Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik Identitas dan Pedagogi Representasi: Menimbang Pemikiran Giroux

2 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 5 Februari 2022   07:52 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pedagogi Kritis Representasi

Sebagai contoh untuk konsep pedagogi kritis representasi, kita bisa merujuk kepada berbagai cara representasi dikonstruksi sebagai "alat untuk memahami masa lalu melalui masa kini" dengan tujuan melegitimasi dan mengamankan pandangan tertentu terkait masa depan sebuah masyarakat, bangsa, ataupun negara. 

Selagi sejarah sebuah komunitas masih menjadi acuan untuk membincang kedirian dan harapan komunal, saat itulah perspektif orang-orang di masa kini menjadi pertarungan representasional di mana pihak-pihak dominan akan mencoba untuk memroduksi makna ataupun wacana yang akan memenangkan kepentingan mereka. Akibat jangka panjangnya, masa depan berbasis masa lalu bisa diamankan pada masa kini oleh mereka yang mengendalikan alat-alat representasi.  

Dalam hal subordinasi kulit hitam dan superioritas kulit putih, misalnya, sejarah masa lalu akan didefinisikan oleh para kreator industri film ataupun novel dalam kemassifannya. Akibatnya, ketika mereka masih berpihak kepada kebenaran historis perbudakan sebagai akibat dari (sekedar) perbedaan rasial, misalnya, kulit hitam secara sosial akan tetap diposisikan dalam ruang dan peran marjinal.

Dalam kondisi demikian, para mahasiswa, misalnya, bisa diajak untuk secara teliti dan detil menyelidiki dinamika perjalanan historis, semiotik, dan relasional yang terlibat dalam produksi bermacam rezim representasi dan kepentingan politiknya masing-masing. Kelompok-kelompok dominan akan berusaha sebisa mungkin mengamankan kekuasaan mereka melalui banyak praktik representasional, dari iklan publik hingga film komersial. 

Maka, pedagogi kritis representasi mengemban misi untuk 'menelanjangi' praktik dan proses representasi dengan mengungkapkan produksi makna dan wacana yang berhubungan dengan kekuasaan yang menarasikan dan mengkonstruksi identitas melalui sejarah, bentuk-bentuk sosial, dan perspektif etis yang tampak objektif, berlaku universal, dan konsensual.

Salah satu kepandaian representasional kekuatan dominan adalah menjadikan identitas sebagai ragam tuturan yang tampak menjangkau ragam kepentingan warga yang multi-ras, sebagaimana digambarkan dari keterlibatan tokoh-tokoh dari komunitas marjinal dalam produk filmis atau televisi, misalnya. 

Tantangannya adalah mengidentifikasi bagaimana politik representasional bekerja mengamankan bentuk dominan otoritas dan memobilisasi dukungan masyarakat sembari meneliti tindakan mempresentasikan di dalam bentuk otoritas tekstual dan relasi kuasa yang selalu melibatkan pilihan, selektivitas, eksklusi, dan inklusi. 

Apa yang boleh dihadirkan, apa yang tidak boleh dihadirkan, atau apa yang boleh dihadirkan tetapi tanpa makna ideologis, menjadi pertimbangan-pertimbangan penting dalam merepresentasikan persoalan identitas dalam produk-produk budaya populer. Bahkan, film yang mengusung topik kesetaraan, bisa jadi dimanfaatkan untuk menormalisasi ideologi dan kelompok dominan.

Menimbang pemikiran di atas, bisa kita katakan bahwa 'jantung' pedagogi kritis representasi adalah memberikan kesempatan mahasiswa untuk mendekonstruksi dalil mitis bahwa gambar, suara, dan teks hanya semata-mata mengekspresikan kenyataan, tanpa kepentingan apa-apa. 

Pedagogi kritis representasi juga menyadari sepenuhnya bahwa generasi muda tengah hidup dalam budaya televisual, fotosentris, filmis, dan media baru yang di dalamnya berlangsung produksi pengetahuan dan identitas dalam rangkaian ideologis dan praktik sosial tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun