Dengan demikian, proyek politik kajian pascakolonial dan cultural studies bisa bersanding dengan proyek kajian ekonomi-politik dalam kajian film sebagai bentuk keterlibatan untuk terus membaca, menganalisis, dan mengkritisi formasi diskursif modernitas ala Barat yang bertransformasi ke dalam kuasa-hegemonik kapitalisme neoliberal yang eksnominasinya pada ranah tekstual dan praksis sosio-kultural berhasil menjadi bayangan, impian, dan pengetahuan ideal dalam masyarakat pascakolonial.
Membicarakan ekonomi-politik melalui pembacaan representasi naratif film akan membantu untuk membuka salah satu situs produksi yang menjadi penyebaran formasi diskursifnya, sehingga para pemikir cultural studies dan pascakolonialisme bisa memahaminya sebagai basis untuk mengkonseptualisasikan, mengikuti pemikiran Scott (1999: 10-15) dan Chen (1998: 25), dekolonisasi representasi berupa usaha untuk mendekonstruksi, mendesentralisasi, mendeformasi, menghancurkan kepalsuan, dan mendisartikulasi belenggu kultural kolonial yang dihasilkan dari proses historis.
Untuk selanjutnya pengkaji merekonstruksi, mereartikulasi, dan menghubungkan kembali bentuk yang lebih demokratis serta mencerahkan bagi masyarakat di tengah-tengah pengaruh hegemonik neoliberal dewasa ini.
Dengan demikian, para intelektual dan kerja-kerja akademis mereka tidak hanya akan berkutat pada ruang tekstual deskriptif, tetapi sekaligus bisa terus melibatkan diri secara diskursif dan politis untuk ‘membuka’ dan ‘membongkar’ situs-situs kultural yang menjadikan bangsa ini terjerembab dalam ketidakberdayaan akut, karena semakin kehilangan kekuatan kreativitas nasional/lokalnya.
Paling tidak, hasil kajian kritis terhadap representasi budaya pascakolonial dengan tiga pendekatan tersebut bisa menjelaskan secara konseptual bahwa kebudayaan Indonesia hari ini telah masuk ke dalam hegemoni neoliberalisme, sehingga berbasis temuan-temuan tersebut, aktivitas-aktivitas akademis-kritis lanjutan bisa terus dilakukan, utamanya untuk mereformulasi representasi-representasi baru dalam situs dan praktik kultural yang lebih memperkuat beragam budaya lokal di tengah-tengah praktik keberantaraan masyarakat.
DAFTAR BACAAN
Adorno, Theodor W.1997. “Culture Industry Reconsidered”, dalam Paul Marris & Sue Tornhman (eds). Media Studies: A Reader. Edinburgh: Edinburgh University Press.
__________________.1991. The Culture Industry: selected essays on mass culture. London: Routledge.
Aitken, Ian.2001. European Film Theory and Cinema: A Critical Introduction. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Ashley, David.1994. “Postmodernism and Antifoundationalism”, dalam David R.Dickens & Andrea Fontana (eds). Postmodernism and Social Inquiry. London: University College London Press.
Althusser, Louis.1971. Lenin and Philosophy. New York: Monthly Review Press.