Kalau anda mau peka, anda akan melihat pola yang sangat jelas Indonesia terus dipancing agar terjadi perang saudara. Kredibilitas ulama-ulama asli yang berjuang dengan ilmu dan karyanya terus digerus oleh ulama-ulama imitasi yang hanya bermodal sorban, gamis, dan keberanian untuk berteriak. Meski pun teriakan mereka hanya mempertontonkan kebodohan.
Di dunia maya, internet, lawan kita bukan lagi manusia, tapi superkomputer, algoritma, dan big data yang dipanen dari media sosial. Semua yang terjadi di dunia maya ada dalam kendali negara raksasa yang memiliki kepentingan di negara kita. Saya melihatnya dengan penuh rasa cemas dan kekhawatiran.
Puncak hoax adalah pemilu 2019 ini. Â Diawali bombardir tuduhan kecurangan yang narasinya sudah dimulai sejak sebelum pemilu, berbagai kerusuhan meletup usai pemilu ini. Bagi saya jelas ada yang menunggangi.Â
Jakarta hanya batu loncatan, tujuannya adalah menyebarkan kekacauan ke seluruh Indonesia. Terutama daerah-daerah di mana massa anti pemerintah cukup kuat dan memiliki basis. Ini adalah eksekusi dari perjalanan panjgan menuju Suriah chapter two.
Soal itu, mudah-mudahan saya bisa jelaskan secara lebih detail dalam tulisan lain.
Bersyukurlah meskipun diserang dengan berbagai isu yang menyulut perang, hingga hari ini kita tetap bertahan dengan damai. Meskipun ada ustad mengajak jihad dan perang, kita tetap mendengarkan ustad yang mengajak pada kedamaian.
Kalau ada orang mengatakan "Lebay deh lo mengkhawatirkan Indonesia akan seperti Suriah, tuh tidak ada apa-apa."
Saya menjawab: "Eh,... gua lebih baik dibilang lebay dan goblok daripada terjadi perang di negara ini. Tidak akan pernah gua bilang "tuh kan, gue kate juge ape" dan mengharap terjadi perang. Gua selalu berdoa untuk kedamaian bangsa"
Saya sangat berharap saya keliru, dan jauh lebih baik jika saya salah asal jangan sampai terjadi hal-hal yang saya khawatirkan dalam tulisan ini.
Terakhir jika boleh saya berpesan: Jangan dengarkan ustad yang mengajak perang menggunakan ayat dan hadits tentang hari kiamat. Â Peringatan tentang dekatnya kiamat semestinya bukan menggerakkan kita untuk berperang, melainkan untuk menambah pundi amal dan berbuat kebaikan, membangun peradaban dunia dalam perdamaian.
Bogor, 26 Mei 2019