Minimasi
Adakalanya kita mengatasi konflik dengan menganggapnya remeh. Kita mengatakan dan barangkali percaya, bahwa konflik, penyebabnya, dan akibatnya sama sekali tidak penting. Kita menggunakan minimasi bila kita menganggap enteng perasaan orang lain. Seperti halnya, “Mengapa kamu marah? Saya hanya terlambat dua jam. Dengan melakukan ini kita sama halnya mengatakan bahwa tindakan orang lain tersebut tidak pantas.
Menyalahkan
Paling sering konflik disebabkan oleh banyak macam faktor sehingga setiap upaya untuk hanya memecahkan satu atau dua di antaranya akan berakhir dengan kegagalan. Meskipun demikian, seringkali orang menerapkan strategi bertengkar yang di sebut menyalahkan orang lain. Dalam beberapa kasus kita menyalahkan diri kita sendiri. Namun, lebih sering kita menyalahkan orang lain. Ini merupakan hal tidak efektif dalam mengelola konflik.
Peredam
Peredam mencakup beragam teknik bertengkar yang secara harfiah membungkam pihak lain. Salah satunya adalah dengan menangis. Ini hal paling sering di alami oleh wanita, ketika menghadapi suatu konflik yang begitu complicated dan tidak tahu bagaimana lagi cara mengatasinya, mereka cenderung menangis. Hal lain yang terjadi dan mungkin juga dilakukan adalah dengan meluapkan emosi secara berlebihan: teriak-teriak, menjerit, yang sebenarnya sama sekali tidak membuat konflik menjadi selesai.
Karung goni
Hal ini merupakan hal yang sangat berbahaya. Mengapa? Karena ini mengacu pada tindakan menimbun kekecewaan dan kemudian menumpahkannya pada lawan bertengkar.
Manajemen Konflik yang Efektif
Menurut George Bach dan Peter Wyden dalam buku nya yang berjudul Intimate Enemy (1968), ada beberapa pedoman untuk mengelola konflik menjadi lebih produktif.
Berkelahi secara sportif