Ini adalah tipe konflik yang positif atau yang membangun. Tipe ini merupakan bentuk penanganan konflik yang cenderung melakukan negosiasi sehingga terjadi satu tawar menawar yang menguntungkan serta tetap mempertahankan interaksi sosialnya. Selain itu dapat pula menggunakan bentuk lain yang disebut reasoning yaitu sudah dapat berpikir secara logis dalam penyelesaian masalah. Konflik ini berkebalikan dengan konflik destruktif karena konflik konstruktif justru menyebabkan timbulnya keuntungan-keuntungan dan bukan kerugian-kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Manajemen Konflik
Pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (internal) dan kondisi eksternal. Cara individu bertingkah laku dalam menghadapi konflik dengan orang lain akan ditentukan oleh seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain yang dirasakan sehingga ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam penyelesaian masalah, yaitu :
- Tujuan atau kepentingan pribadi yang dirasa sebagai hal yang sangat penting sehingga harus dipertahankan atau tidak penting sehingga bisa dikorbankan.
- Hubungan dengan pihak lain. Sama halnya dengan tujuan pribadi, hubungan dengan pihak lain ketika konflik terjadi bisa menjadi sangat penting atau sama sekali tidak penting.
Manajemen Konflik yang Tidak Produktif
Manfaat utama dalam membahas metode-metode yang tidak efektif ini adalah memungkinkan kita mengidentifikasi mereka dalam perilaku orang lain dan juga dalam perilaku kita sendiri. Jika kita telah mengidentifikasi metode-metode ini, kita dapat berusaha mengurangi mereka dalam komunikasi yang kita lakukan.
Penghindaran, Non-negosiasi, dan Redefenisi.
Salah satu reaksi terhadap konflik yang paling sering dilakukan adalah penghindaran (avoidance). Sering ini dijumpai dalam bentuk pelarian fisik. Orang mungkin meninggalkan tempat konflik, tidur, atau menyetel radio keras-keras. Reaksi ini dapat pula berbentuk penghindaran emosional dan intelektual. Disini orang meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi argumen atau masalah yang dikemukakan.
Dalam non-negosiasi – jenis ini khusus penghindaran, seseorang tidak mau mendiskusikan atau mendengarkan argumen pihak lain. Kadang-kadang non- negosiasi ini dilakukan dalam bentuk memaksakan pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Ini adalah teknik yang dinamakan “Streamrolling”(bulldoser).
Adakalanya konflik atau sumber yang dituduh sebagai penyebab konflik diredefenisi sedemikian rupa sehingga seakan-akan sama sekali tidak ada konflik, seperti bila orang berkata, “Ini bukan kencan – hanya perjalanan bisnis yang kita lakukan bersama.” Kali lain, konflik mungkin diredefenisi sehingga menjadi masalah yang sama sekali berbeda, seperti bila seseorang berkata, “Kecemburuanmu berlebihan. Sebaiknya kamu berkonsultasi ke psikiater. Saya tidak sanggup menghadapi kecemburuanmu setiap hari.”
Pemaksaan
Barangkali metode paling tidak produktif untuk menangani konflik adalah pemaksaan fisik. Bila dihadapkan pada konflik, banyak orang berusaha memaksakan keputusan atau cara berpikir mereka dengan menggunakan pemaksaan atau kekuatan fisik. Ada pun, pemaksaan ini lebih bersifat emosional daripada fisik. Tetapi, apapun yang di lakukan, pokok masalahnya tetap tidak tersentuh. Pihak yang “menang” adalah pihak yang paling banyak menggunakan kekuatan.