"Juga, salah satu masalah besar yang mereka kemukakan adalah seluruh konsep bahwa kami datang ke sini ketika kami berusia empat belas atau lima belas atau tiga tahun atau berapapun, dan kemudian kami pergi ke Kolombia, misalnya, dan mereka tidak menganggap kami orang Kolombia lagi.Â
Bahwa bagaimanapun kontaminasi budaya Amerika di tanah Amerika membuat kami lebih rendah dari orang-orang yang tidak pernah pergi ke tempat ini. Dan ini adalah masalah yang sangat besar bagi kami yang sekarang dapat dengan mudah melakukan perjalanan dari mana pun kami tinggal ke mana pun keluarga kami berada, atau di mana nenek moyang kami tinggal.Â
Jika kami ingin kembali ke sana dan kami tidak diterima dan kami pada kenyataannya ditentang, identitas kami ditentang, sangat terbuka. Itu benar-benar mempengaruhi kami, dan kami bertanya-tanya: lalu siapa kami? " (Santiago & Navarro, 2015: 229-230)
Subjek diasporik memiliki stereotip dua sisi, baik dari masyarakat induk maupun dari masyarakat di negara asal, Kondisi tersebut membuat mereka mempertanyakan identitas mereka yang sebenarnya, "siapa, kami, kalau begitu?"Â
Jadi, bagi Santiago, sebagaimana dikonstruksi dalam novelnya, tidak ada gunanya kamu muda diasporik dipaksa atau memaksakan diri untuk menjalankan budaya otentik secara utuh karena selain akan membuat mereka kesulitan untuk berinteraksi di masyarakat induk.
Mereka juga akan terus dipandang sebagai Liyan yang terkontaminasi, sehingga identitas mereka akan "ditentang" oleh otoritas atau masayarakat di tanah air mereka sendiri.Â
Dalam posisi seperti itu, Santiago menegosiasikan kesadaran kritis-etis subjek diasporik sebagai strategi sekaligus kekuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam masyarakat induk.Â
Mereka mesti menempatkan diri dalam kelenturan identitas hibrid, tanpa harus memaksa berbicara kemurnian budaya dan mampu mengoptimalkan potensi yang dapat mereka lakukan dengan apropriasi liberalisme.
SimpulanÂ
Melalui Almost a Woman, Santiago, setidaknya, menempatkan subjektivitas pribadinya sebagai perempuan penulis yang mengalami berbagai peristiwa sosio-kultural, ekonomi, dan politik, baik di Puerto Rico maupun di AS.Â
Pilihan itu menjadi titik awal untuk menyusun narasi yang mengkonstruksi pilihan diskursif individu dan komunitas diasporik sebagai kerangka ideologis yang mempengaruhi kognisi mereka, baik dalam berpikir maupun bertindak.Â