"Kapan kelompok ini mulai aktif? Berapa nilai bantuan CCDP?" tanyaku kala itu.
"UKM Sinar Lae-Lae dapat bantuan di tahun 2016, nilai totalnya 35 juta. Kami mulai aktif sejak Maret 2016." Kata Erni.
"Uangnya digunakan untuk beli apa?" lanjutku.
"Uang itu digunakan untuk beli wajan, mixer, blender, panci. Uangnya ditransfer ke rekening, kelompok sendiri yang pergi ke toko," jawab Erni tangkas saat dijumpai di wahana usaha sekaligus booth produk pengolahan warga Lae-Lae di sisi utara pulau, pada beberapa waktu lalu.
"Apa alasan yang membuat yakin Erni dengan usaha ini?" tanyaku lagi.
 "Karena Lae-lae dekat dengan pusat Kota Makassar, banyak pula pengunjung yang datang ke sini, pasti mereka mau beli ole-ole khas Lae-lae," jawabnya ringkas.
Daeng Bella bercerita bahwa sejak mendapat bantuan dari CCDP-IFAD dia semakin antusias ke laut menangkap ikan. Apalagi sejak tingginya permintaan ikan dari lokasi-lokasi wisata seperti Gusunga dan Pulau Samalona.
"Ikannya dijual ke mana?" tanyaku.
"Kelompok kami menjual ikan ke Baba Atong, Baba Titi, Jerry, atau turis wisata di Gusung," kata Bella. Selain itu, jika ikan melimpah, mereka menjualnya ke Lelong Rajawali atau Pannampu atau Paotere.
Mewakili nelayan Lae-Lae, Bella merasa bahwa dia harus menyampaikan dampak reklamasi di sekitar Losari dan Tanjung Bunga.