Namun, vaksin China menggunakan virus yang tidak aktif, yang terbukti kurang efektif dibandingkan vaksin messenger-RNA (mRNA) yang dikembangkan di Amerika Serikat dan di tempat lain, dan peluncuran vaksinnya lambat, terutama di kalangan orang lanjut usia di negara tersebut. Setelah bertahun-tahun lockdown dan gejolak ekonomi, banyak orang di China menjadi frustrasi dengan kebijakan nol-COVID.Â
Ketika laporan muncul pada November 2022 bahwa sepuluh orang tewas di Xinjiang setelah pembatasan penguncian mencegah mereka meninggalkan gedung apartemen yang terbakar, negara itu mengalami pecahnya protes jalanan terbesarnya dalam beberapa dekade.Â
Pemerintah menanggapi protes tersebut dengan mencabut banyak pembatasannya, dan lonjakan kasus COVID-19 yang dilaporkan menyusul, meskipun pakar kesehatan masyarakat dari WHO mencatat bahwa kasus COVID-19 meningkat sebelum perubahan kebijakan China dimulai. China menerima vaksin COVID-19 buatan luar negeri pertamanya pada Desember 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI