"Ubah penampilanmu agak dewasa dikit, Ha. Jadi, para bujang nggak segan buat ndeketin kamu."
Apa pun penampilan Juleha selalu salah bagi emak. Mau bagaimana lagi, dia termasuk pemilik berkah baby face.Â
"Harus pakai daster gitu, Mak?"
"Pokoknya sesuai umur dong, Ha. Jangan kek anak abageh mulu."
Bapak berdehem sebagai tanda akan memberi interupsi. Lelaki paruh baya tersebut memang lebih terlihat santai menyikapi Juleha yang belum bertemu jodohnya.
"Berapa kali aku bilang, Nah? Biarkan Juleha menjemput jodoh dengan caranya."
"Kalau nggak diarahin gimana mau dapat lakik?"
"Nah, dunia nggak bakal kiamat hanya karena Juleha belum laku di usianya yang belum dua lima tahun!"
Suara bapak terdengar ketus sehingga emak memilih tutup mulut. Juleha dapat bernapas lega karena terbebas dari omelan emak.
Hidup di kampung yang tradisinya unik, Juleha memang harus tebal muka dan tebak hati. Bahkan, ketika kesendiriannya selalu dipertanyakan dan dijadikan bahan gunjingan oleh para tetangga. Dia harus tetap memasang tampang penyabar meskipun hatinya kesal.
Di lain hari, emak membuat keputusan yang bikin Juleha bimbang. Hatinya menolak ajakan emak untuk pergi ke dukun.