Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rencana Allah bagi Orang Kristen Bukan Yahudi (Ulasan Eksegetis atas Efesus 2:1-10)

9 Juli 2020   08:05 Diperbarui: 9 Juli 2020   08:00 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1. Sekilas tentang Surat Efesus

1.1 Penulis

Banyak perdebatan soal siapa penulis Surat kepada Efesus. Penyebutan nama "Paulus" adalah nama samaran dari penulis surat ini. Diduga hidupnya tidak jauh dari konteks sejarah Paulus. Ia menulis surat ini saat berada dalam penjara yang diduga di Roma, Efesus atau di Kaisarea. Ia adalah seorang Kristen Yahudi.

Ahli yang bernama F.F. Bruce dan Markus Barth menggolongkan surat ini sebagai Proto Paulinum, sementara C.L. Mitton, Rudolf Schnackenburg dan Andrew Lincoln menggolongkannya ke dalam Deutero Paulinum. Banyak dugaan bahwa surat Efesus memang termasuk ke dalam Deutero Paulinum, yaitu ditulis oleh sahabat-sahabat Paulus. 

Alasannya ialah ada beberapa kata atau kalimat yang bukan merupakan ciri khas tulisan Paulus, misalnya: "tempat di surga (Ef 1:3,20; 2:6; 3:10; 6:12) yang dijelaskan begitu panjang dan tentang ekklesiologi yang berfokus pada Gereja universal. Paulus lebih sering berbicara tentang Gereja lokal. Dapat diduga bahwa gereja dalam surat Efesus ini mendapat pengembangan dari pengarangnya.

1.2 Alamat, Waktu dan Tempat Penulisan

Diduga bahwa surat Efesus ini ditujukan kepada komunitas Efesus yang tidak dapat bersatu. Efesus adalah gabungan dari beberapa Gereja dari beberapa konggregasi (Bdk. 1 Ptr 1:1, Why 1:4). 

Kata "kepada Efesus" baru muncul pada akhir abad ke 2 Masehi. Andrew Lincoln (1990) yang juga mengambil ide dari A. van Roon menyebut dua nama tempat yaitu Hierapolis dan Laodicea sebagai alamat tujuan dari surat Efesus.  Marcion, seorang penulis pada masa awal gereja juga mengatakan bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat di Laodicea.

Banyak dokumen yang menyebut bahwa surat Efesus ditujukan kepada lebih dari satu komunitas gereja di kota Asia kecil (Turki masa kini). Penerima surat ialah bangsa yang bukan Yahudi (lihat Ef 2:11). Hal itu tampak lewat sikap penulis yang sering membedakan dirinya dengan kata "kami', yang menjukkan dirinya sebaga Kristen Yahudi, dengan kata "kamu", yaitu orang Kristen bukan yahudi. Surat ini ditulis (atau digubah isinya) semasa di penjara dan ditulis sekitar abad 1 masehi yaitu sekitar tahun 80-90.

1.3 Maksud penulisan

Struktur surat: Salam (1:1-2), ucapan syukur atas hidup baik (1:15-23) dan penutup yang sekaligus berkat (6:21-24). Yang lainnya ialah tentang nasehat-nasehat (4:1-6:20) yang diikuti dengan pemaparan nilai teologis (1:3-3:21), walaupun erat kaitannya dengan forma liturgi. Konteks penulisan surat ini ialah tentang aturan liturgi.

Nils A. Dahl (1951) mengatakan bahwa surat Efesus lebih merupakan intruksi kepada jemaat bukan Yahudi tentang makna baptisan yang mereka terima. Hal yang sama juga datang dari komentar J. C. Kirby yang fokus pada baptisan, investigasi tentang hubungan antara ritus jemaat perdana dengan tradisi liturgi Yahudi. Bukan hanya tentang dengan baptis, tetapi juga pengaruh inspirasi roh kudus, lagu-lagu dan ritus-ritus yang berkaitan dengan pandangan tentang surga.

Beberapa komentator mengatakan bahwa maksud penulisan surat efesus ialah pengolahan kembali ajaran-ajaran Paulus kepada generasi jemaat yang baru. Tujuannya ialah supaya penerima surat dapat mendengar suara Paulus, merasakan kehadirannya dan menanggapi anjurannya dalam hidup sehari-hari. 

Tentang keadaan hidup yang dipenuhi oleh pengaruh setan, melalui surat ini jemaat diminta untuk selalu memposisikan diri mereka sebagai orang kudus.

Di samping itu, surat Efesus merupakan dialog antara jemaat Yahudi dengan bukan Yahudi, untuk menguatkan para jemaat dalam kesatuan (Ef 2:11-22, 4:1-16), bersatu dengan Kristus sebagai jalan menuju surga (Ef 2:16), kesatuan sebagai suami isteri yang merupakan keutamaan tertinggi ( Ef 4:17-6:9) dan melawan kuasa-kuasa si jahat (6:10-20).

2. Analisis Teks Efesus 2:1-10

2.1 Pengantar

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus 2:1-10 ini merupakan penjelasan tentang bagaimana rencana penyelamatan Allah kepada orang Kristen bukan Yahudi yang dikerjakan melalui Putera-Nya Yesus Kristus. Teks ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ialah tentang perbedaan antara hidup masa kini dan hidup masa lalu (2:1-3). Hidup masa lalu adalah hidup yang penuh dengan dosa dan hal itu dilukiskan dengan hidup menurut keinginan daging. Sementara hidup masa kini ialah kehidupan jemaat yang bangkit dari kematian dosa oleh Kristus. Bagian kedua surat ini berbicara tentang belas kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus (2:4-10). Melalui belas kasih Allah inilah maka jemaat semuanya dipersatukan di dalam Kristus Yesus dan mendapat tempat bersama-Nya di surga.

2.2 Eksegese Teks

2.2.1 Hidup Masa Kini dan Hidup Masa Lalu (2:1-3)

Ayat 1. Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu: Istilah pelanggaran dan dosa memuat arti yang sama dan adakalanya dapat dipertukarkan satu sama lain (lihat Rm 5:12-21 dan Kol 1:14, 2:13). Kematian dipahami sebagai kematian spiritual dan sering dihubungkan dengan keberdosaan. Kematian adalah akibat dari dosa (bdk. Rm 7:9-13). Kematian dan kehidupan dalam Jemaat di Kolose dan Efesus dihubungkan dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Ayat 2. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan di dunia ini: Istilah "jalan" dimengerti secara sederhana sebagai "hidup di dalam". Sementara itu, dalam literatur terjemahan lainnya, kata "jalan" itu mengarah pada sikap atau kebiasaan yang tampak. Dalam Kol 4:5, kata itu digunakan untuk menggambarkan bagaimana orang-orang yang percaya harus bersikap atau menjalin relasi dengan orang yang tidak percaya. (Bdk. 1 Tes 2:12, 4:1-12).

Mentaati penguasa kerajaan angkasa: Dalam ilmu perbintangan kuno, angkasa dimengerti sebagai titik temu atau jalan tengah antara dunia dan surga dan sebagai tempat berbagai kekuatan kosmik seperti bintang-bintang, roh-roh jahat, iblis, malaikat dan sebagainya. Penguasa kerajaan angkasa adalah iblis. Dalam keempat Injil, iblis digambarkan sebagai penguasa atas dunia ini (bdk. Yoh 12:31; 14:30; 16:11).

Yaitu roh yang sekarang bekerja di antara orang-orang durhaka: Roh yang dimaksud dalam hal ini bukanlah Roh Kudus. Dalam interpretasi, istilah "roh" dipahami sebagai roh milik "kerajaan angkasa". Roh ini merupakan hasil pancaran dari kekuatan iblis. Eksistensi dari roh iblis ini adalah antithesis dari Roh Allah. Roh ini bekerja pada orang-orang yang tidak percaya. Orang-orang yang mengandung roh ini dilihat sebagai orang yang berdosa.

Ayat 3. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat: "Daging" dalam surat-surat Paulus pada umumnya merupakan istilah untuk menjelaskan konsep dosa yang dilakukan oleh manusia. Paulus mengatakan bahwa bangsa yang berdosa adalah bangsa yang hidup menurut keinginan daging (bdk. Rm. 8:8). 

Dalam ayat 3 ini, istilah daging menunjukkan cara berada manusia yang berdosa. Hal ini dipengaruhi oleh konteks kebiasaan bangsa Yahudi yang sering jatuh pada idolatria dan percabulan. Menurut Paulus, mereka yang memiliki kebiasaan seperti ini adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah (bdk. 1Tes 4:5). 

Pernyataan "kami semua terhitung di antara orang-orang durhaka" menunjukkan bahwa pengarang surat ini bukanlah Paulus karena dosa-dosa yang disebut di sini secara khusus berhubungan dengan kekafiran dan hampir tidak sesuai dengan keadaan orang Yahudi pada umumnya dan Paulus pada khususnya. Paulus sendiri jelas mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang sangat taat pada hukum Taurat (Flp 3:3-6).    

Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain;  orang yang hidup dengan mengikuti keinginan daging adalah orang yang tidak melakukan kehendak Allah. Mereka ini sering disebut sebagai orang yang tidak mengenal Allah (bdk. Gal 2:15).

2.2.2 Belas kasih Allah dalam Kristus Yesus (2:4-10)

Ayat 4. tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita; dalam ayat ini diperlihatkan perubahan topik pembicaraan dari tentang cara hidup yang penuh dosa kepada kebaikan Allah kepada manusia. Allah dijadikan sebagai subjek atas keterarahan hidup yang kembali kepada Kristus seperti yang dilukiskan dalam ayat 5. Dalam hal ini, Allah itu dilihat sebagai yang kaya akan rahmat dan baik kepada umat-Nya. Kasih menjadi tema yang sangat penting dalam surat kepada Jemaat Efesus. Dalam teks ini hal itu dinampakkan lewat pelukisan Allah yang penuh kasih.

Ayat 5. Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita;  pernyataan ini adalah pengulangan dari ayat 1 walaupun ada perubahan subjek dari "kamu" kepada "kita". Kedua pernyataan ini dihubungkan kepada pernyataan "menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus". 

Pernyataan "hidup bersama dengan Kristus" mengingatkan akan rahmat baptisan, sementara kata "dengan" hendak mengatakan keberadaan sebagai orang Kristen (orang yang percaya kepada Kristus). Pernyataan "dengan Kristus" merupakan ciri khas dari surat-surat Paulus untuk menggambarkan bagaimana orang-orang yang percaya itu berbagi dalam penderitaan Kristus.

Oleh kasih karunia kamu diselamatkan: Pernyataan ini hendak mengatakan bahwa keselamatan itu datang dari Allah dan merupakan inisiatif dari Allah. Kasih karunia bersinonim dengan belas kasih. Pernyataan "telah diselamatkan" merupakan konsekuensi lebih lanjut atas pengalaman hidup bersama dengan Kristus.  

Banyak komentar tentang masa untuk "diselamatkan" ini. Namun pada umumnya komentar mengatakan bahwa masa keselamatan itu dialami pada masa kini dan yang akan datang. 

Diselamatkan mengandaikan adanya rahmat dan rahmat juga mengandaikan adanya iman. Maka dalam pernyataan ini pengarang mengatakan bahwa kasih karunia datang kepada mereka yang beriman kepada Kristus dan dengan itu merekapun memperoleh keselamatan.

Ayat 6. Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga; Ayat ini memiliki kaitannya dengan Ef 1:20 hanya berbeda soal duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Dalam ayat 6 ini dikemukakan tentang surga sebagai tempat yang akan dialami bersama-sama dengan Kristus. 

Pernyataan tentang "bersama dengan Kristus" menunjukkan keberadaan jemaat di dalam Kristus yaitu setiap orang yang percaya kepada-Nya akan tinggal bersama-Nya. Dalam ayat ini sebagaimana juga ditemukan dalam Ef 1:3,20, ditunjukkan bahwa istilah "surga" mengarah pada realitas transedensi dari Allah. Sementara di tempat lain (3:10 dan 6:12) hendak menunjukkan usaha perlawanan terhadap kuasa si jahat. Ayat ini merupakan situasi eskatologis yang akan dihadapi oleh jemaat.

Ayat 7. supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus: ayat ini merupakan lanjutan dari ayat 6 yang berbicara tentang eskatologi yang secara eksplisit dinyatakan dengan pernyataan; "pada masa yang akan datang". 

Dalam ayat ini sangat ditekankan manifestasi keselamatan sebagai hasil dari kekayaan kasih karunia Allah. Kata kerja "menunjukkan" atau mempertunjukkan (endeiknymi)" mengandaikan bahwa situasi eskatologis itu dapat dibayangkan oleh jemaat Efesus. Pernyataan "kebaikan-Nya (chrstots)" bertujuan untuk mengingat kembali kasih dan cinta Allah dalam ayat 4.

Ayat 8-9. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Ayat 4-7 dilihat sebagai himne dan ayat 8-9 ini dimengerti sebagai interpretasi atas isi himne tersebut. 

Kata "kasih karunia" sejalan dengan yang ada dalam ayat 5b dengan penambahan kata "oleh iman". Beberapa ahli melihat bahwa isi dari ayat 8-9 ini merupakan kesimpulan singkat atas pandangan teologi Paulus dalam setiap suratnya. 

Dalam ayat 8-9 ini dijelaskan bahwa iman yang memimpin kepada keselamatan itu, ialah anugerah Allah (pemberian Allah) dan bukan hasil usaha manusia. Rahmat, iman, anugerah (pemberian), usaha dan penyombongan diri adalah kata kunci dari setiap surat Paulus. Oposisi antara iman dan usaha manusia dalam ayat 8-9 ini merupakan pesan dasar dari surat Paulus. Hal ini hendak menjelaskan pembenaran hidup di dalam Kristus yang dilihat hubungannya dengan hukum Yahudi yaitu Taurat; pembenaran hanya oleh iman bukan melakukan hukum Taurat.

Ayat 10. karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik: ayat ini hendak menegaskan kembali tentang keselamatan yang adalah bukan hasil usaha manusia. Tetapi tidak berarti bahwa perbuatan manusia menjadi diabaikan. Peran manusia juga dituntut untuk menerima keselamatan tersebut. Jemaat Efesus diciptakan dalam Kristus untuk mengusahakan yang baik. Kata "buatan (poima)" adalah terjemahan dari LXX untuk menunjukkan suatu pekerjaan dari dirinya sendiri. Pernyataan "Diciptakan dalam Kristus" menunjukkan identitas orang beriman sebagai ciptaan baru (bdk. Gal6:15, 2Kor 5:17). Kristus adalah pemimpin atas orang-orang beriman tersebut.

Yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya: pernyataan "dipersiapkan oleh Allah" menunjukkan keterpilihan Jemaat Efesus seperti yang tercantum dalam Ef 1:3-14. Mereka telah dipilih oleh Allah sebelum dunia diciptakan. Kata kerja proetoimaz (dipersiapkan sebelumnya) menunjukkan takdir atau nasib mereka (lih. Rm. 9:23) untuk memperoleh kemuliaan Allah. Allah telah mempersiapkan segala pekerjaan baik kepada jemaat. 

Melakukan pekerjaan baik adalah tujuan dari Jemaat pilihan Allah. Sejak semula, Allah telah memilih umat-Nya untuk melakukan pekerjaan baik. Penyebutan "melakukan pekerjaan baik" mengingatkan kita kembali pada ayat 2 tentang "mengikuti jalan dunia ini". Hanya dibedakan bahwa "mengikuti jalan dunia" menunjukkan cara hidup jemaat sebelumnya yang hidup dalam dosa dunia. Ayat ini memberi penekanan pada etika berprilaku.

2.3 Interpretasi Teks

Surat Efesus 2:1-10 ini melukiskan tentang keadaan jemaat Efesus yang terdiri dari berbagai element tradisional, mulai dari motif apokalipsi dari bangsa Yahudi (2:5-7), kosmologi  kuno (2:2) hingga kesepakatan bangsa Yahudi tentang bangsa-bangsa diluar Yahudi yang berdosa (2;2-3). Ide tentang pendamaian dengan Kristus dilukiskan dengan perkataan tentang Kerajaan Allah dan duduk di surga. Pernyataan ini berfokus pada dimensi eskatologis.

Selain itu, perikop ini juga melukiskan tentang aturan liturgi. Ayat 4-7 dan 10 berbicara tentang himne yang isinya berkaitan dengan proklamasi baptis. Dengan ini dimaksudkan bahwa setiap jemaat dipanggil kepada pembaptisan yang mereka peroleh (2:1) dan bersatu sebagai sebuah gereja (2:5-6). Mati dan bangkit merupakan gambaran metaforis tentang pengalaman baptis.

 Keadaan jemaat Efesus sebelumnya ialah hidup tanpa Kristus. Mereka hidup di dalam pengaruh setan. Setan adalah sebuah deskripsi atas keadaan immoral (2:3). Oleh karena itu, sebagai sebuah jemaat yang telah mati dalam dosa dan kemudian yang dibangkitkan kembali dalam Kristus, mereka diajak untuk berjuang melawan pengaruh setan dalam hidup mereka. Surat ini juga memberikan kesadaran tentang pengaruh si jahat dalam hidup dan dorongan untuk memisahkan diri dari situasi dunia yang penuh dengan dosa.

Teks ini dimulai dengan pencelaan dunia sebagai tempat setan berkuasa (2:1-3). Pelepasan dari pengaruh dunia ini dilukiskan sebagai proses transformasi dari kematian kepada hidup dan pemberian tempat di surga (2:4-7).  Bersama dengan Kristus, jemaat dibangkitkan dan duduk di surga (2:6). Kristus menjadi sumber dan tempat keselamatan. Orang-orang beriman ditemukan di dalam Kristus Yesus. Mereka berada di dalam Dia dan Dia menjadi tanda pengenal mereka.

Hidup dan mati adalah simbol dari proses masuk ke dalam suatu komunitas orang beriman. Teks ini melukiskan keadaan jemaat yang diganggu oleh iblis dan keadaan sebagai yang dibangkitkan kembali yang menunjukkan kemenangan atas gangguan tersebut. Jemaat kemudian akan didudukkan oleh Allah di surga tempat Kristus meraja. Ini adalah gambaran tentang eskatologis yang tetap menekankan bahwa keselamatan adalah rencana Allah bagi jemaat-Nya. 

Mereka diselamatkan karena rahmat dan itu bisa diperoleh karena iman kepada Allah. Iman tetap adalah anugerah Allah bukan hasil usaha manusia dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa keselamatan hanya datang dari Allah. Manusia diciptakan oleh Allah, kepunyaan Allah dan bergantung hanya pada Allah.

4. Gagasan Teologis

4.1 Allah Penyelamat Universal

Teks ini berbicara tentang rencana Allah bagi orang Kristen bukan Yahudi. Mereka yang walaupun dulunya adalah kafir tetapi tetap masuk dalam rencana keselamatan Allah bahkan telah dipilih sebelumnya, sebelum dunia dijadikan (1:4). Itu artinya bahwa kasih karunia Allah itu tidak terbatas pada kelompok tertentu saja. Kasih-Nya tetap dicurahkan kepada orang-orang Kafir sehingga oleh karena kasih-Nya mereka mati dalam dosa dan hidup kembali bersama dengan Kristus Yesus. Tawaran keselamatan Allah ini adalah universal karena Dia adalah penyelamat universal.

4.2 Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus

Teks ini juga berbicara tentang kesatuan jemaat Kristen di dalam Kristus. Baik orang Yahudi maupun Kafir dipanggil untuk hidup bersatu bersama dengan Kristus. Di dalam Kristus mereka itu satu. Mereka adalah satu komunitas jemaat beriman di mana Kristus sebagai kepala-Nya dan sekaligus sumber keselamatan bagi mereka. Setiap orang yang telah mati dalam dosa dan hidup kembali di dalam Kristus adalah anggota tubuh Kristus. Rahmat keselamatan ada pada mereka yang telah percaya kepada Kristus yang telah diutus Allah untuk manusia. Keselamatan ini melampaui batasan dari manusia sehingga setiap orang yang percaya pada-Nya beroleh keselamatan.

4.3 Parousia Mengandaikan Iman

Teks ini juga berbicara tentang kedatangan Kristus kedua kalinya. Tetapi kedatangan-Nya tidak ditentukan dalam waktu dekat. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penyelamatan adalah kasih karunia dari Allah yang datang melalui iman dan bukan sesuatu yang bisa didapat atas kekuatan sendiri. Diselamatkan mengandaikan adanya rahmat dan rahmat juga mengandaikan adanya iman. Maka pekerjaan baik tidak dengan sendirinya menyelamatkan sehingga tidak seorangpun dapat membanggakan diri mencapai keselamatan karena melalui usaha sendiri.

5. Refleksi Pribadi

Teks ini mengajak penulis untuk merenungkan rahmat panggilan Allah dalam diri penulis. Sebagai seorang yang terpanggil, penulis menyadari bahwa panggilan itu datangnya dari Allah, itu adalah inisiatif Allah. Tugas penulis adalah percaya pada panggilan tersebut.

Percaya bukan dimengerti sebagai tindakan tanpa usaha. Percaya juga harus diwujudkan dalam tindakan. Itu berarti penulipun harus melakukan apa yang menjadi tugas dari Allah. Sejak Allah memanggil, Dia telah mempersiapkan pekerjaan baik yang harus penulis lakukan. Itu menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh sehingga dapat mengharapkan keselamatan yang telah menjadi rencana Allah bagi semua orang.

Penulis percaya bahwa kasih karunia Allah senantiasa memperbaharui diri penulis dalam menjalani panggilan suci ini. Allah tidak akan membiarkan penulis berjalan sendiri dalam menjalankan perbuatan baik yang telah dipercayakan-Nya untuk dilakukan oleh penulis. Penulis hanya perlu untuk selalu bersandar pada kasih karunia-Nya yang besar itu sehingga mampu untuk menunaikan tugas-Nya di dunia ini.

6. Penutup

Surat Efesus 2:1-10 ini memuat rahasia penyelamatan Allah bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Iman adalah syarat utama untuk memperoleh keselamatan tersebut. Setiap orang akan diselamatkan bukan karena melakukan hukum Taurat melainkan percaya pada-Nya. Itu terjadi karena keselamatan hanya datang dari Allah. Rahmat keselamatan Allah itu telah datang melalui Diri Yesus Kristus. Di dalam Kristus tidak ada orang Yahudi dan tidak ada orang Kafir. 

Semua orang satu di dalam Kristus dan Kristus adalah kepada dari kesatuan tersebut. Melalui Kristus, Allah telah mematikan kita dalam dosa untuk dihidupkan kembali kepada kehidupan yang baru. Inilah rencana Allah yang menjadi bukti betapa kasih karunia Allah itu besar dan tidak terbatas pada kelompok jemaat tertentu.

Sumber:

MacDonald, Margaret Y. "Colossians and Ephisians" dalam Daniel J. Harringtong (ed). Sacra Pagina, Vol. XVII. Minesota: The Liturgical Press, 2000. hlm. 17-22 dan 227-241.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun