Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Standar Ganda FIFA, Revolusi Pemikiran, dan Plin-plan

27 Maret 2022   15:02 Diperbarui: 28 Maret 2022   18:45 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden FIFA, Gianni Infantino (kiri) bersama salah seorang legenda sepak bola, Samuel Eto'o (26/2/2021). Photo by: Instagram.com/@fifaworldcup

Dari sini kita dapat melihat bahwa standar ganda yang dilakukan FIFA dan UEFA sudah ada sejak sebelum kita melihat segala tajuk beraroma Ukraina ada di sepak bola saat ini. 

Memang, FIFA dan UEFA sedikit melakukan kesalahan dengan mengabaikan atau malah memberi sanksi terhadap aksi-aksi simpatisan pesepak bola atau suporter Eropa terhadap Palestina dan negara lain yang terkena dampak perang. Tetapi yang mereka lakukan juga tidak sepenuhnya salah, karena yang harusnya peduli dengan Palestina, Afghanistan, hingga Myanmar sekalipun, itu bukan UEFA--federasi sepak bola Eropa, tetapi AFC--federasi sepak bola Asia.

Jika AFC peduli dengan Palestina dll., maka mereka bisa mengkomunikasikannya ke FIFA. Meminta bantuan simpatik atau pun sejenisnya. Itulah yang dilakukan UEFA ketika Ukraina terbombardir Rusia.

Kenapa UEFA bisa begitu?

Karena, UEFA bagian dari Uni Eropa, bagian dari negara-negara Eropa yang terancam keamanannya dari amukan Rusia. Agar keamanan negara Eropa tidak semrawut seperti Ukraina, maka mereka harus menghindari perang senjata, akhirnya dicarilah cara lain, yakni penggembosan terhadap Rusia dari segala lini. Salah satunya dengan boikot Rusia dalam elemen sosial dan ekonomi.

Salah duanya adalah membentuk simpatisan tinggi di Eropa melalui sepak bola, yang notabene menjadi "agama" kedua masyarakatnya. Itulah yang sebenarnya dilakukan FIFA, yakni mengakomodasi nasib anggotanya yang memang berkaitan erat dengan kedaulatan negara.

Jika Eropa hancur, sepak bolanya yang menjadi kiblat sepak bola dunia juga hancur, sesederhana itu logika yang mendasari keputusan FIFA. Dan inilah yang menurut saya tidak ada salahnya untuk diambil.

Kalaupun kemudian menyengsarakan Chelsea, saya pikir, itu sebenarnya yang salah bukan FIFA dan UEFA, tetapi kebijakan pemerintah Inggris yang terlalu cepat dalam memberi hukuman tanpa memproses tindakan pencegahan terhadap Chelsea dari carut-marut sistem operasionalnya. Kalau Roman Abramovich pelaku korupsi, pembekuan finansial klub wajib dilakukan, tetapi jika Abramovich bukan pelaku korupsi, masa' iya finansial klub dibekukan di saat mereka butuh dana operasional?

Tetapi, di sisi lain, saya juga berpikir bahwa apa yang terjadi pada Chelsea tidak akan sangat besar pengaruhnya terhadap sirkulasi operasional yang dibutuhkan pemain. Ada faktor yang melandasinya, yakni kesejahteraan pemain.

Jikalau, Chelsea adalah klub Indonesia, saya yakin aktivitas klub langsung lumpuh hanya dalam hitungan hari, bukan pekan dan bulan. Karena, kalaupun ada patungan dari pemain, tidak akan cepat menutupi kebutuhan tim saat berkompetisi. Gaji pemain Indonesia berapa? Hedonismenya--yang meniru gaya hidup atlet mancanegara--juga butuh modal berapa? Sudahkah terikat apparel olahraga?

Nah, hal semacam itu yang membedakan dengan Chelsea yang para pemainnya sudah bergaji tinggi. Di situlah letak guna gaji tinggi dari pemain sepak bola dewasa ini. Ditambah, sepak bola juga baru saja terkena dampak pandemi yang sempat membuat para pemain terpotong gajinya, maka fenomena Chelsea--akibat ulah Rusia--ini tidak terlalu mengejutkan, walaupun harus segera diakhiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun