"Boleh!" jawab Mam.
"Ayo!" seru penuh antusias kedua anak muda itu.
Dengan penuh semangat, canda tawa, sesekali aku memberi penjelasan soal tanaman di sawah kami dan tentang keadaan kampung. Â Nampak dari wajah mereka guratan sukacita dan kepuasan, rasanya ingin berlama-lama. Namun, apa daya mentari senja sudah memberi tanda, kami harus kembali.
Sesampai kami di rumah. Sambil melepas lelah. Kami duduk di kursi teras. Tiga kursi antik jika disebut pada masa ini. Kursi dari kayu Jati. Warnanya menggambarkan kekokohan dan usianya. Ya, sudah tiga generasi menghiasi rumah kami. Serasi dengan meja budar klasik dengan ukiran pada tiang peyangga dan ditopang dengan tiga kaki.
Tak habis-habis mereka membahas pengalaman ini. Ya! bisa dipahami dua anak muda itu berasal dari luar pulau Jawa.
Eh..boleh saya bertanya? Kataku memotong keseruan mereka.
Aku ingin tahu apa respon mereka setelah melihat pemandangan di sawah kami dan suasana kampung.
"Bagaimana kesan-kesannya setelah melihat pemandangan di sawah kami?" Tanyaku.
Sesaat kemudian....
"Kalau aku mas" lelaki muda itu.
"Aku senang sekali, bisa langsung menikmati sawah di pulau Jawa. Tak pernah terbayang sedikit pun dalam benakku, aku akan sampai ditempat ini. Sungguh tak mampu aku berkata-kata."