"Tanya saja emak, Pak."
"A--anu da--dari rumahnya Mbak Arum. Itu loh sunatan anak ragilnya, Bang."
Bapak menatap emak yang salah tingkah, sementara Juleha asyik berbaring di kursi tamu.
"Kalau boong mikir dulu biar nggak gampang ketauan!"
"Maksudnya apa, Bang? Beneran kita dari sono."
"Tadi Arum sekeluarga datang kemari nyariin kamu. Mereka juga baru pulang setelah salat magrib, Nah."
Tawa keras keluar dari bibir Juleha yang sejak tadi manyun. Dia bahagia kalau kebohongan emaknya gagal total. Kemudian, dia menceritakan seluruh kejadian dari awal hingga akhir kepada bapak. Alhasil, emak pun dimarahi habis-habisan oleh bapak.
"Kalau kamu nggak ingin dilaknat Gusti Allah segera bertaubat nasuhah, Nah. Kamu ingin mati sebagai musyrik, ha?"
"Ti--tidak, Bang."
"Jodoh, mati, rejeki semua sudah ada aturannya. Kurangin ngrumpi biar nggak gampang panas ati, tau!"
*Bersambung*