Puutaro teringat sewaktu sekolahnya dulu, dia juga pernah belajar bahwa zaman dahulu tidak jarang orang diperjualbelikan untuk perbudakan. Manusia menjadi bahan komoditi untuk dijual.
Entah berapa patokan akan "harga" dari para budak yang diperjualbelikan tersebut. Harganya mungkin dilihat dari usia dan kekuatant enaganya. Makin muda usia dan kuat tenaganya, maka harganya tentu akan menjadi tinggi, meskipun uang hasil penjualan itu semuanya diambil oleh penjualnya. Umumnya para budak yang diperjualbelikan itu digunakan untuk bekerja di rumah, pabrik atau mengolah lahan milik pembelinya.
Ah, zaman sekarang juga banyak orang yang menjual diri sekaligus juga “ruh” yang ada di dalam dirinya. Entah menjual pada orang maupun menjual pada organisasi atau yang lainnya. Bisakah ini juga disebut sebagai perbudakan jaman sekarang? Dia enggan memikirkannya lagi.
Seingatnya, menurut informasi di dalam email yang dikirim oleh agen kerja itu, gaji yang ditawarkan untuk pekerjaan baru itu lebih tinggi dari jumlah yang dia terima sekarang.
Puutaro sebenarnya tidak mempunyai masalah akan gajinya yang sekarang. Gaji bukanlah merupakan sesuatu yang menjadi prioritas dia dalam hal memilih pekerjaan. Kecocokan dengan suasana dan lingkungan kerja baginya merupakan hal yang terpenting.
Kecocokan ini adalah hal langka yang paling penting dalam memilih pekerja'an bagi Puutaro.
Banyak sudah cerita yang dia dengar dan baca bahwa kadang orang yang karena ketidakcocokan, entah dengan rekan, atasan maupun lingkungan dan suasana kerja, maka dia bisa melalukan hal-hal yang nekat dan kadang bisa berakibat fatal.
Ada orang yang memang kadang tidak bisa memahami sifat orang lain. Dia bisa selalu menaruh curiga, yang pada akhirnya menjadikannya susah begaul. Kemudian orang-orang seperti ini mengucilkan diri sendiri. Persis seperti kisah yang diceritakan di novel Ningen Shikkaku karya Dazai Oosamu, novel yang paling banyak dibaca oleh orang Jepang.
Memang, hubungan antara manusia merupakan hal yang kompleks dan rumit di mana-mana. Namun sepanjang pengetahuannya, baik melalui informasi di koran maupun pengalaman langsung, dia merasa bahwa masalah hubungan antar manusia di Jepang memang yang tersulit.
Kembali mengenai hal gaji, perusahaan biasanya memegang kendali dan akan menentukan berapa jumlah yang layak untuk dibayar kepada seseorang setelah hasil wawancara untuk masuk kerja, atau setelah penilaian yang dilalukan tiap tahun.
Namun Puutaro pernah sekali waktu membaca di koran, tentunya bukan dalam urusan pekerjaan, bahwa ada juga peristiwa kebalikannya, yaitu ada juga orang atau oknum yang minta "dihargai" terlebih dahulu. Dia lupa di dunia bagian mana peristiwa itu terjadi.