Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Harga Manusia

7 Juli 2017   13:50 Diperbarui: 9 Juli 2017   09:26 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, saat ini mesin-mesin yang katanya "pintar" itu, belumlah mampu untuk menandingi otak manusia untuk menangani masalah yang genting yang butuh reaksi cepat dan "luwes".

Mesin rata-rata hanya bisa melalukan apa yang sudah diinput sebelumnya. Sesuai namanya, mereka hanyalah “robot”. Kalau belum ada referensi yang ter-input tentang cara menghandling suatu masalah, mesin akan sedikit kesulitan dan bisa kurang "luwes" menyelesaikannya, walaupun teknologi A.I mengalami kemajuan yang signifikan dari tahun ketahun.

Yang menjadi kecemasan Puutaro adalah, apakah "harga" dirinya, gaji yang diperolehnya tiap bulan itu, sudah sesuai dengan tenaga dan pikiran yang sudah dia curahkan secara total untuk pekerjaannya?

Walaupun dia yakin bahwa atasannya pun tentunya sudah memeras otak untuk menentukan berapa "harga" dari karyawannya termasuk dirinya, karena untuk menentukan harga tersebut Sang Atasan itu juga harus bersusah payah mulai dari membuat WBS untuk sebuah project, lalu dia juga berdiskusi dengan beberapa bagian lain di kantor dan terutama dengan direktur untuk sampai kepada hasil akhir berupa rentetan angka jumlah nilai yang tiap akhir bulan diterimanya.

Tak terasa kereta yang ditumpanginya sudah sampai di Stasiun Shinjuku. Waktu 15 menit ternyata berlalu dengan sangat cepat. Dia harus menghentikan pemikirannya sejenak karena harus berkonsentrasi untuk berjalan, pindah jalur dan kereta untuk meneruskan perjalanan pulang ke apartemennya.

Ada sekitar 3 juta orang lebih setiap hari yang menggunakan stasiun ini, yang otomatis menjadikannya sebagai salah satu stasiun kereta api yang tersibuk di dunia. Itulah alasannya kenapa Puutaro harus lebih berkonsentrasi pada langkahnya, karena kalau tidak maka kemungkinan dia bisa bertabrakan dengan orang-orang yang lalu-lalang disekitarnya. 

Stasiun Shinjuku lebih besar dari stasiun Oosaki di dekat kantornya, karena selain banyaknya jalur kereta yang lewat dan berawal atau berakhir disini, di sini juga banyak banyak terdapat pusat perbelanjaan, restoran, hiburan seperti bioskop, hotel, dan beberapa spot menarik yang bisa menjadi magnet bagi wisatawan baik lokal maupun internasional.

Puutaro segera bergegas namun tetap berkonsentrasi berjalan ke arah Odakyuu Line untuk naik kereta yang akan membawanya ke tujuan akhir yaitu stasiun Komae. Odakyuu Line di Stasiun Shinjuku ini merupakan stasiun awal berangkatnya kereta menuju arah selatan Tokyo.

Dia melihat kereta sudah tersedia di platform. Walaupun kereta sudah tersedia, ada juga beberapa orang yang masih berbaris dengan rapi di platform untuk menunggu kereta berikutnya karena tempat duduk dikereta yang sedang berhenti sekarang sudah penuh, tidak bersisa.

Ah, aku tak perlu duduk, katanya dalam hati.

Lalu dia dengan sigap masuk dan mengambil posisi berdiri favorit seperti biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun