Lo Celso, De Paul, Leandro Paredes, hingga Guido Rodriguez adalah pemain-pemain yang punya peran untuk menggerakkan lini tengah. Begitu juga dalam membantu lini serang, masih ada Angel Di Maria dan Alejandro 'Papu' Gomez untuk membantu Messi bermain lebih tak terkawal.
Papu Gomez memang terkesan terlambat bergabung dengan timnas, namun peran dan kualitasnya cukup cepat menyetel ke dalam permainan Argentina, terutama di laga melawan Paraguay. Ini menjadi bukti, bahwa Argentina bisa memberikan kejutan dengan pemain-pemainnya selain Messi.
Argentina juga punya semacam antitesis dengan Brasil. Jika Brasil punya agresivitas di lini serang, maka Argentina punya agresivitas di lini tengah.
Kekuatan Argentina selama bertarung di Copa America sangat mengandalkan kekuatan lini tengahnya. Bukan karena lini depannya minim mencetak gol, tetapi karena di sinilah Argentina bisa mendikte permainan lawan.
Mereka bisa menaikkan dan menurunkan tempo permainan lewat kekuatan di lini tengah. Itu yang sedikit kurang terlihat di Brasil.
Brasil memang juga bisa bermain menguasai keadaan, tetapi mereka punya kecenderungan bermain praktis. Sentuhan bola biasanya dikontrol oleh lini belakang dan lini serang.
Keberadaan Silva dan Neymar di dua posisi itu memang punya andil, tetapi yang cukup patut disorot adalah penyambung bola antardua lini tersebut. Penyambungnya adalah fullback.
Ini yang membuat permainan Brasil terlihat lebih agresif, karena mereka melibat lini tengah hanya untuk yang sangat penting. Namun untuk intensitas, mereka lebih suka menggerakkan dua sisi sayapnya.
Perbedaan inilah yang kemudian bisa membumbui harapan terwujudnya pertemuan Brasil dengan Argentina di final. Karena, kita perlu tahu strategi mana yang lebih mematikan.
Sejauh ini, keduanya memang bisa dikatakan berhasil mematikan lawannya masing-masing dengan ciri permainan mereka. Maka dari itu, patut ditunggu partai yang dapat memanggungkan dua tim hebat ini.
Tetapi, apakah Copa America tahun ini hanya dimiliki dua tim tersebut?