Para wanita tidak perlu berkecil hati dan merasa tidak adil, ini PERINTAH ALLAH dan Berlaku sepanjang Masa disepanjang Abad. Kita perlu ketaatan dalam hal ini. Wanita ada porsinya sendiri dalam pelayanan di Gereja dan Keluarga. Ingat Alkitab sangat ketat mengatur peran Pria dan wanita dalam Keluarga dan Gereja.
Sedangkan peran Wanita di luar gereja dan Keluarga, Alkitab memberi kebebasan dan persamaan bagi Para Wanita untuk jadi Pemimpin/Bos/Manager/Direktur di Perusahaan, Parlemen/DPR/MPR, Negara, Kepresidenan, Kerja, dll.
Ini SANGAT ALKITABIAH. Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.
1 Timotius 2:12 Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.
Wanita Sangat Tidak boleh Berkhotbah dan menjadi Liturgos/MC di Pertemuan Jemaat (Dewasa)/Ibadah Raya/Kebaktian Umum di gereja anda.
Suatu revolusi yg total sedang terjadi dalam denominasi-denominasi dan gereja-gereja di seluruh masyarakat Barat. Sebagai bagian yang lebih besar dari pergolakan sosial itu yg ditimbulkan oleh gerakan pejuang hak-hak wanita, revolusi tersebut menyebabkan tidak berlakunya pembagian peranan antara pria-wanita yang tradisional di dalam rumah tangga maupun gereja. Revolusi itu telah berhasil dalam menumbangkan kepemimpinan yg dikuasai oleh kaum pria di ribuan gereja. Revolusi itu telah berhasil dalam menumbangkan kepemimpinan yg dikuasai oleh kaum pria di ribuan gereja. Revolusi tersebut telah menimbulkan banyaknya bahan bacaan baru dan membangkitkan perdebatan yg amat sengit. Revolusi ini bahkan telah menimbulkan terjemahan Alkitab yg baru dan tidak membedakan jenis kelamin.
Sebagai akibatnya, pengajaran kristen yang tradisional mengenai kepemimpinan pria dan penundukan (subordinasi) wanita mengahadapi tantangan terbesar semenjak kekristenan muncul 2000 tahun yg lalu. A. Duane Litfin mengungkapkan pandangannya tentang arti revolusi ini sebagai berikut:
Fase atau era gerakan pejuang hak-hak wanita yang muncul baru-baru ini, yg munculnya biasnaya dinggap sama dengan karya Betty Friedan berjudul The Feminine Mystique pada tahun 1964, merupakan gelombang pasang yang terjadi sekarang. Gerakan ini telah melampaui batas kekuasaan kaum pria yg sudah ada selama lebih dari 2 abad. Namun, gelombang yg terjadi sekarang itu lebih luas dan lebih kuat pengaruhnya daripada pelopornya yang mana saja. Dan gelombang itu tampaknya menjadi bagian dari kecenderungan diseluruh dunia yg mungkin kini tak dapat ditawar-tawar lagi.
Pandangan Egalitarian membuktikan bahwa tak ada alasan yg Alkitabiah bagi kaum wanita untuk tidak sama-sama mengambil bagian dalam tugas kepemimpinan di gereja, atau tidak berperan serta dalam suatu hubungan pernikahan yang didasarkan atas prinsip saling menundukkan diri dan saling mengasihi. Penekanan pandangan Egalitarian adalah saling menundukkan diri—bukan penundukan diri dari satu pihak kepada pihak yang lain, melainkan masing-masing pihak menundukkan diri satu sama lain—baik dalam gereja maupun dalam rumah tangga.
Sebaliknya, pandangan tradisional tentang hubungan peranan pria-wanita tetap berpendapat bahwa ada alasan yang kuat, memaksakan, dan Alkitabiah untuk menguatkan kekepalaan/kepemimpinan pria dan penundukan kaum wanita di dalam gereja maupun dalam rumah tangga. Meskipun pandangan ini mengakui penundukan diri satu sama lain sebagai suatu prinsip yg Alkitabiah, namun penundukan diri satu sama lain tidak mengesampingkan tatanan tentang otoritas dan penundukan diri yg terdapat di bagian-bagian lainnya. Tidak sama dengan pandangan egalitarian, pandangan tradisional tidak membuat berlawanan bagian-bagian yg membicarakan mengenai persamaan hak maupun penundukan kaum wanita.
KALAU BEGITU APAKAH WANITA TIDAK BOLEH MELAYANI?