Mohon tunggu...
Travel Story

Destinasi Keindahan Kota “Jawa Tengah”

12 Juni 2016   22:45 Diperbarui: 12 Juni 2016   23:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keindahan panoramanya alamnya.keindahan panorama inilah menjadi surga tersendiri dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin datang untuk menikmati keindahan alam di Indonesia,khususnya Jawa Tengah(Semarang,Ambarawa,Pekalongan)

Seiring dengan perkembangan dunia pariwisata di negara kita terutama peninggalan–peninggalan sejarah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi salah satu alasan diadakan karya wisata. Karya wisata merupakan suatu kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh sekolah kami. Karya wisata tahun ini mengambil objek – objek karya wisata di Pulau Jawa(Semarang,Ambarawa,dan Pekalongan).karena,di sana banyak terdapat tempat – tempat wisata yang terkenal di Indonesia bahkan di dunia internasional.

Kaitannya dengan karya wisata, saya ditugaskan untuk membuat laporan dalam bentuk Karya Tulis mengenai objek–objek wisata yang saya kunjungi di kota Semarang dan sekitarnya. Dalam menyusun laporan tersebut, saya memerlukan data – data yang akurat.Dalam pencarian data–data yang akurat tersebut,saya mencari dari berbagai sumber yang sebelumnya saya mencari data-data melalui internet dan langsung terjun kelapangan untuk mengikuti perjalanan tour sambil menikmati keindahan surga yang terdapat di kota Semarang ini.

Tepat tanggal 26 mei,saya bersama teman-teman angkatan semester fotografi melakukan tugas hunting fotografi di kota Jawa Tengah(Semarang,Ambarawa,dan Pekalongan)segala persiapan sudah kami persiapkan dengan sangat baik dan terencana.tidak lupa kami berdoa agar semuanya dapat terlaksana dengan sangat baik.

Kini Perjalanan pun Dimulai.....

Pada saat pertama dalam perjalanan kami, semua sangat ceria,bahkan sangat bergairah sekali  karena kami belum merasakan lelah. Masing – masing peserta sibuk dengan kegiatanya sendiri – sendiri ada yang saling bercanda, dan ada juga yang hanya menikmati pemandangan di luar,bernyanyi bersama.banyak canda gurau yang terjadi saat perjalananku bersama teman-teman satu angkatan.baru awal perjalanan diriku sudah merasakan kekompakan yang begitu erat sehingga walaupun berbeda kelas suasananya pun semakin solid.

Di dalam bus perjalanan,seorang kakak bersama abang pemandu wisata bus travel memperkenalkan diri kepada kami.kakak tersebut mengatakan perjalanan kami selama 4hari tour hunting fotografi akan ditemani bersama ”Dekavies Travel Tour”.dan disinilah susasana sangat begitu erat dan pemandu wisata travel kami pun sangat bersemangat seperti semangat anak muda yang membuat perjalanan kami menjadi sangat mengesankan.

Canda,tawa,kekompakan sangat terasa sekali apalagi didalam perjalanan tour ini,team pemandu wisata “Dekavies Tour” sangat memahami kemauan kami para peserta tour hunting ini.Didalam bus,perjalanan  kami berubah drastis menjadi bus anak muda.alunan melodi yang keluar menambah gairah muda kami para peserta hunting fotografi.

Sampai saatnya pukul 5 sore kamipun berhenti sejenak untuk berehat sejenak.ada teman-temanku pun beristirahat,makan,berkumpul bersama,dan ada juga yang menunaikan ibadah shalat mahgrib di area masjid rest area. Selanjutnya kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota yang sudah ingin kami inginkan kota yang sangat bersejarah yaitu kota “Semarang”

Didalam perjalanan menuju Semarang,suasana di bus terdengar sangat bersemangat.tidak ada kata melelahkan.yang ada hanyalah semangat yang sangat prima,semangat yang benar dimiliki oleh kaum muda mudi.antusias,kebersamaanpun tetap solid.bahkan saat malam tiba pun kondisi bus masih terlihat aktif.alunan lagu mewarnai semangat kaum muda mudi kami. Hingga tepat pukul 23.00 semuanya pun terlelap pulas.

Masjid Agung Semarang                                                                             

Akhirnya saat yang telah dinanti telah tiba.Tepat pukul 04.00 sebelum Adzan Subuh berkumandang,bus kamipun tiba dengan selamat didepan masjid agung semarang ini.di tempat inilah,diriku bersama rekan-rekan angkatan hunting fotografi disebar untuk melakukan hunting fotografi didepan masjid yang sangat megah ini.

Banyak arsitektur yang sangat memukau mata saat mata ini menatap takjup akan Maha karya

asitektur pada masjid agung semarang ini.design aritektur yang sangat megah,menambah ciri khas masjid agung semarang ini.sehingga banyak jamaah yang datang berbondong-bondong untuk datang,serta memanjatkan doa kepada sang pemilik Illahi.Tidak kalah menariknya, keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab. Pada Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan. Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas.

Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat.

                                

Diriku terpukau saat melihat seorang bapak yang sedang melakukan ibadah shalat subuh saat setelah adzan subuh telah usai dikumandangkan.benar-benar sangat syahdu momen seperti ini. Benar-benar sangat meluluhkan hati melihat stuktur arsitektur yang berdiri kokoh lalu ada jemaat yang sedang melakukan ibadah shalat subuh serta mengucap rasa syukur kepada sang pemilik Illahi

Sambil mengamati lingkungan sekitar Masjid Agung Semarang,diriku menemukan aktifitas warga,serta pengunjung disekitar area masjid.ada yang melakukan jalan jogging,bermain lompat tali,dan bahkan ada yang melakukan senam,maupun lari estafet yang dilakukan di sisi belakang masjid.setelah mengamati lingkungan sekitar,aku dan rekan-rekan peserta hunting fotografi bergegas mandi pagi diarea masjid agung semarang.setelah mandi kamipun sarapan pagi sambil menikmati keindahan serta masjid agung yang berdiri dengan sangat megahnya.

Setelah sarapan selesai,kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju museum bersejarah belanda,yaitu museum kereta api Ambarawa

Museum  Kereta Uap Ambarawa

                                              

                                         

                                    

Akhirnya setelah lama melewati perjalanan yang cukup melelahkan,kami pun menapakan kaki di stasiun Ambarawa.kira-kira diriku dan teman-teman peserta hunting fotografi pada pukul 09.00.setelah sampai disana,kami pun langsung segera menuju ke tempat dimana kereta zaman dahulu pernah di operasikan pada zaman penjajahan Belanda.

Banyak pengunjung wisatawan yang ingin menikmati sensasi melihat langsung kereta tua di ambarawa ini.ada pengunjung yang berasal dari luar daerah yang dengan antusiasnya ingin menikmati serta ingin menambah wawasan pengetahuan mereka.walaupun dalam perjalanan menuju museum kereta Ambarawa ini cukup melelahkan dan cukup jauh bila ditempuh perjalanan menggunakan kendaraan pribadi..

 Bahkan dari anak-anak Sekolah Dasar pun dengan semangatnya bermain serta ikut mempelajari,serta mendengarkan tim pemandu kereta ambarawa. bagaimana proses kereta tua ambarawa ini beroperasi pada zaman penjajahan belanda tahun silam.museum ambarawa ini merupakan tempat bersejarah yang terdapat di Jawa Tengah.

Setelah kami berkeliling di sekitar area sambil memfoto lingkungan di stasiun Ambarawa,tiba saatnya  diriku bersama teman-teman peserta hunting fotografi merasakan duduk dan menapakan kaki,serta menikmati duduk di gerbong kereta tua Ambarawa.

Akhirnya Kereta Tua Ambarawa pun segera berangkat menuju stasiun Tuntang.

Ketika kereta uap Ambarawa mulai berjalan,sejenak dirikupun mengamati ruangan disetiap gerbong kereta uap Ambarawa.Benar-Benar masih terjaga mutu dan kualitas dari sebuah kereta uap pada zaman penjajahan belanda ini.setiap lorong-lonng gerbong kereta masih nampak asli,sehingga diriku terpukau,takjub,bahkan bangga bisa duduk dan menjejakkan kakiku di gerbong kereta uap pembuatan belanda ini.disetiap ukiran design masih sangat terlihat keasliannya.hanya saja pada setiap gerbong kereta uap ini sudah di cat ulang untuk mempertahankan tingkat kualitas pada gerbong kereta uap ini.

 Tidak hanya keindahan yang terletak pada bagian gerbongnya saja,pada bagian depan kereta uap pu masih terjaga kualitasnya yang benar-benar menandakan bahwa kereta uap ini benar asli adanya. Diriku pun langsung melihat pada bagian depan kereta nampak ada tulisan belanda pada bagian depan kereta,tidak hanya itu saja dirikupun melihat tahun pembuatan kereta uap ini “B 5 11 2.jika  dilihat dalam sejarah, kereta uap ambarawa dengan kode B 51 12 merupakan buatan Hannoversche Maschinenbau AG.digunakan  pada waktu masa penjajahan belanda sebagai alat transportasi darat dengan tujuan Ambarawa,Tuntang,dan Lawang sewu sebagai pusat stasiun kereta uap pada zaman penjajahan belanda.tidak hanya itu saja fungsi dari kereta uap ini,kereta uap ini pada zamannya digunakan para penjajah  untuk menggangkut kayu gelondongan,ataupun batu bara,yang digunakan para penjajah belanda untuk kegiatan perang ataupun sebagai pemasok bahan bakar untuk para penjajah belanda.tapi pada zaman sekarang kereta uap ini sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata.dan bahkan dimuseum kan agar pada generasi penerus bangsa bisa melihat keaslian,kualitas,bahkan fungsi kereta uap ini.

Puas melihat sisi-sisi didalam kereta uap Ambarawa,mataku pun langsung dimanjakan dengan keindahan alam yang terhempas luas saat kereta uap melaju dengan kecepatan yang cukup cepat.

Banyak hemparan sawah hijau yang membentang luas,pegunungan yang dengan tegaknya berdiri,aliran sungai yang mengalir begitu jernihnya.tidak bisa di ungkapan dengan kata-kata.yang ada hanyalah rasa kagum akan semua ciptaan yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.banyak aktifitas masyarakat sekitar yang tinggal di daerah Jawa tengah ini.ada masyarakat yang sedang bercocok tanam,menyangkul sawah,membajak sawah denga menggunakan kerbau,dan masih banyak lagi aktifitas yang dilakukan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan hudup. Dan disinilah banyak sekali momen-momen “Human Interest” yang menurut diriku benar-benar sayang luar biasa sehingga kami pun sangat terpukau melihat jerih lelah yang dilakukan oleh masyarakat desa Ambarawa-Tuntang dalam perjalanan kami bersama kereta uap Ambarawa.

Setelah menikmati keindahan Panorama,dan menambah wawasan pengetahuan akan kereta tua uap pada masa penjajahan belanda,diriku berserta teman-teman akhirnya melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan wisata berikutnya.

Candi Gedong Songo

Akhirnya yang telah dinanti telah datang.setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan tenaga,diriku bersama teman-teman peserta hunting fotografi akhirnya sampai dan bisa menjejakan kaki di bangunan bersejarah agama Hindu-Buddha”Candi Gedong Songo”.di dalam benak kami yang ada hanyalah semangat dan antusias yang sangat bergairah.Tak ada mengenal kata lelah,letih yang ada semangat dan gairah anak muda.apalagi teman sekelasku,Kelas” Jurnalistik Televisi”yang selalu tetap bersemangat dan terus berjuang demi memberikan hasil yang terbaik.tak ingin merasa kalah,diriku pun juga  dengan penuh semangat bergegas langsung menuju dimana terdapat candi gedong songo itu berada.

Setelah diriku melangkahkan kaki ini menuju candi,kami dan pengunjung sekitar langsung disambut dengan kedatangan kuda dan joki/pemilik kuda.Kuda-kuda ini sangatlah banyak.dan jumlahnya bisa puluhan kuda dewasa yang siap mengantarkan pengunjung dan siap membawa pengunjung untuk berkeliling,serta menikmati hawa yang sangat sejuk di kawasan Candi Gedong Songo.hanya mengeluarkan kocek seharga Rp.30.000,00 pemilik kuda siap mengantarkan pengunjung utuk menikmati keindahan serta kemegahan Candi Gedong Songo dari arah kejauhan.

Saat diriku sedang berkeliling di kawasan candi,tidak hanya kuda sewa yang ditawarkan dalam wisata Candi Gedong ini,banyak cendramata yang diperjual-belikan untuk pengunjung sebagai buah tangan yang khas dari Candi Gedong songo.ataupun cendramata berbentuk patung Candi Gedong songo.sehingga dapat dijadikan pajangan ataupun hiasan yang bisa diletakan diruang tamu.masih banyak lagi cendramata yang ada dikawasan Candi Gedong Songo ini,sehingga kawasan candi ini dapat menarik wisatawan,baik wisatawan domastik,maupun wisatawan mancanegara.

           Dan pada saat memasuki area kawasan Candi Songo,diriku melihat banyak penjual yang siap menjajakan barang daganganya.Seperti aneka makanan dan minuman sehingga pengunjung wisatawan tidak perlu kawatir,sebab jika lapar ataupun haus,tinggal membeli makanan ataupun minuman yang telah dijual oleh pedagang yang ada didalam kawasah Candi Gedong Songo.

Walaupun banyak penjual yang menjajakan barang daganganya,kawasan Candi Gedong Songo ini,terlihat sangat rapi dan asri.Penjual pun sangat menjaga nilai dan kesopanan dalam menjajakan barang dagangannya.tidak hanya penjualnya saja,bahkan wisatawan domestikpun juga sangat menghormati akan kebersihan lingkungan sekitar area candi,sehingga kawasan ini cocok sekali dijadikan tempat “Piknik”atau”tempat rekreasi“.karena tempat area dalam candi suasananya yang sangat sejuk dan masih terlihat banyak pohin-pohon yang menyebabkan suasana menjadi rindang dan nyaman untuk dijadikan objek wisata rekreasi keluarga.

Diriku bersama teman-teman peserta hunting fotografi pun merasa tertantang jiwa mudanya,sebab ada 9 candi Gedong Songo yang letaknya cukup berjauhan.melewati jalan yang sangat terjal serta curam.akhirnya kami memberanikan diri untuk melangkahkan kaki ini untuk mencari tahu keindahan apalagi yang masih tersimpan di dalam bangunan bersejarah Candi Gedong Songo.

 “Relief&Ukiran Pada Candi Gedong Songo”

                    

Benar saja saat diriku sampai pada candi Gedong Songo yang ke-2 sampai bangunan candi Gedong Songo yang ke-4,diriku menemukan ukuran “Relief” yang terukir dengan sangat mendetail,sangat jelas sekali.jika dilihat ukiran,pahatan yang terpapar pada dinding batu candi sangatlah mengagumkan.dari ukiran pada dinding bisa menggambarkan kehidupan masyarakat yang terjadi pa$da masa lampau,agama/kepercayaan masyarakat yang menganut agama Hindu dan Buddha.seperti 3 Dewa Tertinggi ajaran Agama Hindu/BuddhaTrimurti, dan Urutannya 3 Dewa Tertinggi Agama Hindu, Trimurti, dan Urutannya

“Relief ukiran Dewa Brahma””Relief Ukiran Dewa Siwa”

                                                ”Relief ukiran Dewa Wisnu

Serta ukiran “Relief anak dari Dewa siwa dan Dewi Parwati”

    Relief ukiran Dewa Ganesha”

Benar-Benar ukuran Relief yang sangat luar biasa.Maha karya yang tidak ternilai harganya.Namun sangat disayangkan,Maha karya peninggalan yang telah lama ditinggalan selama berabad-abad lamanya ukiran relief candinya pun nampak terlihat tidak terawat.bnayk ukiran yang terpadat di dinding candi yang bolong-bolong bahkan rusak akibat tidak adanya perawatan yang siknifikan dari tim pengelola candi.sehingga sulit wisatawan sulit sekali mengenali sosok Dewa apa,Sejarah apa yang pernah terukir diatas bangunan di candi Gedong Songo ini.sangat disayangkan sekali.Setelah puas menambah ilmu pengetahuan akan Sejarah masa lampau,akhirnya aku dan teman-teman perserta hunting makan malam disekitar area candi.sambil bercanda gurau bersama teman-teman sebaya,duduk serta menikmati makan malam sambil menikmati keindahan Candi sambil menikmati terbenamnya matahari di ufuk barat.

Lelah kami peserta hunting terbayarkan sudah.bisa melihat keindahan alam yang sungguh luar biasa,membuat kami semakin jatuh cinta akan kekayaan dan warisan budaya,sejarah yangtidak ternilai oleh apapun.disinilah kami banyak belajar untuk semakin cinta akan Negeri kami “Indonesia”.

Jam sudah menunjukan tepat pukul 18.00 sore.dan diriku bersama teman-teman akan pergi menuju Hotel untuk kami bermalam satu hari disana.

Akhirnya diriku dapat meregangkan kaki bahkan dapat beristirahat,setelah seharian penuh berpetualang belajar serta beraktifitas tanpa kenal kata lelah.Dan diriku yakin hari esok,akan lebih menantang lagi untuk kami para kaum muda-mudi generasi penerus bangsa ini.

Matahari telah menampakan sinarnya di ufuk timur,aktifitas baru pun kembali dimulai. Diriku dengan kondisi mata yang masih berat,dan ingin kembali melanjutkan beristirahat namun matahari semakin menampakan sinarnya.terlihat pada celah-celah jendela kamar hotel matahari memberikan kehangatannya dipagi hari,sehingga menambah suasana semakin sangat sejuk

Jam telah menunjukan pukul 6 pagi,tak terasa waktu berjalan begitu cepat.tak ingin kalah dengan waktu,diriku pun bergegas bangun dari tempat tidur,setelah itu mempersiapkan segala sesuatu untuk memulai aktifitas yang jauh lebih menantang lagi.

Kota Tua,Gereja Blenduk

  

Kami pun bersiapp-siap melakukan perjalanan kami selanjutnya.tujuan kami selanjutnya menuju kota bersejarah di daerah semarang,yaitu”Kota Tua”dan”Gereja Blenduk(G.P.I.B IMMANUEL)”.

Setelah sampai di lokasi diriku bersama teman-peserta hunting fotografi langsung berkeliling disekitar lokasi Kota Tua dan Gereja tua.tidak mau kalah dengan teman-temanku,diriku langsung segera mengamati keindahan dan panorama di kota tua tersebut.Sangat menakjubkan sekali berada dikawasan Kota Tua ini.bangunan dan sturktur arsitekturnya pun dirancang dengan design belanda.bahkan didekat Kota Tua terdapat gereja yang berdiri dengan sangat megah dan kokohnya.

Bukan hanya kekokohan serta kemegahannya,design gereja tua ini mirip dengan Gereja yang ada di Negara Palestina tepatnya di Yerusalem.sungguh design yang sangat luar biasa.betapa megahnya,betapa kokohnya dan betapa agungnya gereja tua ini berdiri ditengah-tengah kota tua ini.

                           

Gereja Tua yang terdapat di pusat kota tua ini selain memiliki keunikan pada design  arsitekturnya,gereja tua ini juga memiliki keunikan yang ada didalamnya antara lain: TAMPAK

  • Sangat menunjukan ciri khas dari bangunan Eropa dengan adanya pilar-pilar tinggi pada pintu masuk yang menghadap ke jalan.
  • Bangunan ini kelihatan masiv dan tinggi yang juga merupakan khas dari bangunan Eropa.
  • Bangunan ini memiliki dua buah menara pada bagian depan yang terlihat mengawali/ mengapit pintu masuk sebelum menuju ruang gereja lainnya yang berbentuk segi delapan dengan atap kubah.
  • Pintu masuk ke gereja ini lebih diekspos ke arah jalan dengan cara membuatnya lebih menjorok ke jalan dengan tujuan agar orang tertarik melihat bangunan itu walaupun hanya melihat gerbangnya saja dari ujung jalan.

RUANG

  • Ruang gereja ini berbentuk heksagonal (segi delapan) dengan bentuk atap kubah atau setengah lingkaran yang sangat unik.
  • Ruang yang tercipta di dalam gereja itu bersifat sentralisasi, berorientasi pada pusat/ sentral bangunan tersebut yang diteruskan ke poros atap bangunan tersebut karena ada pengaruh unsur religius.
  • Ruangan gereja itu juga diseting sedemikian rupa sehingga ruangannya berpusat pada poros atap gereja yang bertujuan untuk menciptakan suasana bahwa Tuhan itu ada di tengah-tengah umat/ pengikutNya.


 ATAP

  • Atap Gereja Blenduk berbentuk kubah yang dilapisi oleh perunggu dan terdapat lubang pada bagian bawah atap kubah yang dapat dimasuki cahaya untuk menyinari ruang dalamnya.

LANTAI

  • Lantai pada gereja Blenduk dibuat datar atau tidak ada ketinggian yang berarti dibandingkan dengan jalan di sekitarnya.

JALAN

  • Jalan di depan gereja ini merupakan jalan yang bebas dilalui oleh kendaraan bermotor yang menurut saya kurang baik bagi bangunan itu sendiri diisamping karena kondisi bangunan yang sudah tua dan juga kurang terdapat keheningan bagi orang-orang yang beribadah di dalamnya.
  • Posisi gereja terhadap jalan sedikit tersembunyi...namun masih ada celah bagi orang untuk mengintip gereja ini dari ujung jalan yang menimbulkan kesan menarik yang juga dapat dijadikan cara untuk mengungkapkan sesuatu yang indah dengan memperlihatkannya secara tidak utuh.
  • Jalan disekitar gereja ini juga menghendaki para pengunjung untuk menyusurinya dengan berjalan kaki,karena posisi bangunan-bangunan di kota lama ini saling berdekatan.
  • Jam Ibadah Hari Minggu Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat GPIB Jemaat Immanuel Semarang. Jl Letjen Suprapto No 32 Nomor telepon 024 3554271 SMG.
     Pukul 06.00WIB Ibadah I.
     Pukul 09.00WIB Ibadah II, Ibadah pelayanan anak (Pastori), Ibadah persekutuan Teruna (Pastori).
     Pukul 17.00WIB Ibadah Pemuda.

Hatku pun takjub melihat kemegahan,dan keindahan gereja ini.walaupun sudah lama berdiri,gereja ini masih terlihat begitu kokoh.dan banyak umat Kristiani yang selalu beribadah kepada Tuhan(ILLAHI) untuk terus beribadah dan selalu mengucap syukur kepada Tuhan.

Tidak hanya itu keindahan panoramanya saja yang menarik,kegiatan masyarakat sekitar menjadi suasana menjadi sangat lebih hidup.banyak lalu aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar,aktifitas anak-anak sekolah yang sedang melintas di jalan raya,dan masih banyak lagi aktifititas masyarakat sekitar sehingga menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik ataupun mancanegara.kota tua yang berdiri dengan sangat kokoh berdiri ditengah keramaian kota,benar-benar kota yang sangat menakjubkan sekali.Jika seseorang berkunjung ketempat ini,maka orang yang metatapnya akan terpukau kagum akan Maha karya yang pernah dibuat oleh para penjajah pada zaman dulu.

Tetapi, tak selamanya kota bisa  berdiri dengan sangat megah.pada bulan yang lalu ujung tombak perekonomian masyarakat kota tua Semarang sempat lumpuh selama kurang lebih 2 minggu.ujung tombak ini adalah Pasar Johar.saat diriku mewawancarai seorang tukang becak yang selalu mangkal berada didekat kota tua ini berdiri,pasar johar tersebut berada berketakan dengan lokasi kota tua dan gereja Blenduk ini.beliau berkata bahwa,pada bulan yang lalu pasar Johar sempat terbakar habis.semua kios-kios  pedagang habis dilalap si jago merah.sehingga hanya sedikit pedagang yang bisa memelamatkan barang dagangannya.tidak hanya itu,diriku juga mendapat informasi yang cukup siqnifikan.setelah kebakaran yang melahap pasar johar,aktifitas jual beli pasar dipindakan di dekat Masjid Agung Semarang.dan bisa membuat pasar ini normal kembali membutuhkan kurun waktu yang cukup lama,kira-kira selama 6 tahun baru pasar ini bisa berjalan dengan normal kembali. Benar-benar membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membuat pasar johar ini kembali seperti semula.disini banyak momen-momen yang bisa membuat diriku berdecak kagum,dan ada peristiwa juga yang membuat diriku prihatin akibat terbakarnya deyut perekomonian di kawasan kota tua semarang.

Akhirnya petualanganku di kawasan Kota Tua dan Gereja Blenduk berakhir dengan mendapat banyak sekali informasi,serta mendapat wawasan yang sangat luas saat berada di tempat bersejarah ini.

Setelah puas berkeliling disekitar area kota tua,kami pun akhirnya kembali menuju tempat hotel tempat kami bermalam kemarin.sesampai dihotel,diriku pun berkemas serta merapikan pakaian dan perlengkapan yang diriku bawa.setelah semuanya rapi,akhirnya diriku pun bergegas mandi pagi untuk mengejar waktu untuk sarapan pagi yang telah disediakan oleh pihak hotel tempat kami bermalam.

Akhirnya semua hal sudah diriku persiapkan dengan sangat matang.selanjutnya kami perserta hunting fotografi,check out dari hotel tempat kami bermalam,dan melanjutkan perjalanan selanjutnya ke tempat bersejarah yang sangat terkenal akan sejarah dan keunikannya.Tempat wisata tersebut adalah ”Klenteng Sam poo Kong”

Sam Poo Kong

Perjalanan dari kota tua semarang menuju Klenteng Sam Poo Kong,tidaklah terlalu djauh. Hanya menempung perjalanan kurang lebih setengah jam,diriku telah sampai ke tujuan wisata ini dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun.setelah sampai, diriku bersama teman-peserta hunting fotografi,kami pun langsung berpencar untuk mendapatkan foto yang terbaik.Tidak hanya itu kami pun juga akan menggali informasi terkait sejarah berdirinya kelenteng Sam Poo Kong ini.Petualanganku pun akhirnya dimulai lagi.

Saat berada didalam Klenteng Sam Poo Kong,Cukup dengan membayar tiket masuk Rp. 3.000 untuk pengunjung domestik dan Rp. 10.000 untuk turis asing, saya mulai memasuki area petilasan Laksamana Cheng Ho ini, kesan pertama memang sangat terasa kemegahan dari tata bangunan yang terletak di tanah seluas lebih kurang 3 hektar dan terdiri dari beberapa bagian utama, di area ini terdapat 5 bangunan klenteng yang sesuai urutannya dari arah utara ke selatan yaitu klenteng Tho Tee Kong (Dewa Bumi), klenteng Kyai Juru Mudi (Wang Jing Hong / Dampo Awang), klenteng utama Sam Poo Kong, klenteng Kyai Jangkar dan klenteng Kyai Cundrik Bumi.

 Pemandangan pertama yang paling menarik perhatian mata saya adalah keberadaan patung laksamana Cheng Ho setinggi 10 meter lebih, tampak berdiri kokoh di sisi selatan klenteng. Patung ini berwarna kekuningan yang konon terbuat dari lapisan perunggu, dibawah patung terdapat prasasti yang bertuliskan otobiografi singkat Cheng Ho. Disebutkan bahwa Cheng Ho / Zheng He (1371 - 1435) adalah seorang Duta Perdamaian utusan Kaisar Yong Le, pada zaman Dinasti Ming, yang telah melalang buana dengan ratusan kapal dan ribuan anak buah.
 Membaca otobiografi singkat Cheng Ho ini membuat pikiran dan khayalan saya semakin penasaran terhadap sejarah datangnya Admiral hebat ini hingga bisa berlabuh di Semarang, maka dengan bermodalkan kamera canon 100D dengan lensa Kit,saya mulai mengambil gambar dan berjalan ke arah klenteng.

 Ternyata untuk bisa masuk ke 5 klenteng, orang umum yang tidak bersembahyang dikenakan tiket masuk lagi sebesar Rp. 20.000 untuk pengunjung lokal dan Rp. 30.000 untuk turis asing, meski demikian saya merasa keindahan dan nilai sejarah yang saya dapatkan kemudian akan sangat sebanding dengan uang tiket yang saya keluarkan. Pada setiap klenteng kita disuguhkan keindahan arsitektur tiongkok yang dominan dengan warna-warna merah dan kuning serta pahatan relief-relief khas seperti naga, patung-patung dewa, tokoh-tokoh keagamaan, binatang-binatang shio dan lain-lain. Nuansa sakral pun sangat terasa dengan adanya wewangian hio yang dibakar oleh beberapa orang yang sedang sembahyang. Selain berdoa, pada klenteng pertama (Tho Tee Kong) pengunjung dapat melakukan ritual ramalan nasib yang dilakukan oleh seorang penjaga klenteng atau disebut “juru kunci”, pada saat saya ingin mencoba meramal nasib, sang juru kunci memperingatkan bahwa ramalan ini tidak boleh dilakukan tanpa niat yang sungguh-sungguh, tidak untuk coba-coba, karena akibatnya akan menjadi tidak baik. Peringatan ini membuat saya berpikir ulang atas niat saya yang memang hanya ingin mencoba, maka saya pun membatalkan meramal nasib, biarlah nasib dan takdir kita serahkan dan menjadi rahasia  Tuhan Yang Maha Esa

 Dan sayapun melanjutkan perjalanan ke klenteng kedua (Kyai Juru Mudi), sesuai dengan namanya disinilah tempat disemayamkannya juru mudi kapal Cheng Ho, yang terkenal dengan sebutan Dampo Awang (Wang Jing Hong), seorang juru kunci yang saya temui bercerita bahwa saat berlayar di laut Jawa, sang juru mudi dan beberapa awak kapalnya sedang jatuh sakit, sehingga Laksamana Cheng Ho memerintahkan untuk berlabuh di pantai utara Semarang. Sang juru mudi Dampo Awang inilah yang kemudian menetap di Semarang dan pengikutnya membangun klenteng pertama yang disebut dengan klenteng Sam Poo Kong.

 Klenteng Sam Poo Kong adalah klenteng ke-3 yang saya datangi setelah klenteng Kyai Juru Mudi, klenteng ini juga terkenal dengan sebutan klenteng “Gedung Batu”, karena awal mulanya klenteng ini merupakan sebuah gua yang digunakan oleh Laksamana Cheng Ho untuk beristirahat dan berdoa bersama dengan anak buahnya. Sesuatu hal yang unik berada di klenteng ini adalah keberadaan sebuah bedug seperti yang ada di masjid, hal ini menandakan ada perpaduan islam pada klenteng ini, demikian pula dengan adanya tulisan yang berbunyi “Marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengar bacaan Al Qur’an”. Sang juru kunci bercerita bahwa Laksamana Cheng Ho adalah seorang tionghoa keturunan Arab Persia dari sang Ayah dan seorang muslim yang sangat taat. Beberapa kerumitan ini membuat saya semakin penasaran, pertanyaan besarnya adalah “jika Cheng Ho adalah seorang yang menyebarkan agama islam, mengapa tempat petilasan ini menjadi klenteng bukannya masjid?” Sebuah pertanyaan yang baru saya dapatkan jawabannya setelah saya bertemu seorang juru kunci di klenteng terakhir, yang ke-5.
 Namun sebelumnya saya melanjutkan ke klenteng ke-4, disebut klenteng “Kyai Jangkar” karena di klenteng ini terdapat sebuah jangkar raksasa yang konon digunakan oleh kapal Laksamana Cheng Ho, dengan panjang sekitar 3 meter, jangkar ini digunakan untuk melakukan ritual sembahyang di klenteng ini. Sayangnya pengunjung yang tidak bersembahyang dilarang mengambil foto jangkar, sehingga saya tidak dapat mengabadikannya. Di depan klenteng terdapat replika kapal Laksamana Cheng Ho yang ditumbuhi pohon beringin, dimana akar yang bergelantungan dipohon ini bentuknya sangat mirip dengan rantai kapal, hal ini tentunya menambah keunikan lokasi klenteng ini.

 Keunikan terus berlanjut saat saya berjalan ke klenteng yang terakhir (Kyai Cundrik Bumi), dimana disini disimpan peralatan senjata yang digunakan Laksamana Cheng Ho dan anak buahnya, disini pula terdapat makam seseorang yang terkenal dengan nama Nyai Tumpeng. Dari cerita juru kunci disini, Nyai Tumpeng adalah seorang juru masak kapal Laksamana Cheng Ho, yang menarik adalah dari Nyai Tumpeng lahir sebutan “Nasi Tumpeng” yang sering dibuat saat acara-acara syukuran, sebutan ini konon berasal dari ciri khas nasi masakan Nyai Tumpeng yang berbentuk gunung.
 Benar- benar sejarah yang sangat luar biasa dalam berdirinya Klenteng ditengah-tengah kota semarang ini.Mulai dari sturktur bangunan Klenteng,ukiran-ukiran yang melukiskan budaya antara persia dan asia yang membuat wisatawan sangat terpesona melihat kemegahan bangunan bersejarah ini.

Tepat pukul 12.00 siang,diriku bersama teman-teman peserta hunting fotografi meluangkan waktu sejenah untuk beristirahat dan dilanjutkan makan siang yang telah dihidangkan.setelah merasa cukup beristirahat dan makan siang,kami pun kembali melanjutkan petualangan ke tempat sejarah berikutnya.tempat bersejarah sekalius mengandung banyak misteri ialah”Lawang Sewu”

Lawang Sewu

Jarak dari Klenteng Sam Poo Kong menuju simpang 5 semarang,hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan menuju Lawang sewu ini.lawang sewu ini merupakan bangunan tua yang sangat bersejarah yang dibuat pada masa kolonial Belanda.sesampai di lokasi gedung tua ini,Petualanganku untuk menggali banyak informasi akhirnya dimulai,saat kaki ini berpijak ditanah bersejarah yang pernah dibangun pada masa pemerintah Belanda.

                                     

Lawang Sewu,Sebutan “Sewu” [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya jumlah pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser)

Menurut sejarahnya,Lawang Sewu atau dalam bahasa Indonesia Pintu Seribu adalah Gedung megah yang dibangun di Era penjajahan Belanda.Yang sekarang ini menjadi salah satu Obyek Wisata kota Semarang.Lawang Sewumerupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.

Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah perkeretaapian di indonesia karena dibangun sebagai Het Hoofdkantoor Van de NederlandschIndische Spoorweg Maatscappij (NIS) yaitu kantor pusat NIS, perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dengan “Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur Semarang Temanggung 1867.

 Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.

 Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan tambahan pada tahun 1916 – 1918.

Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972). Stasiun di Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan.

 Pada peralihan abad ke-20 NIS membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada tahun 1914 stasiun Tambaksari digantikan oleh Stasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun 1908 selesai dibangun pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan Bodjong, di Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur.

 Kantor pusat NIS yang baru itu adalah bangunan besar 2 lantai berbentuk “L” yang dirancang oleh J.F Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival (Sudrajat,1991). Menurut Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah tipikal 2 dasawarsa awal abad 20 ketika diperkenalkan politik etis, ketika itu “Muncul kebutuhan yang cukup besar untuk mendirikan bangunan bangunan publik dan perumahan, akibat perluasan daerah jajahan, desentralisasi administrasi kolonial dan pertumbuhan usaha swasta”.

Penduduk Semarang memberinya nama “Lawang Sewu” (pintu seribu), mengacu pada pintu pintunya yang sangat banyak, yang merupakan usaha para arsiteknya untuk membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati.

 Pada saat yang bersamaan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berusaha mengambil alih kereta api, pertempuran pecah antara pemuda dan tentara Jepang, belasan pemuda terbunuh di gedung ini, 5 diantara mereka dimakamkan di halaman (tetapi pada tahun 1975 jenazah mereka dipindah ke Taman Makam Pahlawan). Di depan Lawang Sewu berdiri monumen untuk memperingati mereka yang gugur di Pertempuran Lima Hari.

 Sesaat setelah kemerdekaan,Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api, kemudian militer mengambil alih gedung ini, tetapi sekarang telah kembali ke tangan PT KAI. Sungguh bangunan yang memiliki tingkat kualitas yang sangat berharga serta tak nernilai harganya,mulai dari Masjid agung semarang,sampai dengan Lawang sewu.Ini merupakan warisan yang tidak ternilai harganya.kini perjalanan destinasiku berakhir sudah tak terasa 4 hari berlalu begitu cepat.baru saja inginku  menikmati sekali lagi keindahan yang ada didalam Bumi pertiwiku ini”Indonesia”

 Negeri yang sangat kaya,kaya akan sumber daya alamnya,dan kaya akan situs warisan dunianya.saatnya generasi bangsa bangkit dan melestarikan peninggalan yang sangat berharga bagi bumi pertiwi ini. Mari kita kaum muda dengan semangat generasi muda,dengan semangat’45 yang telah diwariskan oleh generasi-generasi sebelumnya.sudah saatnya kita bangkit dan meneruskan,serta mempertahankan semua yang telah ada di Bumi Pertiwi yang kita cintai,yaitu Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun