Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Membuang Makanan dan Maknanya di Sepak Bola

28 Desember 2020   16:51 Diperbarui: 29 Desember 2020   04:06 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dani Alves dan pisang yang dibuang suporter lawan. |Gambar: Thetimes.co.uk via Kompas.com

Tetapi, di satu sisi, saya cukup yakin bahwa di antara kita pernah melakukan tindakan itu. Entah, sekali, dua kali, atau kadang-kadang. Saya pun pernah melakukannya, walau padahal untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar itu tidak jarang saya harus berpusing-pusing ria.

Hanya, pada kenyataannya hal itu sulit dihindari. Mengapa bisa begitu?

Makanan ditampung perut, tapi lidah yang sering mengambil keputusan. Gambar: Pixabay
Makanan ditampung perut, tapi lidah yang sering mengambil keputusan. Gambar: Pixabay
Alasan pertama, makanan yang seharusnya dikonsumsi ternyata tidak sesuai dengan kemampuan perut. Benar, bukan karena lidah yang menentukan suka dan tidak suka terhadap makanan. Tetapi, karena perut yang memiliki batas kemampuan untuk menampung dan mengolah makanan tersebut.

Itulah mengapa, saya kalau membeli makanan, selalu memastikan bahwa makanan itu dapat diterima oleh perut saya. Kalau saya ingin menuruti lidah saja, semua makanan pasti pernah saya cicipi. Tetapi, pada kenyataannya tidak demikian.

Lewat cara itu, sebenarnya ampuh untuk mencegah tindakan membuang makanan. Tetapi, bagaimana kalau ternyata makanan itu hasil pemberian? Dilema, kan?

Itulah yang membuat tindakan membuang (sisa) makanan terkadang tidak bisa dihindari. Ini bukan faktor menghilangkan rasa syukur, tetapi lebih tepatnya untuk tidak mengakumulasi dampak negatif di kemudian hari pada tubuh kita.

Kitalah yang tahu batas kemampuan perut kita, bukan orang lain. Tetapi, kalau ada orang yang memberi, terima saja. Soal apakah dimakan semua atau tidak, itu sudah tanggung jawab dan konsekuensi kita.

Terkadang, nafsu makan kita dipengaruhi suasana hati. Gambar: Shutterstock via Kompas.com
Terkadang, nafsu makan kita dipengaruhi suasana hati. Gambar: Shutterstock via Kompas.com
Alasan kedua untuk kita yang sulit menghindari tindakan membuang sisa makanan adalah suasana hati. Saya yakin, bahwa suasana hati dapat menentukan selera makan.

Walaupun memang kita sangat butuh makan, tetapi jika suasana hati tidak bagus, maka ada kemungkinan untuk menolak makanan atau kadar mengonsumsi makanan menjadi tidak sesuai porsi biasanya--selera makan turun.

Ketika hal itu terjadi, maka peluang untuk membuang sisa makanan bisa hinggap di saya dan/atau pembaca. Akibatnya, di lain waktu akan ada penyesalan, karena pernah membuang makanan pada saat itu. Padahal, di waktu lain sangat menginginkan makanan itu.

Situasi juga memengaruhi perlakuan terhadap makanan. Gambar: Noriko Hayashi via Nytimes.com
Situasi juga memengaruhi perlakuan terhadap makanan. Gambar: Noriko Hayashi via Nytimes.com
Alasan ketiga adalah situasi yang memengaruhi pikiran dan emosi kita. Selain suasana hati, situasi di sekitar juga bisa memengaruhi kita dalam memperlakukan makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun