Seorang ustad ternama meramalkan perang suriah sebagai pembuka perang akhir zaman. Menurutnya konflik Suriah bukanlah konflik politik, Allah telah menyiapkan skenario besar dalam peristiwa tersebut. Perang Suriah adalah perang suci yang harus dilihat dari dimensi akhirat. Karena itulah kemenangan para mujahid anti pemerintah resmi Suriah sudah dijamin oleh Allah, umat muslim Indonesia harus turun tangan membantu mereka.
Tentu saja ketika dikatakan bahwa Perang Suriah adalah perang suci, dengan piawai ustad itu memaparkan sekian ayat suci dan hadits untuk mendukung narasinya.
Saya bergidik ngeri, saat menyaksikan ceramahnya beberapa tahun silam.
Meskipun bahasa yang dirangkai sang ustad sangat halus dan "memperkokoh keimanan" sebagian kalangan, video itu adalah salah satu provokasi paling mengerikan yang pernah saya saksikan.
"Ustad tidak waras, dia sakit jiwa" pikir saya saat itu.
Bagaimana tidak sakit jiwa? Dia ustad tapi memperlakukan Rasulullah sebagai peramal, yang pekerjaannya membuat prediksi tentang masa depan.
Rasulullah adalah nabi, rasul, pemimpin umat manusia yang diturunkan Tuhan sebagai cahaya penerang dunia. Kalau pun ada beberapa ucapan atau kalimat yang memberi tanda tentang masa depan, itu bukan ramalan. Bisa jadi untuk memperingatkan sesuatu, menghibur umatnya untuk tidak putus asa dengan masa depan atau hal-hal lain yang tidak kita ketahui. Rendah sekali kalau ucapan-ucapan Rasulullah dan ayat-ayat suci diperlakukan sebagai alat ramalan seperti kata-kata Nastrodasmus.
Bagaimana dia tidak sakit jiwa? Dia mengajak orang untuk berperang, seolah perang adalah kejadian normal. Seakan Tuhan menjadikan perang dan usaha saling membunuh antar manusia karena perbedaan agama, etnis atau politik, sebagai hal yang wajib dijalani manusia.
Benih utama dari ekstrimisme di berbagai agama, umat, dan penjuru dunia adalah keyakinan akan ramalan bahwa kiamat sudah dekat.
Anda pernah mendengar tentang Shoko Asahara di Jepang? Sekte kiamat Jonestown di Amerika? Atau Sekte Heaven's Gate? Tidak masalah kalau anda tidak pernah mendengarnya karena memang tidak penting. Mereka kaum ekstrim yang tercatat dalam sejarah kebodohan akut dan pembodohan massal. Semuanya memiliki pola yang sama: meyakini kiamat sudah sangat dekat di depan mata sehingga wajib melakukan sesuatu.
Persis seperti pandangan sang ustad ternama.
Ustad itu sakit jiwa parah ketika dia meyakini kiamat sudah di depan mata kita dan perang adalah jawaban bagi segala persoalan dunia. Padahal Rasulullah SAW saja yang lebih mengetahui segala hal, tidak pernah mengatakan tahu kapan kiamat akan terjadi.
Waktu berlalu, ketika kalender menunjukkan penanggalan akhir tahun 2018, ramalan kemenangan pasukan pemberontak suriah dari sang Ustad dengan ayat suci dan haditsnya ternyata tidak terwujud. Pasukan pemerintahan sah yang didukung rakyat dalam pemilu Suriah memenangkan perang. Bahkan USA secara resmi menarik pasukannya dari Suriah.
Link berita:Â theguardian.com | republika.co.id
Dua batalion S-400 triumph berkekuatan 4 Battery yang dikirim Russia menjadi kunci kemenangan pasukan Presiden Bassar Al-Assad. Daya gentar S-400 berhasil mencegah USA menerbangkan pesawatnya di langit Suriah, seperti saat mereka mengintervensi perang Libya. Membuat penentuan Perang Suriah terjadi di darat.
Link-nya: bbc.com | republika.co.id | jejaktapak.com
Dia sudah tidak lagi berbicara tentang Perang Suriah. Sebagai gantinya, sang ustad hilir mudik menebar benih  perpecahan negara kita melalui ceramahnya
Mungkin sebagian dari kita yang ingatannya pendek sudah melupakan kata-katanya, saya tidak lupa. Sejak awal sang ustad sedang berusaha mengimpor konflik dan perang suriah ke Indonesia. Pola ceramahnya sama persis seperti saat dia memprovokasi saat Perang Suriah.
Tapi, bagi saya ustad itu hanya minion. Meskipun diklaim memiliki jutaan jamaah, dia hanya kecoak kecil. Aktor panggung yang sebetulnya hanya dimanfaatkan oleh kekuatan besar yang bergerak di balik layar konflik.
Jokowi salah sewaktu dalam debat capres mengatakan bahwa  dalam 20 tahun ke depan tdk ada ancaman militer ke Indonesia.
Dari tanda-tanda yang terlihat, USA sedang bersiap menyerang Indonesia. Sebelum serah terima Freeport Indonesia ke Inalum pada tahun 2021 nanti. Dan mereka akan melakukan segala cara.
Ada beberapa hal yang bisa dicermati.
Pertama, tahukah anda apa yg ada di tanah galian freeport? Selama lebih dari 40 tahun dikeruk kekayaannya, Indonesia tidak pernah mengetahui detil dari hasil bumi Freeport. Berapa emas, tembaga, perak dan logam-logam yang ditemukan di sana, tidak pernah ada datanya. Sama sekali tidak pernah ada laporan mengenai itu.
Tapi bukan tembaga, bukan emasnya yang jadi biang masalah. Melainkan Uranium, yang mejadi bahan bakar dari 12 USS carrier, kapal selam dan alat-alat perang USA.
Link:Â energyworld.co.id | antaranews.com
Dua, dari era 2015-2018 US menambah pasukan marinirnya beberapa kali lipat di Port of Darwin australia. Dari semula hanya ada 100 personel US Marine di tahun 2013 di sana, menjadi 2500 th 2018.
Penambahan jumlah 25x lipat itu tidak sedikit.
Link:Â marinecorpstimes.com. Ada apa As soon as possible?
Bahkan pengamat militer bertanya-tanya mengenai tujuan penambahan pasukan secara besar-besaran ini.Â
Berbeda dg pemahaman orang awam, marinir bukan pasukan laut tapi pasukan pesisir, pasukan darat yg naik dari laut. Artinya USA sedang mempersiapkan diri untuk melakukan perang darat.
Daratan mana yang paling dekat dengan port of darwin yang berpotensi jadi musuh? Tentu saja Indonesia.
Alasannya sih untuk bersiap-siap menghadapi China. Tapi tahukah anda bahwa USA juga memiliki pangkalan angkatan laut di Singapura?
Port of darwin, Papua Nugini, Philipina, Singapura. Kira-kira 4 titik ini mengepung negara apa? Bukan China yang mereka kepung, tapi Indonesia! Itu sangat jelas. Silakan buka google maps anda, kalau tidak percaya. USA masih menginginkan Freeport, maka upaya militer ke Papua sudah disiapkan jauh-jauh hari, kalau perlu dengan menghancurkan Indonesia.
Tapi sebelum perang fisik, kebiasaan (dan biadabnya) militer US adalah memecah belah targetnya dengan isu-isu sensitif. Terutama yang menjadi favorit adalah isu agama, termasuk di Indonesia.
Mereka belajar dari perang Vietnam, bahwa alat perang dan kekuatan militer sehebat apa pun tidak cukup ketika harus menghadapi spirit perjuangan rakyat. Di Vietnam cuma Rambo yang menang perang. USA tidak mau kejadian seperti itu terulang.
Ketika target mereka Indonesia, mereka paham akan menghadapi perang yang membuat Rambo sekalipun lari terkencing-kencing jika menurunkan pasukan sembarangan. Jenderal V Nguyn Gip dari Vietnam konon menggunakan buku panduan perang gerilya karya Jenderal A.H. Nasution saat menghadapi Amerika.
Kalau melawan rakyat Vietnam saja mereka kalah, apalagi melawan Indonesia yang menganut sistem pertahanan rakyat semesta (Hankamrata) dan merupakan maha guru perang gerilya.
Maka artileri paling awal yang digunakan AS sebagai alat tempur adalah dunia maya. Saya mengamati sejak 2015 sangat jelas hoax terus menerus menjadi trending di masyarakat. Memanfaatkan politisi lokal yang ingin meraih kekuasaannya, hoax ini terus disiram, dipupuk dan ditumbuhkembangkan.
Ingat ancaman pembunuhan ulama?
Ingat cerita anak-anak yang diculik untuk dipanen organnya?
Belum terhitung soal kebangkitan PKI, tenaga kerja asing, pembunuhan massal dengan racun, isu sara, berbagai ketakutan dan ancaman terhadap masyarakat. Sampai-sampai tercatat awal tahun ini dalam 1 hari ada 175 hoaks yang menyebar.Â
175 dalam 1 hari!! Itu bukan angka yang sedikit.
Ketidakpercayaan kepada pemerintah dan aparat, serta adu domba antar elemen, terus digaungkan tanpa henti. Didukung oleh gerakan ekstrimis dan radikal. Aura kebencian dan kemarahan menggayut di langit Indonesia.
Pola ini merupakan copy paste dari kejadian di Libya dan Suriah. Dua negara dimana konflik berdarah dengan intervensi USA dan asing menghancurkan tiap jengkal tanahnya.
Ketika Perang Suriah sudah memasuki halaman akhir dan tutup buku tinggal menghitung hari, para jihadis impor yang lari dari serbuan Pasukan pemerintah Suriah membutuhkan tempat untuk hidup.
Indonesia-lah sasarannya.
Jihadis asing itu kehilangan medan tempur dan sedang mencari ladang perang baru, didukung kekuatan negara adi daya.
Dan, Indonesia-lah sasarannya.
Karena itulah hoax pemecah belah bangsa, copy paste dari Suriah merajalela di Indonesia. Tidak kurang putra Ramadhan Al-Buthi, Taufiq Ramadhan Al-Buthi, berkunjung ke Indonesia untuk memperingatkan itu.
Apakah dialog bersama Dr. Taufik Said Ramadhan Al-Buthi ini viral di media sosial Indonesia?
Demikian juga ulama-ulama Suriah lain, mufti Suriah, datang ke Indonesia berbagi kepedihan, supaya kita jangan mengalami seperti yang mereka alami.
Ulama Indonesia seperti mendiang K.H Hasyim Muzadi pun tidak kurang memperingatkan.
Tidak bisakah kita mengambil pelajaran?
Kalau anda mau peka, anda akan melihat pola yang sangat jelas Indonesia terus dipancing agar terjadi perang saudara. Kredibilitas ulama-ulama asli yang berjuang dengan ilmu dan karyanya terus digerus oleh ulama-ulama imitasi yang hanya bermodal sorban, gamis, dan keberanian untuk berteriak. Meski pun teriakan mereka hanya mempertontonkan kebodohan.
Di dunia maya, internet, lawan kita bukan lagi manusia, tapi superkomputer, algoritma, dan big data yang dipanen dari media sosial. Semua yang terjadi di dunia maya ada dalam kendali negara raksasa yang memiliki kepentingan di negara kita. Saya melihatnya dengan penuh rasa cemas dan kekhawatiran.
Puncak hoax adalah pemilu 2019 ini. Â Diawali bombardir tuduhan kecurangan yang narasinya sudah dimulai sejak sebelum pemilu, berbagai kerusuhan meletup usai pemilu ini. Bagi saya jelas ada yang menunggangi.Â
Jakarta hanya batu loncatan, tujuannya adalah menyebarkan kekacauan ke seluruh Indonesia. Terutama daerah-daerah di mana massa anti pemerintah cukup kuat dan memiliki basis. Ini adalah eksekusi dari perjalanan panjgan menuju Suriah chapter two.
Soal itu, mudah-mudahan saya bisa jelaskan secara lebih detail dalam tulisan lain.
Bersyukurlah meskipun diserang dengan berbagai isu yang menyulut perang, hingga hari ini kita tetap bertahan dengan damai. Meskipun ada ustad mengajak jihad dan perang, kita tetap mendengarkan ustad yang mengajak pada kedamaian.
Kalau ada orang mengatakan "Lebay deh lo mengkhawatirkan Indonesia akan seperti Suriah, tuh tidak ada apa-apa."
Saya menjawab: "Eh,... gua lebih baik dibilang lebay dan goblok daripada terjadi perang di negara ini. Tidak akan pernah gua bilang "tuh kan, gue kate juge ape" dan mengharap terjadi perang. Gua selalu berdoa untuk kedamaian bangsa"
Saya sangat berharap saya keliru, dan jauh lebih baik jika saya salah asal jangan sampai terjadi hal-hal yang saya khawatirkan dalam tulisan ini.
Terakhir jika boleh saya berpesan: Jangan dengarkan ustad yang mengajak perang menggunakan ayat dan hadits tentang hari kiamat. Â Peringatan tentang dekatnya kiamat semestinya bukan menggerakkan kita untuk berperang, melainkan untuk menambah pundi amal dan berbuat kebaikan, membangun peradaban dunia dalam perdamaian.
Bogor, 26 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H