Mohon tunggu...
darmawanekahartanyo
darmawanekahartanyo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang memiliki semangat tinggi dalam dunia literasi. Menulis adalah cara saya mengungkapkan ekspresi, ide, dan emosi, terutama melalui cerpen, puisi, dan esai. Dengan hobi ini, saya berharap dapat menginspirasi dan berbagi cerita yang memberikan makna mendalam kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Melatih Rima dan Irama Anak, Kunci Public Speaking

2 Desember 2024   10:22 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Public Speaker (Sumber: Media Bangsa)

Pastinya istilah komunikasi sudah sangat familiar di kalangan orang awam. Berkomunikasi berarti berbicara dengan orang lain yang mengandung tujuan tertentu. Sebagai mahluk sosial komunikasi merupakan bagian dari rutinitas kehidupan manusia yang tidak bisa dipisahkan. 

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia karena sarana untuk menyampaikan gagasan, pikiran, keinginan, dan kebutuhan manusia agar bisa dimengerti manusia lain. 

Komunikasi merupakan sarana informasi untuk menjalain hubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan dari bayi pun manusia sudah diberikan kemampuan komunikasi melalui pertanda isyarat seperti saat bayi menangis dan merengek. 

Ternyata hal tersebut merupakan respon komunikasi alamiah dimana isyarat tersebut menginformasikan keinginan dan kebutuhannya seperti minta makan, minum, atau merasa tidak nyaman karena demam. Dengan demikian peran komunikasi dalam kehidupan manusia sangat krusial.

Komunikasi tidak hanya sebatas alat untuk menyampaikan keinginan dan kebutuhan. Lebih lanjut lagi komunikasi juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan di berbagai bidang terutama dalam karir maupun dunia kerja. Tanpa adanya komunikasi yang baik sulit bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan sulit untuk bekerja sama dengan tim. 

Seandainyapun seseorang ingin bekerja secara mandiri seperti menjadi wirausaha tetap butuh komunikasi untuk memanajemen karyawanya, bernegosiasi dengan client dan lembaga-lembaga lain. Karena tidak menutup kemungkinan fitrah manusia adalah makhluk sosial yang pasti tidak bisa beridiri sendiri serta membutuhkan orang lain. 

K omunikasi sosial yang efektif dan kompeten memiliki peranan krusial dalam berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Hal tersebut mencakup lingkungan kerja, organisasi, ataupun masyarakat pada umumnya, keterampilan ini menjadi dasar utama dalam membangun hubungan yang sehat dan produktif antara individu.

Salah satu elemen kunci dalam komunikasi sosial yang berhasil adalah kemampuan public speaking, yakni keahlian untuk berbicara dengan percaya diri di depan khalayak umum. Publik speaking sering diartikan  salah satu kemampuan berkomunikasi yang biasanya dipakai oleh satu orang untuk menyempaikan informasi baik itu gagasan, ide, atapun mtivasi ke orang lain yang biasanya jumlahnya cukup banyak. 

Public speaking sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam kehidupanya baik itu pribadi maupun kehidupan sosial. 

Public speaking ini penting karena memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi. Dengan mahir berkomunikasi seseorang akan mendapat banyak keuntungan. Misalnya orang jadi bisa berbicara di depan umum, menyampaikan ide secara jelas, terstruktur, dan persuasif. 

Hal ini tidak hanya membantu dalam menyampaikan pesan, tetapi juga dalam membangun rasa percaya diri. Dari kemampuan ini seseorang bisa memjadi senter atau pusat perhatian orang lain. Kemampuan ini memberikan kemudahan bagi seseorang untuk wawancara, presentasi, dan mendukung karirnya. 

Dengan kemampuan itu pula seseorang memungkinkan bisa mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak termasuk pihak pihak penting. Dengan demikian relasi pun akan terjalin.

Meski kemampuan ini sangat penting, masih banyak orang dewasa yang tidak menguasai public speaking. Sebagian dari mereka percaya bahwa keterampilan public speaking merupakan bakat yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Namun Sebenarnya keterampilan ini bisa dipelajari. 

Orang orang dewasa yang mengatakan bahwa public speaking adalah bakat spesial itu karena mungkin mereka sudah mempelajari skill ini, tapi belum berhasil dengan sempurna. Hal ini tidak sepenuhnya dipengaurhi oleh bakat keterampilan berbahasa. Namun juga dipengaruhi oleh faktor lain salah satunya yaitu usia.

Usia dewasa memang susah untuk menerima materi pembelajaran. Hal ini juga dikarenakan banyak hal seperti gengsi, merasa sudah bisa, merasa tidak perlu belajar, melambatnya proses perkembangan dan terkadang meeka sok tahu dengan membuat teori sendiri. 

Dengan demikian  munculah stigma bahwa aorang yang mempunyai keterampilan public speaking adalah orang yang istimewa, bijak, berpendidikan, dan menjadi pusat perhatian, padahal sebenarnya semua orang bisa mempunyai kemampuan public speaking yang baik jika mau belajar dan mencoba. Pembelajaran tersebut akan lebih maksimal jika dilakukan pada waktu dan usia yang tepat

Public speaking juga berhubungan dengan bagaimana memikat perhatian seseorang lewat pesan, kata, dan nada yang disampaikan. Dengan demikian kita harus melihat siapa audien yang ada. Pemilihan diksi sangat penting karena tidak semua orang mengetahui kosakata yang dikatakan. Selain diksi dalam public speaking juga harus memperhatikan rima dan irama. 

Rima dan irama adalah aspek bunyi yang perannya sangat mendukung seseorang dalam public speaking. Rima dan irama ini biasanya digunakan pada puisi, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa digunakan dalam berkomunikasi sehari hari ataupun dalam public speaking. 

Oleh karena itu tentunya ada rasa penasaran yang timbul, seperti apakah benar adanya keterkaitan antara usia dan pengenalan rima maupun irama terhadap kemampuan public speaking? Bagaimana bisa usa berpengaruh pada proses belajar public speaking? Bagaimana pengaruh rima dan irama dalam public speaking?

Oleh karena itu untuk mengetahui hal tersebut artikel ini ditulis melalui pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data dan disusun dikaji memlui study literatur.

 Penyusunan afrtikel ini melibatkan pencarian data, pengkajian, pengulasan terori dari berbagai sumber pustaka seperti jurnal, buku, dokumen-dokumen, dan artikel ilmiah yang telah diterbitkan dengan fokus utama untuk mendeskripsikan dan mencari keterkaitan pengaruh rima, irama, dan usia yang tepat untuk belajar public speaking.

Public Speaking

Public speaking atau yang biasa dikenal dengan berbicara di depan umum merupakan suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, lawan bicara, atau audiens yang ada. Definisi dari public speaking sebenarnya sangat luas seperti pidato, presentasi, ataupun hanya sekadar interaksi berbicara dengan seseorang dalam kegiatan sehari-hari (Datu, 2024).  

Fridayanthi & Puspawati (2021) menjelaskan bahwa public speaking juga diartikan sebagai skill/keterampilan berbahasa dan berkomunikasi dengan mempertimbangkan susunan bahasa yang sistematis dan efisien. Kemampuan ini juga digunakan untuk melatih penataan mental dan pengendalian emosi sehingga orang dengan kemampuan inin akan memiliki tingkat percaya diri yang bagus dalam menyampaikan informasi

.Public speaking juga memiliki tujuan memberi efek persuasif, memberikan informasi, meberi pengajaran, mengubah opini, memberi penjelasan kepada khalayak ramai  pada momen-momen tertentu.

Dalam public speaking ada aspek dasar yang perlu diketahuai salah satunya adalah penggunaan bahasa yang efektif  dan konsistensi dalam suara. Penggunaan bahasa yang baik dan efektif adalah elemen utama dalam public speaking. Dalam public speaking kekuatan dalam berbicara sangat penting oleh karena itu dalam pemilihan kata dan pelafalan kata harus sangat dipertimbangkan. 

Pemilihan kata yang tepat, penentuan frasa yang cermat, serta menghindari istilah yang kurang familiar sangat penting agar informasi yang diberikan bisa diterima, dipahami, dan dimegerti dengan baik oleh audiens. Selain itu public speaker harus mempunyai pelafalan yang bagus dan tepat. Pelafalan ini mencakup volume, artikulasi, dan intonasi atau ritme suara. 

Dalam berkomunikasi harus menggunakan volume yang bisa terdengar oleh semua audiens, melafalkan kata dengan artikulasi yang jelas dan tentunya menggunakan intonasi berupa penekanan pada kalimat kalimat tertentu. Intonasi sangat diperlukan untuk membangun suasana, ketertarikan, kenyamanan, dan antusias audiens. Konsitensi dalam pengaturan volume, artikulasi, dan intonasi menjadi bekal dasar untuk seorang public speaker (Datu, 2024).

Setelah aspek dasar public speaking seseorang juga harus memahami umpan balik.  Ada dua unpan balik  yaitu internal dan eksternal. Umpan balik internal adalah kompoonen krusial dalam pengembangan ketermapilan berkomunikasi. 

Umpan balik internal ini melibatkan refleksi dan evaluasi diri terhadap kinerja presentasi. Menurut Beebe dan Beebe (2022), Prosese evaluasi diri membentuk seorang pembicara untuk melakukan pengamatan terhadap komponen yang berhasil dalam presentasi untuk dipertahakan atau ditingkatkan, serta melakukan identifikasi untuk melihqat komponen yang kurang sehingga bisa diperbaiki. 

umpan balik internal mencakup penilaian terhadap berbagai aspek . Aspek atau komponen yang diidentifikasi ini seperti intonasi, volume, artikulasi, bahasa tubuh, dan gaya pembawaan,

Kemampuan public speaking juga bermanfaat untuk memengaruhi, memberi motivasi, dan menginspirasi orang lain. Dalam ranah profesional, keterampilan ini membantu menciptakan kesan positif, memperkuat kepemimpinan, dan membuka peluang karir yang lebih baik. Selaian itu public speaking juga memiliki manfaat yang tak kalah penting yaitu mengasah keterampilan critical thingking. 

Hal ini terjadi karena public speaking memnuntut seseorang untuk membuat hipoteseis dan memperkirakan informasi apa yang layak dan bisa diterima, selain itu juga harus memepertimbangkan cara penyampaianya, bagaimana pembawaan dan gaya dalam menyampaikanya.

 Kemampuan ini juga menuntut seseorang untuk memanajemen waktu dalam menyampaikan informasi misalnya berapa menit untuk pembuka, inti, ice breaking, dan penututp, juga manajemen materi dan porsi yang akan dibiawakan. Oleh karena itu, public speaking bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga keterampilan strategis yang mendukung kesuksesan pribadi dan profesional.

Bahasa, Usia, dan Komunikasi

Bahasa merupakan alat dalam komunikasi. Dardjowidjoyo (Dalam Mailani dkk., 2022) menjelaskan bahwa kemampuan berbahasa adalah salah satu ciri khusus yang dimiliki manusia. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang didapatkan manusia sejak dia lahir. 

Dia juga berpendapat bahwa bahasa merupakan salah satu alat komunikasi paling baik dan paling efektif  yang dimiliki dan digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan, gagasan, keinginan, ataupun kebutuhan mereka.

 Dengan demikian salah satu faktor yang mempengaruhi baik atau tidaknya seseorang dalam berkomunikasi yaitu dari kemampuan penggunaan bahasanya. Dalam berbahasa juga harus memperhatikan kesantunan dan kesopanan. Ketika kualitas berbahasa seseorang itu baik maka akan memperbesar kemungkinanan seseorang tersebut dapat berkomunikasi dengan baik dan benar pula. 

Dengan demikian akan berpengaruh pada keterampilan berkomunikasi seseorang yang kita sebut dengan public speaking. Tetunya ada beberapa faktor yang berpengaruh dan mendukung kemampuan seseorang dalam berbahasa. Salah satunya yaitu ketepatan waktu atau usia dalam mengajarkan bahasa tersebut.

Masa emas (golden age) merupakan masa puncak tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah bahasa dan perkembangan bahasa. Pada masa perkembangan ini anak akan berperilaku sangat aktif seperti berceloteh, menirukan suara-suara yang dia dengar, menirukan gerakan atau perilaku orang lain, menggabung-gabungkan kata meski belum membentuk makna, dll. Rijkiyani et al. (2022) menyatakan bahwa anak di usia golden age ini mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat.

 Dwwi (Dalam Rijkiyani, 2022) menyebutkan bahwa masa keemasan ini merupakan julukan karena pada masa itu lebih dari 100 milyar sel otak baik utuk dirangsang sehingga kapabilitas seorang anak bisa meningkat secara maksimal. 

Pada masa ini, semua kapabilitas yang ada pada anak tidak bisa terulang. Oleh karena itu, waktu ini dinamakan waktu yang menentukan masa selanjutnya. Masa ini merupakan salah satu kesempatan guna mempercepat pertumbuhan dan perkembanagan anak terutama potensi anak (Izzatul Azizah & Asyifa Robiatul Adawiyah, 2020). 

Perkembangan otak anak  pada masa emas sangatlah pesat. Sekitar 80% otak anak berkembang antara usia 0-6 tahun. Pada usia ini, perkataan dan tindakan orang terdekat, khususnya orang tua, menjadi dasar pembentukan perilaku, temperamen, dan kemampuan intelektual anak (Izzatul Azizah & Asyifa Robiatul Adawiyah, 2020). 

Menurut Puspita et al. (2022) terdapat dua proses didalam pertumbuhan bahasa pada anak yaitu, pembelajaran bahasa dan pemerolehan bahasa. Kurniawati (Dalam Tatsbita dkk., 2024) menyatakan bahwa seiring pertumbuhannya, bayi mulai belajar mendekut (1-2 bulan), celoteh (6 bulan), dan memahami bahasa di area sekitarnya (6-12 bulan).

Anggraini (2021) menyatakan bahwa  lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak khususnya dalam aspek berbahasa. Anak sangat mudah meniru bahasa yang dia dengar dari orang-orang yang dia temui khususnya orang terdekatnya sepertri orang tua. 

Bahasa yang diperoleh anak pada masa golden age dinamakan bahasa ibu. Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang didapat anak dari hasil interaksinya dengan orang orang di sekitarnya. Bisaya bahasa ibu menjadi bahasa yang akan paling sering digunakan dalam kehidupan anak tersebut di masa mendatang( Suardi et al., 2019). 

Chairunnisa ( Dalam Tatsbita dkk., 2024) juga berpendapat bahwa anak memperoleh bahasa ibu atau bahas apertamanya tidak menggunakan pembelajaran atau perlakuan khusus, tetapi terjadi secara alami. Oleh karena itu sangat penting bagi orang tua dalam mengajarkan membimbing anak mereka khususnya di usia dini dalam aspek kebahsaan. 

Oang tua juga harus memplaning dan mengfilter perkataan dalam berbahasa dan mengajarkan keterampilan berbahasa kepada anak mereka. Karena usia anak-anak khususnya usia dini berpengaruh besar pada apa yang mereka dapat dan pelajari khususnya bahasa. Dengan denikian pengajaran berbahasa di usia tersebut juga akan berdampak pada keterampilan berkomunikasi khususnya yaitu public speaking

Rima dan Irama

Rima merupakan persamaan bunyi akhir ataupun pengulangan suara atau bunyi secara bergantian di dalam karya sastra seperti puisi ataupun di kalimat biasa yang letaknya di akhri kalimat untuk meningkatkan keindahan estetika. Pengulangan tersebut tentunya melibatkan beberapa elemen seperti tekanan, tinggi rendahnya nada, dan perpanjangan bunyi yang disebut intonasi atau irama.  

 Hal ini diperkuat oleh pendapat Silfiani & Fauzia (2024) yang menjelaskan bahwa  rima diartikan sebagai pengulangan bunyi yang sama pada akhir kata  dalam suatu kalimat.

 Sedangkan irama merupakan variasi bunyi, penakanan pada kata, ataupun panjang pendek dari suatu kaliamt yang diucapkan. Dari pendapat dan pernyataan tersebut kita bisa melihat bahwa rima merupakan suatu pengulangan bunyi di akhir kaliamt dimana bunyi tersebut biasanya bunyi yang sama meskipun nadanya bergantian dengan tujuan sebagai estetika dalam berbahasa.

Dalam pembahasan rima ada yang namanya aliterasi, asonansi, eufoni, dan kakofoni.  Aliterasi merupakan suatu pola persajakan berupa runtun konsonan dalam larik puisi/kalimat yang berfungsi memberikan efek kedalaman ucapan dan penekanan ide atau gagasan. Asonansi adalah pola persajakan berupa pengulangan bunyi vokal pada kata yang berurutan tanpa disertai ulangan bunyi konsonan. 

Fungsi dari asonansi yaitu untuk menegaskan perasaan yang diungkapkan penyair. Eufoni merupakan kombinasi bunyi yang indah dan merdu mendeskripsikan suatu ekspresi ceria dan penuh kasih sayang. 

Eufoni ini dibentuk dari beberapa kombinasi bunyi yaitu  bunyi vokal /a,e, i, u,o/ dan konsonan bersuara /b,d,g,j/, bunyi konsonan liquida /r/, dan /l/, serta konsonan sengau /m,ny,ng/. Sedangkan kakofoni dibentuk dengan kombinasi konsonan/k,p,t,s/ yang memberikan kesan tidak merdu, buny prau dan menggambarkan hal yang tidak menyenangkan. Kakofoni dapat memperkuat suasana yang muram rusak, dan kacau.

Selain rima ada juga irama. Irama mempunyai makna yang sangat luas. Irama bisa diartikan sebagai keterampilan vokal dan merupakan salah satu teknik yang harus dipahamai dan dikuasai oleh orang saat berkomunikasi khususnya oleh seorang public speaker.

 Irama ini sering disebut juga dengan intonasi yaitu pola, melodi, naik turunya nada dalam pengucapan kalimat. (Nuralmi, Azzahra, dan Suryandari, 2023). Irama atau intonasi adalah lagu kalimat yang  membentuk makna kata atau kalimat. Intonasi merupakan tinggi rendahnya suara, irama suara atau alunan nada.

Dalam berbahasa kita harus memperhatiann sopan santun dengan mempertimbangkan ortografis, suku kata, intonasi akhir, serta pola irama (Hbscher et al., 2019). Prosidi atau intonasi atau irama dalam berbicara merupakan hal yang penting dalam kesopanan (Vergis & Pell, 2020). 

Meskipun struktur bahasa memiliki pengaruh yang kuat pada penilaian kesopanan, efek pada irama, intonasi dan penekanan kalimat ini memiliki dampat yang  lebih kuat.  Intonasi dalam kasus ini memiliki dampak besar pada kesopanan dalam pidato dan komunikasi. Kesopanan ini berpengaruh pada respeect. Ketertarikan, dan penerimaan audiens.

Rima dan irama ini dibutuhkan untuk menarik perhatian audiens, membentuk momentum dalam bicaa, dan menjadikan informasi yang dibawakan lebih enak didengar sehingga lawan bicara yang mendengfarkan tidak akan bosen, bahkan akan semakina penasaran danan tusias dalam mendengarkan. Irama dan rima merupakan elemen krusial dalam public speaking karena keduanya mampu meningkatkan daya tarik dan efektivitas penyampaian pesan. 

Irama yang baik menciptakan alur bicara yang enak didengar, sementara rima memberikan kesan yang lebih mudah diingat. Dengan memadukan keduanya, seorang pembicara dapat menciptakan suasana yang lebih hidup, sehingga audiens tetap fokus dan terlibat sepanjang penyampaian.

Dari teori  tersebut kita bisa melihat bahwa rima dan irama memiliki pengaruh dalam public speaking. Rima dan irama merupakan sesuatu yang harus dipahami untuk menjadi seorang pembicara karena rima dan irama atau intonasi merupakan salah satu aspek dasar untuk menjadi public speaker yaitu pada ranah pemilihan bahasa, dan konsitensi vokal. Selain itu rima dan irama juga berperan aplikasinya dalam umpan balik internal. 

Dalam public speaking irama atau intonasi memiliki fungsi untuk membawakan suasana, memberikan tekanan dan semangat pada kata kata tertentu, mengendalikan mental audiens, dan menjaga norma verbal yang berlaku.  

Dalam public speaking rima lebih berfungsi untuk menjadi daya tarik, mudah dipahami, dan tidak monoton /membosankan sehingga informasi yang ingin disampaikan oleh pembicara bisa diterima dan dipahami audiens. Hal ini juga dibuktikan oleh Nadhiro et al. (2023) yang melakukan penelitian tentang penyesuaian media dengan ragam bahasa dalam pembiatan media promo berupa video 15 detik di TikTok. 

Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik rima atau teknik penulisan pengulangan bunyi untuk iklan. Teknik rima ini digunakan karena informasi yang ditujukan lebih mudah diterima, diingat, dan lebih menarik konsumen. Setelah dilakukan percobaan didapatkan bahwa strategi ini dalam dunia digital marketing terbukti efektif untuk memasarkan produk ataupun jasa yang diediakan penjual.

Simpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada keterkaaitan anatara bahasa, komunikasi, public speaking, usia, rima dan irama. Bahasa merupakan alat untuk komunikasi. Ketika dalam berbahasa bagus tidak menutup kemungkinan seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi yang bagus. Dengan Demikian public speakingnya pun juga akan bagus. 

Sebenarnya tidak ada wkatu terlambat untuk belajar, khususnya belajar public speaking. Namun secara teori usia seseorang memiliki pengaruh dalam kemampuanya untuk belajar bahasa khususnya usia golden age karena usia ini merupakan usia dimana pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat. 

Sehingga belajar bahasa, berkomunikasi, dan public speaking di masa ini memberikan peluang besar agar anak menjadi terbiasa dan bisa sehingga memiliki public speaking yang memadai. 

Selain itu  Rima dan irama merupakan kpomponen yang berpengaruh bagi seorang public speaker karena rima dan irama ini yang menentukan sampai atau tidaknya informasi yag ditujukan serta berpengaruh juga pada antusias audiens. Degan demikian pemahaman tentang rima dan irama juga menjadi komponen yang perlu diajarkan untuk menjadi seorang public speaker. 

Jika hal tersebut diajarkan sejak dini maka sangat memungkinkan seorang anak mempunyai kemampuan public speaking yang bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. (2021). Peranan orang tua dalam perkembangan bahasa anak usia dini. Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, 7(1), 43-54.

Anggrasari, Bahagia. Penggunaan 2020. Gadget Pengaruh terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol. 1, No. 1, Juni 2020. Tersedia pada http://journal.umg.ac.id/index.php/ijpn/arti cle/download/2016/1239 [Diakses pada 12 November 2020].

Beebe, S. A., & Beebe, S. J. (2022). Public speaking: An Audience Centered Approach. Pearson.

Datu, Y. A. (2024). Buku Ajar Public Speaking.

Fridayanthi, P. D., & Puspawati, G. A. M. (2021). Pelatihan dan pendampingan master of ceremony (mc) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Upmi. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Widya Mahadi, 2(1), 141-149.

Hbscher, I., Garufi, M., & Prieto, P. (2019). The development of polite stance in preschoolers: How prosody, gesture, and body cues pave the way. Journal of Child Language, May. https://doi.org/10.1017/S0305000919000126

Izzatul Azizah & Asyifa Robiatul Adawiyah. 2020. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Bayi, Balita, Dan Usia Prasekolah). Anggota Ikapi.

Mailani, O., Nuraeni, I., Syakila, S. A., & Lazuardi, J. (2022). Bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Kampret Journal, 1(2), 1-10.

Nadhiro, S., Rachmasari, S. S., Jayanti, R., Amelia, S., & Sholihatin, E. (2023). Penggunaan Ragam Bahasa Dalam Digital Marketing Pada Aplikasi Tiktok@ eatsambel. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(14), 642-653.

Nuralmi, A. A., Azzahra, A., & Suryandari, M. (2023). Strategi Menjadi Master of Ceremony yang Efektif dalam Berbicara di Depan Publik. JURIHUM: Jurnal Inovasi dan Humaniora, 1(4), 645-650.

Puspitasari, R. H., & Safitri, P. I. (2016). Penguasaan Bahasa Pertama (mother tongue) pada Batita dan Balita Transmigran Asal Jawa di Silat Kapuas Hulu Kalimantan Barat: Kajian psikolinguistik. In PRASASTI: CONFERENCE SERIES (pp. 646-652).

Rijkiyani, R. P., Syarifuddin, S., & Mauizdati, N. (2022). Peran orang tua dalam mengembangkan potensi anak pada masa golden age. Jurnal Basicedu, 6(3), 4905-4912.

Silfiani, S., & San Fauziya, D. (2024). Kajian Stilistika Pada Puisi" Aku" Karya Chairil Anwar dan Implementasinya Terhadap Pendidikan Karakter Siswa. Simpati, 2(3), 200-206.

Suardi, I. P., Ramadhan, S., & Asri, Y. (2019). Pemerolehan bahasa pertama pada anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 265-273.

Sukmawati. 2019. Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Bicara Anak Usia 3 Tahun di TK Buah Hati Kita. Jurnal IKIP Jember Vol. 3 No. 1. Tersedia pada: Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes 17)

Tatsbita, A. D., Hilmana, P. N. P., Nauraleza, S., Wardana, S. V. R., Khadar, S. L., & Rizkyanfi, M. W. (2024). Paparan Multibahasa Dalam Lingkungan Keluarga: Implikasi Terhadap Perkembangan Bahasa Pada Anak Pra-Sekolah. Journal of Social and Economics Research, 6(1), 1948-1957

Vergis, N., & Pell, M. D. (2020). Factors in the perception of speaker politeness: The effect of linguistic structure, imposition and prosody. Journal of Politeness Research, 16(1), 45--84. https://doi.org/10.1515/pr-2017-0008

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fmediabangsa.co.id%2Fpublic-speaking-skill-wajib-yang-harus-kamu-miliki%2F&psig=AOvVaw2qu5JmTfnrlmqzYQAMKniw&ust=1733192809250000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBQQjRxqFwoTCJD0lsiEiIoDFQAAAAAdAAAAABAE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun