Ditegaskan juga bahwa membuang satu kilogram daging sapi sama saja dengan menyia-nyiakan 50.000 liter air yang digunakan dalam proses produksi daging. Demikian pula, 1000 liter air akan terbuang percuma jika satu gelas susu dituang ke saluran pembuangan.
4. Peningkatan percepatan perubahan iklim
Makanan yang dihasilkan dan kemudian menjadi sampah diperkirakan setara dengan 3,3 miliar ton emisi gas rumah kaca, yang mempercepat dampak perubahan iklim. Penelitian juga menyatakan bahwa sampah makanan merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga.
Alasannya adalah energi yang terbuang dan penggunaan bahan bakar fosil dalam produksi makanan termasuk pengolahan dan memasak serta transportasi ke berbagai pasar konsumen di seluruh dunia.Â
Sejumlah besar limbah makanan dapat menyebabkan pemanasan global karena makanan menghasilkan gas metana saat terurai di tempat pembuangan sampah.Â
Gas metana 25 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida sebagai gas rumah kaca. Hal ini semakin memperburuk perubahan iklim dan pemanasan global.
5. Konsekuensi ekonomi
Selain dampak lingkungan, pemborosan pangan juga menimbulkan biaya ekonomi langsung. Menurut perkiraan laporan FAO, kerugian ekonomi yang terkait dengan pemborosan makanan adalah sekitar 750 miliar USD, atau setara 10.605 triliun rupiah pertahun.
Solusi untuk Limbah Makanan
1. Menyeimbangkan produksi pangan dengan permintaan
Yang terpenting, prioritas harus dipusatkan pada menyeimbangkan produksi pangan dengan permintaan untuk mengurangi masalah pemborosan pangan.Â
Hal pertama adalah mengurangi penggunaan sumber daya alam dalam produksi pangan. Di hotel, restoran, dan industri jasa makanan, alat manajemen risiko dapat diterapkan.