Setelah meletakkan tasnya , dia menyalakan komputer desktop rakitan yang komponennya dia beli di Akihabara.
Namun,beberapa saat dia menunggu, layar komputer tidak menunjukkan adanya pergeraan apapun. Tidak ada splashscreen bios maupun blink dari cursor, apalagi layar tampilan awal windows 10 yang muncul.
Dia memeriksa kabel-kabel koneksi listrik, untuk memastikan bahwa kabelnya terpasang dengan benar dan tidak kendur. Setelah memastikan semuanya terpasang dengan baik, dia menekan tombol komputernya lagi berkali-kali.
Namun tetap saja komputernya tidak menunjukkan tanda-tanda akan boot up.
Sekilas terlintas dipikirannya, jangan-jangan komputernya terjangkit virusPetya atau Wannacry yang sedang hangat menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Namun karena komputernya tidak bisa boot up , maka dia tidak tahu apa sebabnya. Segala kemungkinan mungkin saja terjadi.
Hari sudah mulai malam, sementara dia juga sangat capek dan lapar.
Dia memutuskan untuk mencheck komputernya lagi besok. Dia berharap bisa pulang lebih cepat supaya bisa membongkar dan memperbaiki komputernya.
Tapi dia sudah membulatkan hatinya untuk menolak penawaran dari agen kerja itu karena dia tidak mau mempertaruhkan kehidupannya yang sudah nyaman di kantor saat ini hanya dengan iming-iming gaji yang lebih besar, walaupun “harga” penawaran yang lebih tingi itu berarti suatu yang membuat dia agak bangga karena berarti mereka menilai kemampuannya mumpuni sehingga mempunyai nilai tambah.
Tujuan hidupnya adalah kebahagiaan. Dan tujuan hidup ini juga selaras dengan tujuan hidup yang pernah dibahas dalam buku yang pernah dibacanya tentang Dalai Lama.
Dia sudah bahagia dengan apa yang dia peroleh sekarang.
Dia merasa bahagia bekerja di kantor dengan lingkungannya yang sekarang, dengan “harga” yang dia dapat sekarang .