Mohon tunggu...
Travel Story

Destinasi Keindahan Kota “Jawa Tengah”

12 Juni 2016   22:45 Diperbarui: 12 Juni 2016   23:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Keunikan terus berlanjut saat saya berjalan ke klenteng yang terakhir (Kyai Cundrik Bumi), dimana disini disimpan peralatan senjata yang digunakan Laksamana Cheng Ho dan anak buahnya, disini pula terdapat makam seseorang yang terkenal dengan nama Nyai Tumpeng. Dari cerita juru kunci disini, Nyai Tumpeng adalah seorang juru masak kapal Laksamana Cheng Ho, yang menarik adalah dari Nyai Tumpeng lahir sebutan “Nasi Tumpeng” yang sering dibuat saat acara-acara syukuran, sebutan ini konon berasal dari ciri khas nasi masakan Nyai Tumpeng yang berbentuk gunung.
 Benar- benar sejarah yang sangat luar biasa dalam berdirinya Klenteng ditengah-tengah kota semarang ini.Mulai dari sturktur bangunan Klenteng,ukiran-ukiran yang melukiskan budaya antara persia dan asia yang membuat wisatawan sangat terpesona melihat kemegahan bangunan bersejarah ini.

Tepat pukul 12.00 siang,diriku bersama teman-teman peserta hunting fotografi meluangkan waktu sejenah untuk beristirahat dan dilanjutkan makan siang yang telah dihidangkan.setelah merasa cukup beristirahat dan makan siang,kami pun kembali melanjutkan petualangan ke tempat sejarah berikutnya.tempat bersejarah sekalius mengandung banyak misteri ialah”Lawang Sewu”

Lawang Sewu

Jarak dari Klenteng Sam Poo Kong menuju simpang 5 semarang,hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan menuju Lawang sewu ini.lawang sewu ini merupakan bangunan tua yang sangat bersejarah yang dibuat pada masa kolonial Belanda.sesampai di lokasi gedung tua ini,Petualanganku untuk menggali banyak informasi akhirnya dimulai,saat kaki ini berpijak ditanah bersejarah yang pernah dibangun pada masa pemerintah Belanda.

                                     

Lawang Sewu,Sebutan “Sewu” [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya jumlah pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser)

Menurut sejarahnya,Lawang Sewu atau dalam bahasa Indonesia Pintu Seribu adalah Gedung megah yang dibangun di Era penjajahan Belanda.Yang sekarang ini menjadi salah satu Obyek Wisata kota Semarang.Lawang Sewumerupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.

Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah perkeretaapian di indonesia karena dibangun sebagai Het Hoofdkantoor Van de NederlandschIndische Spoorweg Maatscappij (NIS) yaitu kantor pusat NIS, perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dengan “Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur Semarang Temanggung 1867.

 Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.

 Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan tambahan pada tahun 1916 – 1918.

Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972). Stasiun di Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun