Namun, beberapa kelompok ludruk di Mojokerto dan Jombang telah mulai membangun dan mempraktikkan strategi transformatif dengan menyesuaikan tren modern dalam elemen dan manajemen pementasan. Mereka juga telah menciptakan cerita-cerita baru yang terkait dengan masalah sehari-hari kontemporer.Â
Dengan strategi transformatif tersebut, kelompok ludruk di satu sisi dapat terus menyebarkan cerita kontekstual dan kritis yang mewakili permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya terkini dalam pertunjukan yang lebih menarik. Di sisi lain, para seniman ludruk dapat memperoleh keuntungan ekonomi ketika mereka dapat memiliki banyak terop dan pertunjukan rekaman untuk distribusi digital.Â
Saya berpendapat bahwa melalui praktik transformasional ini, para seniman dan pengelola ludruk dapat menemukan terobosan yang sesuai dengan menjalankan sistem manajerial campuran (menggabungkan nilai-nilai komunal tradisional dengan mekanisme modern dan profesional) dan menciptakan inovasi dalam cerita dan pementasan.Â
Strategi transformatif ini, sekali lagi, dapat menjadi titik tolak dan kelanjutan bagi para seniman ludruk dalam memposisikan dan memberdayakan kelompoknya di era kapitalistik pasar yang diwarnai industrialisasi budaya, baik tradisional, modern, maupun eksperimental.
Daftar Bacaan
Aschroft, Bill. (2002). Post-colonial Future: Transformation of Postcolonial Culture. London: Continuum.
Aschroft, Bill. (2001). Post-colonial Transformation. London: Routledge.
Boggs, Carl. (1984). The Two Revolution: Gramsci and the Dilemmas of Western Marxism. Boston: South End Press.
Faruk. (1995). Perlawanan Tak Kunjung Usai: Sastra, Politik, dan Dekonstruksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Foucault, M. (1989). The Archaeology of Knowledge (English trans. A.M. Sheridan Smith). London: Routledge.
Foucault, M. (1998). The Will to Knowledge, The History of Sexualities Volume 1 (English trans. Robert Hurley). London: Penguin Books.