJA Â Â Â Â Â Â : 191010700261
MUHAMMAD AWALUDDIN Â Â Â : 191010700248
MUSYIRIFAH Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 191010700158
SITI INTAN KARLINA Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 191010700293
Â
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mitos berasal dari bahasa Yunani yakni muthos yang didefinisikan sebagai cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut, atau dikenal juga dengan cerita informal suatu suku yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Christensen, 2008). Biasanya mitos menceritakan mengenai terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, dan sebagainya. Mitos biasanya disampaikan oleh orang tua atau orang yang lebih dewasa terhadap anak-anak. Hal ini sering diceritakan ketika hendak pengantar tidur, ketika bercengkarama, ketika berkumpul dan banyak kesempatan lainnya.
Penyampaian mitos terhadap anak sering kali memberikan dampak positif dikarenakan beberapa dongeng dapat menjadi pengajaran sederhana terhadap anak. Misalnya larangan berkata kasar disuatu tempat tertentu dikarenakan pantangan sebenarnya bermaksud memberikan pengajaran yang baik. Anak biasanya akan mempercayai dan cenderung menurut apa yang dikatakan orang tua setelah mendengarkan larangan dari mitos tersebut. Biasanya anak juga akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru untuk menyakinkan kebenaran mitos tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak juga merupakan tunas, potensi, generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat yang menjamin keterlangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan dan agar setiap anak kelak mampu memikul tanggungjawab. Kedudukan ini membuat pentingnya perlindungan anak untuk dilakukan. Hal ini meliputi usaha dan kegiatan yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari dari sisi fisik maupun mental dan sosialnya (Gultom, Maidin).
Disisi lain, mitos juga ternyata memberikan dampak negatif bagi beberapa anak lainnya. Pengamatan sederhana telah dilakukan oleh peneliti di daerah Tanah Gocap. Rasa ketakutan, konsep pemikiran yang salah, trauma sederhana sering kali alami anak setelah memdengarkan cerita mitos. Hal ini disebabkan banyaknya jenis mitos yang terdapat di masyarakat dan semua dapat disampaikan kepada anak-anak. Kesiapan mental dan pemahaman anak mengenai mitos yang disampaikan berbeda-beda sehingga dampak yang dirasakan juga berbeda. Penyampaian cerita mitos dan pemahaman mengenai arti yang dikandung mitos tersebut seharusnya lebih sederhana dan lebih mudah diterima agar tidak memberikan definisi yang salah sehingga berakibat fatal bagi mental anak.
Identifikasi Masalah
Penyampaian dan pemberian pemahaman yang kurang tepat mengenai mitos terhadap anak dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi mental dan dunia sosial keseharian anak. Salah kaprah akan membuat anak memiliki pola pikir yang berbeda dari maksud mitos yang sebenarnya. Hal ini menjadi perlu untuk diperhatikan mulai dari jenis mitos yang hendak disampaikan, cara penyampaian, serta maksud yang ingin disampaikan.
Rumusan Masalah
Apa-apa saja jenis mitos yang terdapat dimasyarakat?
Bagaimana mitos dapat memberikan manfaat bagi pendengar khususnya untuk anak?
Bagaimana pemberian pemahaman yang tepat terkait mitos terhadap anak?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi cara yang tepat dalam pemberian pemahaman mengenai mitos kepada anak khususnya didaerah Tanah Gocap sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi penulis:
Pemenuhan syarat pelaksanaan PKMM
Wadah menuangkan ide dan ilmu dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat:
Referensi dalam menyampaikan pemahaman mengenai mitos kepada anak
Media pembelajaran bagi orang tua dan anak
Â
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemahaman
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah susuatu hal yang dipahami dan dimengerti dengan benar. Para ahli lainnya juga mengeluarkan definisi yang menjelaskan tentang pemahaman.
Menurut Arikunto pemahaman dimaksudkan dengan membuktikan bahwa sesorang memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta.
Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, seseorang dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan.
Menurut Winkel dan Mukhtar dikutip dalam buku Sudaryono, pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang penerapan pada kasus lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman anak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor intern
Ada tiga faktor, yaitu:
Faktor jasmaniah
Menurut Slameto sehat berarti dalam keadaan baik dan bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap respon pemahamannya.
Faktor psikologis
Faktor ini meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif.
Faktor kelelahan
Faktor Ekstern
 Dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:
Faktor keluarga
Keluarga adalah salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pemahaman anak. Hal ini meliputi:
Cara orang tua mendidik
Relasi antara aggota keluarga Suasana rumah tangga
Keadaan ekonomi keluarga
Pengertian orang tua
Latar belakang kebudayaan.
Faktor sekolah
Faktor masyarakat
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan respon anak atas apa yang telah didengar, dilihat, dibaca dan dicontohkan oleh orang lain. Pemahaman anak ini dipengaruhi baik oleh faktor eksternal dan internal. Telah disebutkan bahwa yang menjadi salah satu pemberi pemahaman pada anak adalah penuturan baik dari rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Sehingga diperlukan cara yang tepat untuk tidak menyampaikan persepsi dan maksud yang salah terhadap anak.
Mitos
Definisi Mitos
Dalam Asiyah (2019) dijelaskan bahwa bitos telah ada sejak zaman dahulu, dimana ketika teknologi dan perlengkapan pengetahuan belum semaju zaman sekarang maka orang-orang mempercayai atau mempelajari sesuatu dengan mitos. Â Cerita mitos dapat ditularkan melalui penutuan langsung, tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara. Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Banyak ahli atau pihak yang mendefinisikan mitos beberapa diantaranya sebagai berikut.
Christensen (2008) menyebutkan bahwa mitos berasal dari bahasa Yunani muthos yang berarti dari mulut ke mulut, atau dengan kata lain cerita informal suatu suku yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Asiyah (2019) menjelaskan Mitos adalah suatu pengetahuan berdasarkan penghayatan digabungkan dengan pengalaman dan didasarkan dengan kepercayaan.
Dalam istilah lain disebutkan bahwa mitos adalah pengetahuan baru yang merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan.
Pengetahuan semacam mitos dapat disebut pseudo science (sains palsu), artinya mirip sains, tetapi bukan sains sebenarnya.
Jenis-jenis Mitos
Dalam Asiyah (2019) disebutkan bahwa mitos digolongkan menjadi tiga, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat, dan legenda. Secara lebih detail, berikut ini adalah beberapa jenis mitos yang dikemukakan oleh Mia Angeline (2015).
Mitos Penciptaan
Tema yang paling umum dari mitos penciptaan adalah adanya dewa pencipta, yang memisahkan langit dan bumi, serta menciptakan manusia baik dari tanah liat, ranting, keringat, bahkan kutu dari dewa pencipta itu sendiri (Wilkinson & Philip, 2007, hal. 18). Fungsi yang dapat diambil dari mitos penciptaan bahwa mitos ini memperkenalkan manusia pada kekuatan yang lebih besar yang "menciptakan" manusia.
Mitos Banjir Besar
Mitos banjir besar dinilai sebagai upaya untuk mengembalikan dunia menjadi suci kembali seperti sebelum penciptaan serta memungkinkan terjadinya awal yang baru. Mitos banjir besar ini berfungsi sebagai pengingat bahwa manusia penuh dengan kesalahan dan mudah tergoda. Jika tidak segera memperbaiki kesalahan ini, para dewa akan marah dan menghukum mereka.
Mitos Kematian
Mitos mengenai kematian ini mengajarkan pada manusia untuk menerima bahwa semua makhluk pada akhirnya akan meninggalkan dunia. Beberapa mitos berusaha menawarkan jawaban yang ada pada alam setelah kematian: siksaan bagi mereka yang menjalani hidup dengan buruk dan kenikmatan surgawi bagi mereka yang menjalani hidup dengan baik. Dasar mengenai adanya kehidupan setelah kematian ini yang membuat template, kebiasaan dan ritual di kehidupan sehari-hari manusia, dengan harapan manusia menjalani hidupnya dengan baik untuk mendapatkan kenikmatan surgawi setelah mereka meninggal.
Manfaat Mitos
Rodriguez (dikutip dalam Samovar, Porter, & McDaniel, 2010:38) mengatakan setidaknya manfaat dengan adanya mitos adalah: Â Â
sebagai pengawas terbaik bahasa dan warisan budaya, tetapi juga merupakan penolong hebat dalam proses sosialisasi, mereka mengajarkan anak-anak pelajaran yang kadang-kadang sulit tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan apa yang terjadi ketika kebaikan diadu dengan kejahatan.
Menurut Wilkinson & Philip (2007:16) mitos mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Jalan menuju kesucian
Mitos menyediakan jalan menuju dunia para dewa yang suci dan bagaimana semua aspek dalam kehidupan manusia di dunia mempunyai akibatnya sendiri di dunia para dewa;
Mengelola aktivitas manusia
Dewa dan dewi dalam mitos membantu manusia dalam menjalankan aktivitas tertentu, misalnya dalam masyarakat Romawi kuno, seorang pria membutuhkan bantuan delapan dewa untuk melewati malam pertama dengan istrinya: Jugatinus, yang mempersatukan kedua manusia dalam pernikahan; Domidicus, yang mengantar sang istri pulang ke rumah barunya; Domitius, yang memasang posisi sang istri; Manturna, yang menahan posisi sang istri tersebut; Virginiensis, yang membuka pakaian sang istri; Subigus, yang membuat sang istri untuk menuruti keinginan suami; Prema, yang menahan sang istri; dan Pertunda, yang memungkinkan terjadinya penetrasi;
Template/cetakan untuk kehidupan sehari-hari
Mitos lebih dari sekadar cerita, mitos mempunyai fungsi untuk menjaga kehidupan dan interaksi manusia dalam bermasyarakat serta interaksi manusia dengan alam. Melalui struktur dan nilai yang dibawa dalam cerita tercipta sistem budaya, ritual, dan kepercayaan.
Definisi Anak
Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, disebutkan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Definisi lain dikemukakan oleh R.A. Kosnan (2005) bahwa anak adalah manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.
Definisi yang menyebutkan bahwa anak merupakan manusia yang dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya membuat anak lemah dan rentan terjurumus hal buruk. Anak sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah, justru sering kali ditempatkan dalam posisi yang paling dirugikan, tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasa dan pelanggaran terhadap hak-haknya (Arif Gosita, 1992).
Â
Â
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penyelesaian penelitian pengabdian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi literature dan library research. Hal ini dilakukan dengan mencari tahu kondisi faktual anak yang mendapat dampak pemahaman terkait cerita mitos. Pengakuan dan pemahaman yang ditemukan pada anak akan dicocokkan dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu, maka akan dihasilkan inovasi bentuk pemberian pemahaman terhadap anak tentang mitos.
Objek Penelitian
Objek penelitian dalam program pengabdian masyarakat ini adalah seluruh anak pada umumnya yang berada pada usia 0 -- 18 tahun (kategori anak). Objek penelitian didapatkan pada beberapa contoh permasalahan pemahaman anak terkait mitos yang didapatkan melalui siaran berita, pengalaman sosial peneliti dan studi lapangan.
Adapun total sampel penelitian yang telah didapatkan:
11 anak berdasarkan pengalaman pribadi dan studi lapangan di Tanah Gocap
Contoh kasus banyak anak dari siaran berita sebagai perbandingan
Teknik Analisis
Teknik analisis yang dilakukan dalam penyelesaian penelitian laporan akhir pengabdian ini adalah analisis deskriptif sesuai dengan studi literatur yang telah dipelajari dan dipahami sesuai dengan tema mitos.
Â
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi dan Masalah Adanya Cerita Mitos Bagi Anak
Mitos diyakini sebagai salah satu bentuk mempelajari fenomena yang terjadai dalam kehidupan pada zaman dulu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman dulu diturunkan hingga pada anak zaman sekarang melalui cerita-cerita ini salah satunya mitos. Mitos menggambarkan banyak pengajaran untuk dapat diambil nilai-nilai moral atau makna yang dimuat dibalik ceritanya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa secara garis besar mitos dibuat untuk menyadarkan manusia akan 3 hal yakni
Ada kuasa yang lebih besar dari manusia yakni penciptanya
Adanya banjir besar yang menjadi pengajaran manusia untuk terus berhati hati dan berbuat baik dalam menjalani hidup
Adanya cerita tentang kematian yang mengajarkan manusia untuk tidak melupakan jati dirinya
Tidak dapat dipungkiri, bahwa mitos secara umum dimaksudkan untuk mengajarkan makna kebaikan. Mitos biasanya diceritakan pada anak untuk memberikan pengajaran pada anak sedini mungkin. Adanya penyampaian mitos ini terhadap anak, menunjukkan potensi dan permasalahan pada anak. Hasil temuan yang didapatkan setelah melakukan obervasi dan pendekatan primer kepada anak di wilayah Tanah Gocap didapatkan potensi dan masalah sebagai berikut.
Potensi adanya cerita mitos pada anak:
Pengajaran mengenai moral kepada anak lebih mudah karena sudah dikemas dalam sebuah cerita yang menarik
Daya tarik anak akan lebih terbuka apabila diajarkan melalui cerita
Anak akan mengetahui banyak peristiwa yang terjadi dimasa lalu
Hubungan antara anak dan orang tua/orang dewasa lebih terjaga, dikarenakan masih adanya adat untuk mendengarkan dan didengarkan
Meskipun memiliki potensi yang cukup banyak, penyampaian mitos kepada anak juga kadang memberikan masalah, berikut diantaranya:
Penyampaian yang salah memberikan pengertian dan pemahaman yang salah
Anak menolak mengetahui pengertian atau makna yang lain apabila telah mendengarkan mitos dari satu pihak tertentu
Kesiapan mental anak berbeda-beda, ada anak yang justru merasa takut, gelisah, terlalu memikirkan cerita yang dituturkan karena cerita mitos yang disampaikan beberapa mengandung unsur mistis
Penolakan atau rasa tidak percaya terhadap nilai yang dikandung mitos, karena merasa cerita yang dimuat dalam mitos terlalu melebih-lebihkan.
Penyampaian Pemahaman Mitos Kepada Anak Pada Umumnya
Potensi dan masalah yang mungkin terjadi apabila penyampaian atau pemahaman mengenai mitos kepada anak harus dapat diimbangkan. Kembali pada tujuan awalnya, mitos yang secara umum mengajarkan nilai-nilai tertentu harus mampu disampaikan dengan benar. Berdasarkan temuan yang didapatkan dilapangan serta beberapa sumber siaran dalam media sosial diperolah bahwa secara umum mitos disampaikan dengan cara:
Dituturkan secara langsung
Diceritakan untuk memberikan kesan menakut-nakuti anak agar tidak nakal
Diceritakan secara mentah-mentah tanpa menyampaiakan makna yang tersirat didalamnya
Pihak yang menyampaikan mitos juga belum tentu paham mengenai maksud dari mitos tersebut
Dampak yang diperoleh anak secara umum ialah:
Pemahaman moral akan suatu mitos
Paham betul akan nilai-nilai kebaikan yang dikandung dalam cerita
Apabila pesan disampaikan dengan salah, maka anak justru akan merasakan takut, gelisah, penolakan dan lainnya.
Inovasi Pemberian Pemahaman Pada Anak Terkait Mitos
Guna menghindari pemahaman yang salah, maka perlu dilakukan terobosan yang sekiranya membuat anak menjadi lebih paham dengan mudah. Inovasi merupakan bentuk suatu masukan atau ide baru dalam mengembangkan suatu hal untuk mendapat hasil yang lebih maksimal. Adapun inovasi pemberian pemahaman yang dinilai lebih tepat dalam menyampaikan mitos kepada anak, yakni:
Penggunaan instrument baru/alat peraga
Dalam menyampaikan suatu cerita, anak lebih mudah memahami apa yang dilihat dan dipraktikkan secara langsung. Dalam beberapa litaratur, disebutkan bahwa daya tangkap anak dan daya ingat anak akan lebih menerima dan tahan lama apabila melihat secara langsung meskipun tidak semua anak demikian. Alat peraga merupakan salah satu alat bantu yang dapat mencontohkan cerita yang serupa dengan alat tersebut. Semakin maju zaman, akan semakin mudah bagi orang tua/orang dewasa mencari dan memanfaatkan teknologi untuk memberikan pengajaran pada anak termasuk dalam hal penyampaian mitos.
Penyampaian mitos digabungkan dengan contoh nyata yang dapat dibayangkan oleh anak
Pemberian contoh secara nyata yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari, adalah alternative yang dapat menggantikan apabila tidak ditemukan alat peraga. Apabila anak dapat melihat makna yang dimaksudkan dalam mitos dilingkungan sekitarnya, anak biasanya dengan mudah akan menarik makna ke dalam dirinya sendiri. Dengan sendirinya mereka akan paham apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan melalui contoh nyata dikehidupannya. Anak biasanya akan lebih paham dengan mudah.
Â
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyampaian atau pemberian pemahaman kepada anak mengenai mitos merupakan salah satu hal yang perlu untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan hasil pemahaman yang salah yang diperoleh oleh anak akan menyebabkan banyak dampak yang negatif. Studi kasus yang diperolah yakni di Tanah Gocap ini menunjukkan banyak dmapak yang berbeda-beda pada anak sebagai penerima cerita. Dampak ini berupa dampak trauma pada suuatu benda, tempat atau lainnya yang memiliki kesan yang sama pada suatu mitos tertentu. Dampak lain berupa salah tangkap akan maksud dari suatu mitos justru malah membuat ketakutan berlebihan, membuat menolak banyak ilmu baru, membuat merasa tertekan dan tidak percaya pada pendapat lain, dan banyak lainnya.
Guna mengatasi masalah tersebut, maka dibuatlah inovasi yang dapat memudahkan penyampaian cerita mitos dan penyederhanaan makna yang ingin disampaikan. Inovasi ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh peniliti sekaligus menjadi program kreativitas mahasiswa. Inovasi yang diberikan oleh peneliti berupa:
Adanya instrument baru yang dapat mempermudah anak membayangkan cerita dan makna yang ingin disampaikan misal gambar atau alat peraga lainnya
Penyampaian mitos digabungkan dengan contoh nyata yang dapat dibayangkan oleh anak, sehingga tidak salah tangkap
Â
DAFTAR PUSTAKA
Angeline, Mia. (2015). Mitos dan Budaya. Jurnal HUMANIORA Vol.6 No.2 April 2015: 190-200
Arikunto, (2005), Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, hal.51
Christensen, P. (2008). The "Wild West": The life and death of a myth. Southwest Review, 310.
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Anak Perempuan, Bandung, PT Refika Aditama, 2012, hal, 40.
Nana Sudjana, (1995), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:Remaja Rosdakarya, hal. 24
Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika.
Slameto, Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 1991, hal.56
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta, 2012, hal.44
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Wilkinson, P., & Philip, N. (2007). Mythology. London: Dorling Kindersley.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: Amirko,1984), hal. 25
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H