Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siasat Perempuan Diasporik dalam Novel Almost a Woman

23 Februari 2023   00:14 Diperbarui: 23 Februari 2023   00:17 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Almost a Woman. Sumber: https://www.publishersweekly.com

Unhomely di Masyarakat Induk

Almost a Woman bertutur migrasi sebuah keluarga Puerto Rico ke AS. Sama seperti banyak imigran lain yang memiliki alasan sendiri untuk pindah dari negara asal ke tempat baru, keluarga Negi juga memiliki alasan tertentu untuk pindah ke AS. Mami, ibu Negi, ingin mengusahakan pengobatan untuk putra bungsunya, Raymond. 

Jari-jarinya hampir putus karena masuk ke rantai sepeda ketika dia berusia empat tahun. Di Puerto Rico, dokter ingin mengamputasi kaki yang sering memerah dan bengkak, karena tidak kunjung sembuh. Di New York, Mami berharap dokter bisa menyelamatkannya (Santiago: 2012: 1). 

Imigran Puerto Rico di Bandara Isle Grande, San Juan, 1950. Mereka hendak berangkat ke AS. Sumber: https://www.history.com
Imigran Puerto Rico di Bandara Isle Grande, San Juan, 1950. Mereka hendak berangkat ke AS. Sumber: https://www.history.com
Pilihan membawa Raymond ke AS merepresentasikan asumsi masyarakat Dunia Ketiga bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk di bidang kesehatan, tetap menjadi milik negara-negara Dunia Pertama. Perbandingan yang dilakukan Mami juga menunjukkan bahwa wacana superioritas Amerika dikonstruksi di awal novel ini. 

Wacana tentang impian Amerika mendorong banyak orang Puerto Rico dan orang Amerika Latin lainnya berbondong-bondong melintasi perbatasan sejak abad ke-19 hingga milenium baru.

Proses masuk ke masyarakat induk selalu menimbulkan masalah pelik. Perbedaan kondisi lingkungan, manusia, dan budaya menjadi beban bagi subjek diasporik. Negi benar-benar merasakan perbedaan antara lingkungan perdesaan Puerto Rico dan Brooklyn, New York, karena situasi Amerika sangat berbeda dengan apa yang ia baca dari komik anak-anak. 

Negi dan keluarganya harus mengalami kondisi hidup sehari-hari yang keras dan menakutkan di Brooklyn. Baginya, New York tidak seindah yang dibayangkannya. New York adalah kota gelap yang membuatnya kecewa dan meragukan harapannya (Santiago, 2012: 4). Ini adalah awal bagi masalah yang lebih pelik seperti yang biasa dialami para pendatang. 

Negi mulai bertanya-tanya apakah Amerika bukan tempat yang ia harapkan sebelumnya karena sangat berbeda dengan wilayah pinggiran kota yang dihuni orang kulit putih Amerika yang dia kagumi, sebagaimana digambarkan dalam buku komik. 

Bagi Negi, memasuki tempat dan situasi baru menjadi sulit karena ia belum pernah ke AS, dan apa yang ia coba inkorporasi hanyalah fantasinya sendiri tentang seperti apa Amerika nantinya.

Di Brooklyn, Negi juga mengalami kecemasan dan ketakutan karena kondisi sosial yang tidak aman. Banyak geng dan penjahat sewaktu-waktu bisa membahayakan nyawanya.

"Sesuatu bisa terjadi padamu" adalah ungkapan tentang bermacam bahaya di luar pintu terkunci apartemen kami. Aku bisa dirampok. Aku bisa diseret ke salah satu gedung gelap dan terbengkalai, dalam perjalanan ke atau dari sekolah dan diperkosa dan dibunuh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun