Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kebangkitan Taliban, Krisis Afghanistan Terus Berlanjut

26 Agustus 2021   19:38 Diperbarui: 31 Agustus 2021   00:29 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Ronald Reagan dukuk bersama Mujahidin Afghanistan dan Pakistan pada Februari 1983. (Wikimedia Commons)

Artikel ini ditulis sebagai lanjutan dari tulisan saya sebelumnya Sejarah Singkat Afghanistan Menjadi "Kuburan Para Penguasa". Untuk itu, artikel ini akan membahas tentang:

Bagaimana kisah kebangkitan Taliban di Afghanistan?

Siapa orang-orang di balik Taliban?

Dari mana mereka berasal?

Bagaimana Osama bin Laden cocok dengan cerita mereka?

Dan mengapa AS mengirim tentaranya ke Afghanistan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita kenali potongan sejarah kelam Afghanistan.

Kita mulai dari tahun 1979. Pada tahun 1979, Presiden sekaligus pemimpin Komunis Afghanistan, Nur Muhammad Taraki dibunuh. Setelahnya, Uni Soviet mulai campur tangan di Afghanistan.

Meskipun Taraki adalah seorang pemimpin komunis, dia dibunuh oleh sesama pemimpin komunis Hafizullah Amin.

Seperti yang kita ketahui dari sejarah sebelumnya, partai komunis di Afghanistan terbagi menjadi dua faksi. Dan terjadilah pertengkaran hebat di antara mereka. Taraki tidak sepenuhnya tidak bersalah, sebelumnya, dia telah mencoba membunuh Hafizullah Amin.

Sementara pertikaian antara komunis sedang berlangsung, pada saat yang sama, komunis dan Islamis juga berperang satu sama lain di Afghanistan pada saat ini.

Sekitar waktu ini pada tahun 1979 sebuah revolusi terjadi di tetangga Afghanistan, Iran yang dikenal sebagai Revolusi Iran 1979. Sebenarnya, situasi di Iran saat itu agak mirip dengan situasi di Afghanistan. Ada Islamis di satu sisi dan Komunis di sisi lain.

Raja Iran Mohammad Reza, percaya pada modernisme dan sekularisme. Dirinya telah membawa banyak perkembangan ekonomi bagi negaranya seiring dengan sekularisme.

Tetapi pada saat yang sama, dia sangat berhasrat untuk menguasai takhta. Karena keserakahannya, M. Reza membuat para oposisi dibunuh.

Suara-suara oposisi diredam. Partai politik dilarang. Dan DPR dibubarkan. Untuk alasan ini, sebuah revolusi untuk melawannya terjadi.

Dan pada tahun 1979, kaum Islamis mengambil alih Iran. Menyaksikan hal ini terjadi di Iran, di Afghanistan, Hafizullah Amin yang merupakan seorang komunis khawatir akan pengambilalihan Islam di Afghanistan.

Untuk menghindari ini, dia berpikir bahwa dirinya perlu menenangkan orang-orang konservatif yang religius. Ia mulai membangun masjid, dan mulai penyertaan nama Allah dalam pidato-pidatonya, serta mendistribusikan salinan Quran. Meskipun komunis, semua ini dilakukannya untuk menarik pihak Islamis ke sisinya. 

Tetapi rakyat tidak menyukainya sama sekali. Dia melakukan banyak kekejaman terhadap rakyat Afghanistan. Dia sebenarnya dianggap sebagai semi-psikopat di Afghanistan.

Anda akan melihat hal yang menarik di sini, semua pemimpin ini, Hafizaullah Amin, Taraki dan Mohammad Reza, wajah ideologi apa pun yang mereka tampilkan kepada dunia, selalu ada keserakahan yang mendalam terhadap kekuasaan di dalam diri mereka semua.

Dalam keserakahan mereka akan kekuasaan, mereka dapat memutarbalikkan ideologi semudah membalikan telapak tangan. Itu adalah sesuatu yang bahkan ada pada beberapa pemimpin politik saat ini, terlepas dari partai politik yang mereka ikuti.

Diktator dapat membuat alasan apa pun untuk tetap berkuasa. Hal ini juga terlihat di Uni Soviet. Ketika Lenin kehilangan kekuasaan, Stalin membunuh lawannya untuk mendapatkan kekuasaan.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah bahwa pada bulan Desember 1979, sebelum kaum Islamis dapat mengambil alih Afghanistan, Uni Soviet melakukan intervensi dengan mengirimkan pasukannya. Uni Soviet kemudian membunuh Hafizullah Amin. Ada alasan ideologis untuk itu serta alasan geopolitik.

Alasan ideologis adalah bahwa ideologi Komunisme kehilangan pijakan di Afghanistan dan disalahartikan oleh Hafizullah Amin. Jadi Uni Soviet ingin memberikan dukungannya kepada ideologi Komunisme yang sebenarnya.

Alasan geopolitik adalah bahwa ada Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Jika Uni Soviet bisa mendapatkan pengaruh di Afghanistan, maka negara lain bisa berada di bawah pengaruh Uni Soviet. Itu akan menguntungkan Uni Soviet dalam perang melawan Amerika Serikat.

Setelah membunuh Hafizullah Amin, Babrak Karmal dilantik sebagai kepala pemerintahan yang baru. Dia juga seorang pemimpin Revolusi Saur.

Setelah berkuasa, Hafizullah membebaskan lebih dari 2.700 tahanan politik. Dia mengganti bendera merah Komunis dengan yang baru, dan berjanji untuk membawa konstitusi baru Afghanistan. Selain itu, pemilihan umum yang bebas, kebebasan berbicara, hak untuk protes serta kebebasan beragama.

Akhirnya, seperti akan ada perdamaian di Afghanistan. Dan Afghanistan akan bergerak ke arah yang benar.

Tapi bagaimana mungkin AS diam-diam menyaksikan kemajuan Afghanistan?

Amerika Serikat melihat bahwa Uni Soviet telah membangun pengaruh di Afghanistan. Bahkan di negara-negara seperti Vietnam dan Ethiopia, Uni Soviet telah unggul di atas Amerika.

Amerika selangkah di bawah Uni Soviet dalam perang ini. Amerika memutuskan untuk menggunakan Afghanistan sebagai kesempatan untuk membalas dendam terhadap Uni Soviet.

Bagaimana mereka bisa membalas dendam? 

Amerika membalas dendam dengan mendukung ideologi oposisi, Mujahidin, di Afghanistan. Negara-negara seperti Pakistan dan Arab Saudi sudah mendukung Mujahidin Islam di Afghanistan. Jadi Amerika bergabung dengan mereka untuk melakukan rencana pembalasan.

CIA melakukan operasi rahasia terbesarnya untuk melakukan ini. Mereka menamakannya Operasi Cyclone. Direktur CIA Robert Gates kemudian mengakui kalau Presiden AS saat itu Jimmy Carter telah mengizinkan bantuan rahasia sebesar $500.000 untuk diberikan kepada Mujahidin pada 3 Juli 1979.

Setelah pergantian kekuasaan di AS, jutaan dolar diberikan kepada para mujahidin bahkan setelah Ronald Reagan berkuasa. Lihat foto di bawah, Reagan bersama Mujahidin. Bersama dengan CIA Amerika, ISI Pakistan, Badan Rahasia Inggris MI6, dan Arab Saudi juga mendukung Mujahidin Islam.

Siapakah para Mujahidin ini?

Awalnya, mereka hanya pejuang gerilya yang bertempur sambil bersembunyi di pegunungan. Mereka mendapat banyak dukungan, tidak hanya senjata tetapi bahkan rudal anti-pesawat juga tersedia untuk mereka. Saat itulah Uni Soviet mulai merasakan efek dari pertarungan tersebut.

Pada tahun 1988, Presiden Afghanistan adalah Mohammad Najibullah. Dia menandatangani kesepakatan Jenewa dengan Pakistan. 

Pada dasarnya perjanjian ini merupakan perjanjian damai, maka tidak ada negara yang akan ikut campur dalam urusan negara lain. Penjamin perjanjian damai adalah Uni Soviet dan Amerika Serikat.

AS berjanji bahwa jika Uni Soviet menarik pasukannya dari Afghanistan, maka AS akan berhenti memasok senjata ke Mujahidin.

Akhirnya, setelah 9 tahun, pada Februari 1989, Uni Soviet menarik pasukannya dari Afghanistan dan meninggalkan negara itu.

Dan ada banyak latar belakang penarikan pasukan Uni Soviet saat itu. Uni Soviet sedang terpecah berkeping-keping.

Uni Soviet kemudian terpecah menjadi beberapa negara. Dan Rusia menjadi negara besar di antara mereka. Tapi, itu sejarah yang terpisah dari fokus saya saat ini, mari kita kembali ke Afghanistan.

Najibullah mencoba yang terbaik untuk mengakhiri konflik ini lalu mengurangi kekuatannya.

Pada tahun 1987, sebuah Konstitusi baru dibawa untuk Afghanistan. Afghanistan akan berhenti menjadi negara satu partai. Seperti negara-negara komunis lainnya saat itu.

Jadi, partai lain juga bisa ikut pemilu.

Pada tahun 1988, pemilihan Parlemen baru dilakukan, dan partai Najibullah, PDPA memenangkan pemilihan. Najibullah bisa mempertahankan kekuasaannya.

Pada tahun 1990, Afghanistan dinyatakan sebagai Republik Islam. Semua referensi ke Komunisme dihapus. Najibullah mencoba menenangkan orang-orang konservatif religius di negara itu. Sehingga bisa tercipta perdamaian di sana.

Najibullah juga mencoba memasukkan Bantuan Asing ke Afghanistan dan memulai investasi swasta.

Tapi meskipun melakukan begitu banyak, Amerika terus memasok senjata ke Mujahidin. Kelompok Mujahidin tidak mundur sedikitpun. Mereka memboikot pemilu dan bahkan setelah semuanya, mereka berpikir bahwa Islam masih dalam bahaya. 

Perang saudara ini terus berlanjut. Uni Soviet berusaha membantu Najibullah dengan mengirimkan bantuan asing. Tapi itu tidak membantu karena pada tahun 1991, Uni Soviet pecah sendiri, seperti yang saya saya singgung sebelumnya. 

Pada tahun 1992, Mujahidin memenangkan perang saudara ini. Meskipun Mujahidin adalah kelompok Islamis, namun terdiri dari orang-orang dari berbagai etnis. Dan di dalamnya juga, ada banyak orang yang rakus akan kekuasaan. Pertikaian dimulai dalam kelompok Mujahidin untuk mendapatkan kekuasaan.

Akhirnya, pada tahun 1992, seseorang berkuasa dan menjadi pemimpin baru Negara Islam Afghanistan. Namanya Burhanuddin Rabbani. Dalam beberapa tahun berikutnya, musuh baru bangkit dengan nama Taliban.

Pada tahun 1996, Taliban menyingkirkan Rabbani dari kekuasaan.

Siapakah Taliban?

Dalam bahasa Pashtun, 'Taliban' berarti 'murid-murid'. Awalnya, pemimpin kelompok Taliban ini adalah Mullah Omar. Ia membentuk kelompok ini dengan 50 murid.

Seiring berjalannya waktu, beberapa pengungsi kembali ke Afghanistan dari Pakistan. Mereka kemudian menjadi bagian dari kelompok ini. Orang-orang ini bahkan lebih ekstremis religius dan lebih banyak orang sayap kanan dibandingkan dengan Mujahidin. Para pengungsi Afghanistan ini rupanya telah mempelajari ekstremisme ini di beberapa sekolah di Pakistan.

Tapi agama bukan satu-satunya hal yang terlibat. Seperti yang saya katakan, ada banyak faksi kelompok etnis di Mujahidin. Taliban juga percaya pada ideologi nasionalisme Pashtun, selain menjadi Islamis.

Pakistan dan Arab Saudi mendukung Taliban. Dan dikatakan bahwa Amerika menciptakan Taliban. Kalau kita lihat secara teknis, teman-teman, itu tidak benar. Tapi praktis, terdapat beberapa bobot argumen ini. 

Karena Amerika pada dasarnya mencoba mengupayakan yang terbaik untuk membawa demokrasi ke Afghanistan, namun semuanya hancur dengan memasok senjata ke Mujahidin. Karena lingkungan yang diciptakan memungkinkan lahirnya Taliban.

Tidak hanya senjata, Amerika rupanya menghabiskan jutaan dolar untuk mencetak buku pelajaran di Afghanistan. Buku-buku ini dipenuhi dengan gambar-gambar kekerasan dan digunakan untuk mempromosikan ideologi ekstremis. Kemudian, buku-buku yang didanai oleh Amerika ini digunakan oleh Taliban.

Pada September 1996, Taliban berhasil merebut Kabul dan mendirikan Imarah Islam Afghanistan. Awalnya, orang-orang biasa mendukung Taliban karena mereka akhirnya bisa mengharapkan stabilitas di negara ini yang sebelumnya terpecah dalam perang suku. Peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun akhirnya berakhir.

Pada awalnya, Taliban memang membuat beberapa wilayah Afghanistan damai. Namun seiring berjalannya waktu, ideologi konservatif Taliban muncul ke permukaan. Dan orang-orang bisa melihatnya sekilas.

Taliban melarang banyak hal di Afghanistan. Daftar hal-hal yang dilarang begitu panjang, mata kita (setidaknya saya) bisa tercabut setelah melihat hal-hal yang dilarang oleh Taliban.

Di bawah pemerintahan Taliban, pria wajib memelihara janggut. Dan wanita harus menutupi tubuh mereka dengan burqa. Perempuan tidak boleh meninggalkan rumah mereka tanpa ditemani oleh kerabat laki-laki.

Dan karena Taliban percaya pada ideologi Pashtun, etnis non-Pashtun menjadi korban pembersihan etnis. Ribuan Muslim terbunuh. Kristen diadili. Umat Hindu diberikan lencana agar dapat dibedakan dengan umat Islam. Bagian yang sangat penting dari sejarah budaya Afghanistan, adalah patung Buddha yang dihancurkan oleh Taliban.

Jelas, mantan Presiden Najibullah juga dibunuh oleh mereka. Orang-orang dan pemerintah dari seluruh dunia mengkritik Taliban setelah melihat semua ini terjadi. Dan mereka cukup vokal dengan kritik tersebut.

Tapi ada tiga negara yang mengakui Taliban sebagai Pemerintah yang sah saat itu. Tiga negara itu adalah: Pakistan, Arab Saudi, dan UEA.

Pada akhir 1990-an, beberapa pasukan Mujahidin mencoba melawan Taliban. Mereka dikenal sebagai Aliansi Utara. Ahmad Shah Massoud adalah kepala mereka. Namun pada tahun 2001, Aliansi Utara kalah dalam pertarungan ini. Dan Ahmad Shah Massoud juga terbunuh. Hanya 2 hari setelah itu terjadi, kelompok teroris Al Qaeda melakukan serangan 9/11 di Amerika Serikat. Serangan yang mengubah seluruh dunia. 

Pemimpin Al Qaeda saat itu adalah teroris Saudi, Osama bin Laden. Taliban membantu melindungi Osama bin Laden. Memberinya pelabuhan yang aman di Afghanistan.

Osama bin Laden menulis surat kepada Amerika, di mana dia menulis bahwa serangan 9/11 adalah balas dendam atas apa yang dilakukan Amerika di negara-negara seperti Somalia, Libya, dan Afghanistan.

Bin Laden memberikan pembenaran dengan mengatakan bahwa Amerika melakukan kejahatan perang terhadap umat Islam di negara-negara tersebut. Jadi mereka membalas dendam terhadap Amerika dengan melakukan serangan 9/11.

Selanjutnya bisa kita tebak, Amerika ingin membalas dendam atas serangan 9/11. Jadi Amerika mengirim pasukannya ke Afghanistan. Amerika kemudian melakukan serangan udara ke Afghanistan di tempat-tempat di mana mereka pikir kelompok teroris bersembunyi.

Tapi jelas, jika serangan udara dilakukan, maka beberapa warga sipil juga akan terbunuh. Itu tidak akan terjadi ketika teroris tidak hidup berbaur dengan warga sipil, jadi saat bom dijatuhkan, hanya teroris yang akan mati.

Tetapi dengan dukungan Aliansi Utara Mujahidin, pada Desember 2001, Taliban benar-benar didorong mundur oleh AS. Hamid Karzai menjadi Presiden baru pemerintah sementara Afghanistan.

Pada tahun 2004, sebuah Konstitusi baru diadopsi lagi di Afghanistan. Pemilihan berlangsung. Lebih dari 6.000.000 warga Afghanistan memilih dalam pemilihan ini. Karzai memenangkan pemilihan dan menjadi Presiden Afghanistan yang baru.

Karzai menjalin beberapa hubungan baik dengan India. Hubungan Afghanistan dan India menjadi cukup kuat saat ini.

Di sisi lain, AS melakukan pemboman dan serangan udara di wilayah Pakistan yang diduga menjadi tempat persembunyian Taliban di sana.

Pada tahun 2011, Osama bin Laden dibunuh oleh pasukan AS.

Pada 2015 ditemukan bahwa Mullah Omar, pemimpin pertama Taliban, telah meninggal pada tahun 2013 karena sakit.

Selama ini, AS telah mengirimkan pasukannya ke Afghanistan untuk menjaga perdamaian dan untuk menjaga agar Taliban tetap terkendali.

Selain itu, sebagai dukungan terhadap pemerintahan baru yang demokratis di Afghanistan.

Tetapi bahkan setelah bertahun-tahun, Taliban masih belum musnah. Mereka terus bermunculan di tempat yang berbeda. Mereka melakukan baku tembak dan pengeboman di berbagai wilayah Afghanistan dan negara-negara tetangga, dan mengakibatkan ratusan warga sipil terbunuh.

Pada Februari 2020, ketika Donald Trump menjabat Presiden AS, secara mengejutkan, ia memulai pembicaraan damai dengan Taliban. Artinya, pemerintah AS memulai dialog dengan Taliban. Mereka mengatakan bahwa jika Taliban memutuskan hubungannya dengan kelompok teroris seperti Al Qaeda, maka Amerika akan menarik pasukannya. Dan Amerika akan meninggalkan Afghanistan karena keberadaan pasukan Amerika di Afghanistan telah menghabiskan banyak dana.

Seperti yang saya singgung sebelumnya, lebih dari USD 2 Triliun dihabiskan Amerika di Afghanistan. 

Dan warga Amerika juga menentangnya. Orang Amerika mempertanyakan mengapa mereka berperang di perang yang bukan milik mereka.

Selama 20 tahun, tak sedikit keluarga mereka yang dikirim sebagai tentara lalu terbunuh, dan mereka bahkan tidak mendapatkan apa-apa dari perang tersebut.

Tahun 2021, merupakan tahun Taliban paling kuat (dari segi jumlah dan persenjataan) yang pernah ada. Lebih dari 85.000 pejuang berjuang untuk Taliban.

Sekarang, ketika Joe Biden menjadi Presiden Amerika, dia melanjutkan kebijakan Donald Trump dan memutuskan untuk menarik pasukan Amerika dari Afghanistan.

Terutama menjelang tahun ke-20 mengenang peristiwa 9/11. Amerika memutuskan bahwa Afghanistan bukan lagi urusan mereka.

Mereka telah mengeluarkan pasukan dari negara itu. Banyak orang mengatakan, kalau tujuan Amerika untuk tinggal di Afghanistan adalah balas dendam, bahkan setelah Osama bin Laden terbunuh pada tahun 2011, mengapa Amerika membiarkan pasukannya tetap berada di Afghanistan? Mengapa mereka tidak menarik pasukan mereka saat itu?

Di sisi lain, jika tujuan Amerika tinggal di Afghanistan adalah untuk menjadikan Afghanistan sebagai negara demokratis, dan untuk mengakhiri Taliban, maka tujuan itu belum tercapai sedikit pun. Amerika telah gagal dalam aspek ini. Karena Taliban berkuasa lagi dan paling kuat saat ini.

Jadi, setelah 20 tahun menduduki Afghanistan, di manakah sebenarnya letak blunder pemerintah Amerika dalam menangani Afghanistan? Adakah alasan lain dari pendudukan Amerika di Afghanistan? 

Simak ulasan saya lainnya yang berjudul "Krisis Afghanistan: Kejatuhan Kabul, Kenapa Bisa Terjadi?"

Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari keseluruhan cerita ini?

Menurut saya, ini adalah pelajaran dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Kita dapat membuat ribuan alasan untuk berperang satu sama lain: berbeda etnis, berbeda ideologi, atau berbeda agama, tetapi jika kita ingin memiliki perdamaian dalam arti yang sebenarnya atau jika ingin hidup damai di dunia, maka kita harus belajar untuk menerima satu sama lain dan mulai mempromosikan persatuan dan toleransi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun