Jadi, soal ambisi berkuasa bukan hal yang baru bagi Anies.
Setelah hasil konvensi calon presiden Partai Demokrat itu tidak jelas juntrungannya, Anies pun hengkang dari kubu Demokrat, lalu bergabung dengan Jokowi menjadi juru kampanyenya di Pilpres 2014.
Saat menjadi juru kampanye Jokowi inilah Anies beberapakali mengecam langkah-langkah politik Prabowo Subianto, terutama saat kampanye Pilpres 2014.
Salah satu kritik keras Anies kepada Prabowo ketika itu adalah tentang cara Prabowo mensosialisasikan dirinya kepada publik melalui iklan-iklan di beberapa stasiun televisi dalam rangka menuju dan selama kampanye Pilpres 2014, yang dilakukan sejak beberapa tahun sebelumnya.
"Kita tahu siapa Prabowo karena sudah beriklan selama 6 tahun di televisi terus-menerus. Cara berpolitik dengan biaya luar biasa mahal, tidak membuat politik menjadi lebih sehat," adalah salah satu kritik Anies kepada Prabowo (29 Mei 2014).
Menurut Anies, uang dalam jumlah besar untuk beriklan itu seharusnya sudah bisa dialokasikan untuk bantuan pendidikan dan kesehatan.
"Tentu efeknya akan berbeda. Orang akan melihat ini sebagai pemimpin yang ideal," ujar Anies (Tribunnews.com).
Selain itu, Anies juga pernah menuduh program Prabowo-Hatta Rajasa di kampanye Pilpres 2014 mencontek visi dan misi Jokowi-JK.
"Peniruan itu berarti sama dengan pengakuan dari kehebatan Jokowi-JK," kata Anies di Hotel Golden Tulip Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 26 Juni 2014.
Anies juga pernah bilang, ia meragukan ketegasan sikap dan prinsip Prabowo dengan progam kerja yang dilontarkannya jika menjadi presiden.