Karena manajemen layanan makanan tidak memiliki kemampuan untuk menghitung jumlah makanan yang dikonsumsi rata-rata, dapur terus memproduksi jumlah yang dianggap cukup tetapi sebagian besar sebenarnya tidak diperlukan.
Selain itu, beberapa manajer percaya bahwa memproduksi makanan dalam jumlah besar akan meminimalkan biaya, tetapi pada kenyataannya, hal itu menghasilkan lebih banyak limbah dibandingkan dengan persiapan masak sesuai pesanan atau memasak dalam jumlah kecil.
5. Over-merchandising dan over-ordering di toko makanan dan supermarket
Dalam arti luas, merchandising adalah praktik apa pun yang berkontribusi pada penjualan produk ke konsumen ritel. Pada tingkat ritel di dalam toko, merchandising mengacu pada menampilkan produk yang akan dijual dengan cara kreatif yang memikat pelanggan untuk membeli lebih banyak item atau produk.Â
Barang dan produk makanan yang dijual secara over-merchandising di pusat ritel, pasar grosir, dan supermarket sering kali mengakibatkan food waste.Â
Operasi jasa makanan biasanya lebih memfokuskan pada penjualan di toko makanan dan supermarket dengan menggunakan tampilan yang bagus dan menarik sehingga menciptakan gagasan "produk bagus" (meskipun tidak) dalam upaya untuk mempromosikan penjualan dan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang "tertipu" akhirnya membuang makanan yang sudah dibeli.
Aspek over-merchandizing merupakan salah satu penyebab terbesar peningkatan limbah makanan. Ketika orang membeli lebih dari yang dibutuhkan, kelebihannya sering kali berakhir di tempat sampah.
Over-ordering yang berlebihan juga menyebabkan kedaluwarsa makanan pada penyimpanan took atau supermarket dengan masa simpan terbatas karena beberapa di antaranya akan tetap tidak terjual.
6. Perilaku konsumen
Pelanggan yang berbeda memiliki preferensi yang berbeda dan hal ini sangat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen terhadap item makanan. Khususnya, perilaku konsumen yang cenderungan punya wawasan tajam untuk dalam memilih sayuran dan buah-buahan yang tidak cacat, dan tampilan luar buah dan sayuran yang baik agar bisa lama disimpan di rumah.
Perilaku konsumen seperti itu lebih sering berkontribusi pada pemborosan makanan karena sebagian besar makanan (yang tampilannya kurang bagus) mungkin tetap berada di rak sampai kadaluwarsa.Â