Iming-Iming Kekuasaan Mampu Meruntuhkan Idealisme
Iming-iming kursi gubernur DKI Jakarta yang diberikan Prabowo kepada Anies, ternyata mampu membuat Anies berubah sikap 180 derajat seketika itu juga terhadap Prabowo/Gerindra. dari semula penentang dan pengkritik keras Prabowo sebagaimana disinggung di atas, menjadi “anak buah” Prabowo, "kader baru" Partai Gerindra.
Maka, dari kritik keras, dan kecaman kepada Prabowo pun berubah menjadi puji-pujian kepada Prabowo/Gerindra.
Kata Anies, dia bersedia dicalonkan Gerindra dan PKS dikarenakan di matanya Gerindra dan PKS adalah dua parpol yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, Pancasila dan UUD 1945, dan punya komitmen tinggi menciptakan Jakarta yang lebih baik.
Perlu diingat pula bahwa sampai saat ini Gerindra dan PKS merupakan dua parpol sisa KMP yang tetap bertahan sebagai pihak oposisi, yang senantiasa berseberangan dengan politik pemerintahan Presiden Jokowi.
Sampai saat masih sebagai Mendikbud, Anies termasuk di dalam kubu Jokowi, bahkan jika ia memang sungguh-sungguh seorang yang memegang teguh prinsipnya, setelah tidak menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Jokowi pun seharusnya pandangan dia terhadap kubu lawan Jokowi itu tidak akan berubah, terutama karena di antara mereka terdapat landasan ideologi yang berbeda.
Faktanya tidak seperti itu.
Tentang pernyataan Anies bahwa visi dan misi Gerindra sama dengan visi dan misinya, dan bahwa Gerindra dan PKS merupakan dua parpol yang menjunjung tinggi demokrasi, Pancasila dan UUD 1945, selain bertentangan dengan perspektif Anies saat masih bersama dengan Jokowi, juga sesungguhnya tidak sesuai dengan fakta sejarah yang pernah terjadi.
Bahkan, baru-baru ini juga Prabowo mengeluarkan pernyataan kontroversialnya: “Siapa yang tidak mendukung Sandiaga Uno adalah antek asing!” Apakah sekarang menjadi: “Siapa yang tidak mendukung Anies dan Sandiaga adalah antek asing!”?
Demokrasi macam apa ini?