Yusril punya ideologi yang masih ingin memperjuangkan eksistensi dari Piagam Jakarta masuk sebagai bagian dari dasar negara dan hukum nasional di Indonesia, halmana bertentangan dengan ideologi parpol-parpol lainnya yang nasionalis (PDIP, Gerindra, Golkar, dan lain-lain), atau Islam nasionalis (PPP dan PKB).
Dengan adanya perbedaan ideologi ini mungkinkah parpol-parpol tersebut akan mau mengusung Yusril Ihza Mahendara?
Pada 8 September 2008, ormas yang berafiliasi kepada Partai Bulan Bintang (PBB), Gerakan Pemuda Islam (GPI) pernah memberi penghargaan  (GPI Award) kepada Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syuro DPP PBB) bersama dengan Abu Bakar Ba’asyir, dan Ketua FPI Habib Rizieq, sebagai tokoh pejuang syariat Islam yang paling konsisten ke dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.  GPI menilai Yusril adalah sosok yang aktif di dalam dunia politik sekuler tanpa menjadi sekuler.
Setelah menerima penghargaan itu, dalam pidatonya ketika itu, Yusril menegaskan bahwa pemberlakuan Syariat Islam adalah hal yang sangat mungkin meski memerlukan perjuangan yang panjang dan melelahkan.
Menurut dia, ide Syariat Islam sebenarnya merupakan dasar berdirinya Indonesia sebagai negara yang merdeka. Hal itu bisa dilihat dalam rumusan Piagam Jakarta yang secara jelas menyatakan Indonesia adalan negara berketuhanan yang maha esa dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Yusril menegaskan, Syariat Islam tetap relevan meski tidak secara eksplisit dirumuskan dalam Pancasila, (oleh karena itu perjuangan menuju ke arah itu harus tetap dilakukan).
"Syariat Islam jalan terus meski ada atau tidak ada Piagam Jakarta," katanya (sumber).
PDIP Masih Buka Pintu untuk Ahok
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka saya yakin parpol-parpol yang jauh lebih besar daripada PBB, yang eksis dan punya kursi di DPRD DKI Jakarta, yang berideologi nasionalis, maupun Islam-nasionalis, tidak bakal mau mengusung Yusril sebagai calon gubernur DKI mereka.
Sampai dengan perkembangan terakhir sampai sekarang pun, PDIP sebagai parpol satu-satunya yang bisa mengusung calonnya sendiri belum juga mengisyaratkan siapa yang akan mereka usung, nama Yusril yang menjadi orang pertama yang mendaftar pun tak pernah disinggung-singgung PDIP. Padahal, jika PDIP sungguh-sungguh menilai Yusril adalah orang sehebat yang dia nyatakan sendiri, tentu mereka tidak akan ragu lagi untuk mengusung Yusril.
Sebaliknya, meskipun sudah memutuskan maju lewat jalur perseorangan melalui Teman Ahok (dengan sejuta KTP), PDIP melalui beberapa petingginya masih menyinggung nama Ahok sampai beberapakali. Mereka, antara lain Ketua PDIP Hendrawan Supratikno (14 Maret 2016), Ketua Plt DPD PDIP DKI Jakarta Bambang Dwi Hartono (10 April 2016), dan Budiman Soedjatmika (3 Mei 2016), pada intinya menyatakan, peluang Ahok untuk diusung oleh PDIP masih terbuka lebar (asalkan Ahok mau ikut mendaftar).