Saya yang gemas nekat juga berbicara, "Bapak ada koneksi internet enggak di hp? Saya lagi ngga ada kuota. Coba Bapak baca sendiri di website-nya".
Lagi-lagi saya jadi bahan tertawaan orang.
"Begini lho Pak, saya kan tadi melihat pecalang sedang mengadakan penertiban mercon. Nah menurut saya itu kegiatan yang bagus dan saya kepengen nulis kegiatan tadi" kata saya memberi penjelasan sesederhana mungkin.
"Trus mas nya bilang jurnalis warga, warga daerah mana?"
Kedua alis saya langsung berkerut mendengar pertanyaan aneh itu. Dalam hati saya menjawab, ya warga Indonesia lah Pak, memangnya mana lagi.
"Coba mana tunjukkan identitas Kartu Penduduk Musiman (Kipem) nya" kata pria itu.
"Saya ngga punya Pak"
"Berarti Mas bukan warga sini. Duduk dulu Mas, sini sini, duduk dulu"
Wah ini, kayaknya bakal ribet ini, bakal lama, gumam saya dalam hati. Berburu berita lenyap sudah. Berganti interogasi panjang lebar dari pejabat desa.
Setelah diceramahi sekitar 15 menit nonstop, akhirnya pria tadi mempersilahkan saya bicara ke kepala adat tentang hasil kegiatan.
"Jadi Pak, berapa banyak mercon yang berhasil disita?" tanya saya berusaha mengorek informasi.